Sampit (ANTARA) - Seorang kakek bernama Isal (70) Desa Jaya Karet Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, disambar buaya saat mengambil air wudhu di Sungai Mentaya.
"Beliau menderita luka robek di kaki akibat gigitan buaya. Saat ini mendapat perawatan di rumah," kata Chandra, salah seorang kerabat korban, Senin malam.
Kejadian itu terjadi sekitar pukul 19.00 WIB ketika Isal hendak mengambil air wudhu ke sungai untuk melaksanakan shalat Isya. Seperti biasa, dia menuju sebuah titian menjulur ke sungai di belakang dapur rumahnya.
Tanpa diduga, saat dia mulai berwudlu, dari dalam air muncul seekor buaya yang langsung menyambar kaki kirinya. Korban berusaha melepaskan diri dari gigitan satwa buas itu.
Upayanya berhasil. Dia kemudian bergegas naik untuk menghindari serangan susulan buaya.
Akibat kejadian itu, korban menderita luka robek di paha kirinya bekas gigitan buaya. Dia terpaksa mendapat beberapa jahitan pada luka tersebut.
Kejadian itu membuat kaget warga setempat meski selama ini kemunculan buaya bukan hal aneh bagi mereka. Namun warga bersyukur karena korban berhasil selamat.
"Kalau ada kejadian seperti ini lagi, pasti warga semakin berhati-hati saat beraktivitas di sungai. Buaya memang sering muncul," kata Suni, warga lainnya.
Komandan Jaga Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah Pos Sampit, Muriansyah mengaku baru mendapat informasi terkait kejadian itu. Pihaknya akan ke lokasi kejadian dan menjenguk korban.
Baca juga: DPRD Kotim dukung percepatan perluasan jaringan listrik PLN ke pelosok
"Kronologis lengkapnya, kami belum mendapatkannya. Kalau di perairan Sungai Mentaya di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan itu umumnya tidak ada lanting. Yang ada memang semacam titian dari rumah warga ke sungai yang biasanya digunakan untuk MCK (mandi, cuci dan kakus)," kata Muriansyah.
Kejadian ini merupakan insiden kedua serangan buaya terhadap manusia pada 2021 ini. Awal 2021, tepatnya pada Jumat (1/1) sekitar pukul 23.30 WIB, seorang nenek bernama Bahriah (74) warga Desa Pelangsian Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, menderita putus tangan kiri dan patah kaki kiri setelah buaya besar menerkam tangannya saat dia mencuci tangan usai buang air besar di pinggir Sungai Mentaya.
Sementara itu, selama 2020 lalu Data BKSDA Kalimantan Tengah mencatat ada 11 kasus serangan buaya di Kotawaringin Timur, meski tidak sampai merenggut nyawa.
BKSDA mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan saat beraktivitas di sungai, apalagi saat hari gelap karena sangat rawat terjadi serangan buaya. Kewaspadaan tinggi diperlukan karena populasi buaya di Sungai Mentaya diperkirakan masih cukup banyak.
Baca juga: DPRD Kotim minta ketegasan pemerintah terhadap perkebunan sawit abaikan plasma
"Beliau menderita luka robek di kaki akibat gigitan buaya. Saat ini mendapat perawatan di rumah," kata Chandra, salah seorang kerabat korban, Senin malam.
Kejadian itu terjadi sekitar pukul 19.00 WIB ketika Isal hendak mengambil air wudhu ke sungai untuk melaksanakan shalat Isya. Seperti biasa, dia menuju sebuah titian menjulur ke sungai di belakang dapur rumahnya.
Tanpa diduga, saat dia mulai berwudlu, dari dalam air muncul seekor buaya yang langsung menyambar kaki kirinya. Korban berusaha melepaskan diri dari gigitan satwa buas itu.
Upayanya berhasil. Dia kemudian bergegas naik untuk menghindari serangan susulan buaya.
Akibat kejadian itu, korban menderita luka robek di paha kirinya bekas gigitan buaya. Dia terpaksa mendapat beberapa jahitan pada luka tersebut.
Kejadian itu membuat kaget warga setempat meski selama ini kemunculan buaya bukan hal aneh bagi mereka. Namun warga bersyukur karena korban berhasil selamat.
"Kalau ada kejadian seperti ini lagi, pasti warga semakin berhati-hati saat beraktivitas di sungai. Buaya memang sering muncul," kata Suni, warga lainnya.
Komandan Jaga Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah Pos Sampit, Muriansyah mengaku baru mendapat informasi terkait kejadian itu. Pihaknya akan ke lokasi kejadian dan menjenguk korban.
Baca juga: DPRD Kotim dukung percepatan perluasan jaringan listrik PLN ke pelosok
"Kronologis lengkapnya, kami belum mendapatkannya. Kalau di perairan Sungai Mentaya di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan itu umumnya tidak ada lanting. Yang ada memang semacam titian dari rumah warga ke sungai yang biasanya digunakan untuk MCK (mandi, cuci dan kakus)," kata Muriansyah.
Kejadian ini merupakan insiden kedua serangan buaya terhadap manusia pada 2021 ini. Awal 2021, tepatnya pada Jumat (1/1) sekitar pukul 23.30 WIB, seorang nenek bernama Bahriah (74) warga Desa Pelangsian Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, menderita putus tangan kiri dan patah kaki kiri setelah buaya besar menerkam tangannya saat dia mencuci tangan usai buang air besar di pinggir Sungai Mentaya.
Sementara itu, selama 2020 lalu Data BKSDA Kalimantan Tengah mencatat ada 11 kasus serangan buaya di Kotawaringin Timur, meski tidak sampai merenggut nyawa.
BKSDA mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan saat beraktivitas di sungai, apalagi saat hari gelap karena sangat rawat terjadi serangan buaya. Kewaspadaan tinggi diperlukan karena populasi buaya di Sungai Mentaya diperkirakan masih cukup banyak.
Baca juga: DPRD Kotim minta ketegasan pemerintah terhadap perkebunan sawit abaikan plasma