Sampit (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah menerima dua bayi beruang madu dari warga Kabupaten Kotawaringin Timur yang baru ditemukan di hutan untuk diselamatkan.
"Kondisi bayi beruang madu itu sehat. Sesuai arahan, bayi beruang itu dibawa ke kantor di Pangkalan Bun untuk diobservasi," kata Komandan Jaga BKSDA Pos Sampit, Muriansyah di Sampit, Senin.
Dua bayi beruang madu itu diserahkan seorang warga Desa Kapuk Kecamatan Mentaya Hulu bernama Ridlo. Dua bayi beruang itu ditemukan temannya di tepi sebuah hutan di kecamatan tersebut.
Merasa kasihan, warga tersebut membawa pulang kedua bayi beruang itu. Warga itu kemudian menitipkan kepada Ridlo yang kebetulan pergi ke Sampit, untuk diserahkan kepada BKSDA pada Sabtu (26/12) sekitar pukul 17.00 WIB.
Dua bayi beruang itu kemudian dibawa ke kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam Seksi Wilayah II Pangkalan Bun. Bayi beruang itu akan diobservasi dan dirawat oleh ahli, selanjutnya akan dilepasliarkan jika sudah besar dan dinilai sudah mampu bertahan hidup di alam liar yang menjadi habitat aslinya.
Baca juga: Pasien sembuh COVID-19 di Kotim meningkat signifikan
Satwa liar dengan nama latin 'helarctos malayanus' tersebut rawan mati jika dirawat oleh orang tidak memahami cara merawat yang benar. Apalagi beruang madu merupakan satwa yang dilindungi.
Muriansyah mengucapkan terima kasih atas kepedulian warga membantu menyelamatkan dua satwa dilindungi tersebut. Jika dipelihara warga, beruang itu dikhawatirkan akan mati.
Selain itu, beruang madu termasuk satwa liar yang buas. Semakin besar ukurannya, satwa dengan kuku tajam itu semakin berbahaya karena dikhawatirkan bisa menyerang manusia.
"Kami ucapkan terima kasih kepada masyarakat yang kini semakin peduli membantu pelestarian satwa dilindungi. Satwa akan lebih baik hidup di habitat aslinya dibanding dipelihara oleh manusia," kata Muriansyah.
Sementara itu, saat bersamaan juga diserahkan seekor buaya yang juga diserahkan warga Sampit. Buaya yang ditemukan di Sungai Mentawa, Sampit itu dilepasliarkan di Suaka Margasatwa Lamandau.
Baca juga: DPRD Kotim berharap abrasi Ujung Pandaran ditangani hingga tuntas
"Kondisi bayi beruang madu itu sehat. Sesuai arahan, bayi beruang itu dibawa ke kantor di Pangkalan Bun untuk diobservasi," kata Komandan Jaga BKSDA Pos Sampit, Muriansyah di Sampit, Senin.
Dua bayi beruang madu itu diserahkan seorang warga Desa Kapuk Kecamatan Mentaya Hulu bernama Ridlo. Dua bayi beruang itu ditemukan temannya di tepi sebuah hutan di kecamatan tersebut.
Merasa kasihan, warga tersebut membawa pulang kedua bayi beruang itu. Warga itu kemudian menitipkan kepada Ridlo yang kebetulan pergi ke Sampit, untuk diserahkan kepada BKSDA pada Sabtu (26/12) sekitar pukul 17.00 WIB.
Dua bayi beruang itu kemudian dibawa ke kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam Seksi Wilayah II Pangkalan Bun. Bayi beruang itu akan diobservasi dan dirawat oleh ahli, selanjutnya akan dilepasliarkan jika sudah besar dan dinilai sudah mampu bertahan hidup di alam liar yang menjadi habitat aslinya.
Baca juga: Pasien sembuh COVID-19 di Kotim meningkat signifikan
Satwa liar dengan nama latin 'helarctos malayanus' tersebut rawan mati jika dirawat oleh orang tidak memahami cara merawat yang benar. Apalagi beruang madu merupakan satwa yang dilindungi.
Muriansyah mengucapkan terima kasih atas kepedulian warga membantu menyelamatkan dua satwa dilindungi tersebut. Jika dipelihara warga, beruang itu dikhawatirkan akan mati.
Selain itu, beruang madu termasuk satwa liar yang buas. Semakin besar ukurannya, satwa dengan kuku tajam itu semakin berbahaya karena dikhawatirkan bisa menyerang manusia.
"Kami ucapkan terima kasih kepada masyarakat yang kini semakin peduli membantu pelestarian satwa dilindungi. Satwa akan lebih baik hidup di habitat aslinya dibanding dipelihara oleh manusia," kata Muriansyah.
Sementara itu, saat bersamaan juga diserahkan seekor buaya yang juga diserahkan warga Sampit. Buaya yang ditemukan di Sungai Mentawa, Sampit itu dilepasliarkan di Suaka Margasatwa Lamandau.
Baca juga: DPRD Kotim berharap abrasi Ujung Pandaran ditangani hingga tuntas