Pangkalan BunĀ (ANTARA) - Banjir yang terjadi di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah merendam sekitar 6.000 rumah dan lebih dari 24.000 jiwa terdampak bencana banjir yang disebut-sebut merupakan terbesar dalam sekitar 28 tahun terakhir.
"Banjir yang terjadi sejak bulan September ini semakin hari semakin meluas dan sudah merendam empat kecamatan. Total 31 kelurahan atau desa di lima kecamatan terdampak banjir, yakni Arut Selatan, Arut Utara, Kotawaringin Lama, dan Kumai, selain itu lebih 6.000 rumah warga terendam," kata Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kobar, Syahruni di Pangkalan Bun, Jumat.
Dijelaskannya, penyebab terjadinya banjir di wilayah Kobar ini diakibatkan tingginya curah hujan, sehingga membuat Sungai Arut dan Sungai Lamandau meluap. Kejadian ini menyebabkan lebih dari 6.000 kepala keluarga terdampak dari bencana ini.
"Dari data tim kami di lapangan, banyak juga fasilitas umum yang terdampak banjir ini, misal ada 20 tempat ibadah, 24 sekolahan, dan masih ada beberapa fasilitas umum lainnya yang terendam," ujar Syahruni.
Diterangkannya, Kecamatan Arut Selatan menjadi daerah terparah dalam banjir kali ini karena 17.000 lebih warganya terdampak banjir. Selain itu, Kecamatan Kotawaringin lama terdapat 4.000 lebih jiwa dan Kecamatan Arut Selatan 2.000 lebih jiwa terdampak banjir.
"Memang daerah bantaran Sungai Arut dan Sungai Lamandau yang kondisinya paling parah, bahkan ada beberapa lokasi ketinggian air mencapai satu meter lebih," ujarnya.
Baca juga: Anggota DPR RI dorong perusahaan bangun sumur resapan antisipasi banjir
Suliansyah warga Kelurahan Baru mengatakan, ia tinggal sejak 1994, baru kali ini rumahnya terendam oleh banjir, dan ini sudah terjadi selama sepekan lebih.
"Menurut saya ini terparah sejak saya menetap di Pangkalan Bun tahun 1994, dan kedalaman air di dalam rumah sudah mencapai mata kaki lebih," Ujarnya.
Banjir yang terjadi di Kobar bahkan membuat beberapa ruas jalan utama terendam, bahkan terpaksa harus ditutup. Arus lalu lintas kemudian dialihkan melalui jalan alternatif yang terhindar dari banjir.
Jalan yang ditutup untuk kendaraan seperti Jalan Ahmad Yani. Hal tersebut dikarenakan ketinggian air yang merendam badan jalan mencapai 30 cm lebih. Sebelum ditutup terlihat beberapa pengendara roda dua mogok saat melalui jalan tersebut.
"Untuk jalan Pangkalan Bun menuju Kotawaringin Lama sementara tidak bisa di lalui kendaraan roda empat dan ke atasnya, kalau sepeda motor masih bisa, itupun menggunakan jasa perahu penyeberang warga," kata Kapolres Kobar, AKBP Bayu Wicaksono.
Dikatakannya, bagi masyarakat atau angkutan yang ingin melakukan perjalanan menuju Kabupaten Sukamara, bisa melewati jalur Kabupaten Lamandau, dikarenakan kondisi jalan di sana masih normal.
Baca juga: Pemberian keterangan hasil investigasi, PT DLU serahkan kepada KNKT
Baca juga: Antisipasi tumpahan minyak, KSOP Kumai pasang oil boom di sekitar kapal karam
Baca juga: Pemkab Kobar alokasikan Rp2,8 miliar untuk penanganan korban banjir
"Banjir yang terjadi sejak bulan September ini semakin hari semakin meluas dan sudah merendam empat kecamatan. Total 31 kelurahan atau desa di lima kecamatan terdampak banjir, yakni Arut Selatan, Arut Utara, Kotawaringin Lama, dan Kumai, selain itu lebih 6.000 rumah warga terendam," kata Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kobar, Syahruni di Pangkalan Bun, Jumat.
Dijelaskannya, penyebab terjadinya banjir di wilayah Kobar ini diakibatkan tingginya curah hujan, sehingga membuat Sungai Arut dan Sungai Lamandau meluap. Kejadian ini menyebabkan lebih dari 6.000 kepala keluarga terdampak dari bencana ini.
"Dari data tim kami di lapangan, banyak juga fasilitas umum yang terdampak banjir ini, misal ada 20 tempat ibadah, 24 sekolahan, dan masih ada beberapa fasilitas umum lainnya yang terendam," ujar Syahruni.
Diterangkannya, Kecamatan Arut Selatan menjadi daerah terparah dalam banjir kali ini karena 17.000 lebih warganya terdampak banjir. Selain itu, Kecamatan Kotawaringin lama terdapat 4.000 lebih jiwa dan Kecamatan Arut Selatan 2.000 lebih jiwa terdampak banjir.
"Memang daerah bantaran Sungai Arut dan Sungai Lamandau yang kondisinya paling parah, bahkan ada beberapa lokasi ketinggian air mencapai satu meter lebih," ujarnya.
Baca juga: Anggota DPR RI dorong perusahaan bangun sumur resapan antisipasi banjir
Suliansyah warga Kelurahan Baru mengatakan, ia tinggal sejak 1994, baru kali ini rumahnya terendam oleh banjir, dan ini sudah terjadi selama sepekan lebih.
"Menurut saya ini terparah sejak saya menetap di Pangkalan Bun tahun 1994, dan kedalaman air di dalam rumah sudah mencapai mata kaki lebih," Ujarnya.
Banjir yang terjadi di Kobar bahkan membuat beberapa ruas jalan utama terendam, bahkan terpaksa harus ditutup. Arus lalu lintas kemudian dialihkan melalui jalan alternatif yang terhindar dari banjir.
Jalan yang ditutup untuk kendaraan seperti Jalan Ahmad Yani. Hal tersebut dikarenakan ketinggian air yang merendam badan jalan mencapai 30 cm lebih. Sebelum ditutup terlihat beberapa pengendara roda dua mogok saat melalui jalan tersebut.
"Untuk jalan Pangkalan Bun menuju Kotawaringin Lama sementara tidak bisa di lalui kendaraan roda empat dan ke atasnya, kalau sepeda motor masih bisa, itupun menggunakan jasa perahu penyeberang warga," kata Kapolres Kobar, AKBP Bayu Wicaksono.
Dikatakannya, bagi masyarakat atau angkutan yang ingin melakukan perjalanan menuju Kabupaten Sukamara, bisa melewati jalur Kabupaten Lamandau, dikarenakan kondisi jalan di sana masih normal.
Baca juga: Pemberian keterangan hasil investigasi, PT DLU serahkan kepada KNKT
Baca juga: Antisipasi tumpahan minyak, KSOP Kumai pasang oil boom di sekitar kapal karam
Baca juga: Pemkab Kobar alokasikan Rp2,8 miliar untuk penanganan korban banjir