Pangkalan Bun (ANTARA) - Pandemi COVID-19 juga berdampak terhadap kegiatan pariwisata di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, salah satunya terlihat dari berkurangnya jumlah kapal wisata yang membawa wisatawan ke objek wisata Taman Nasional Tanjung Puting.
"Sebelum pandemi COVID-19 ada 120 unit lebih kapal wisata yang melayani wisatawan untuk berkunjung ke Taman Nasional Tanjung Puting, namun pada waktu COVID-19 banyak kapal yang rusak dan ada yang dijual sehingga sekarang tersisa sekitar 70 unit, ujar Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Kobar Bambang Sigit Purnomo di Pangkalan Bun, Senin.
Dijelaskan Sigit, saat ini kunjungan pariwisata ke TN Tanjung Puting terus meningkat. Tercatat hingga September sebanyak 22.000 lebih wisatawan yang berkunjung ke kawasan konservasi satwa langka Orangutan tersebut.
"Hampir 80 persen wisatawan yang datang berasal dari Eropa, dan kebanyakan dari Spanyol," ujar Sigit.
Dikatakannya, puncak kunjungan wisatawan ke TN Tanjung Puting terjadi pada Juni hingga Agustus. Hal itu karena pada bulan tersebut di negara-negata Eropa lagi musim dingin dan musim libur.
"Untuk skema kunjungan wisatawan puncaknya di bulan Juni hingga Agustus, bulan selanjutnya mulai penurunan kunjungan wisatawan," ujarnya.
Baca juga: Kapolda Kalteng cek banjir di Kobar
Ahmad Yani, pemilik kapal wisata ke Tanjung Puting mengatakan, berkurangnya kapal wisata dibanding sebelum pandemi dikarenakan banyak kapal yang dijual oleh pemiliknya. Ada pula yang beralih fungsi misal menjadi pengangkut buah sawit.
"Karena waktu pandemi kan kapal tidak beroperasi, dan biaya perawatan juga mahal, sehingga karena tidak ada pemasukan dari usaha jasa wisata ini, sehingga ada yang harus menjual kapalnya dan alih fungsi menjadi pengangkut sawit," ujarnya.
Dijelaskan Yani, untuk biaya sewa kapal ada kenaikan harga. Hal itu lantaran pengelola harus melakukan penyesuaian pasca kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu.
"Sebelum pandemi harga sewa biasa Rp700 ribu hingga Rp900 ribu perharinya. Saat ini harga sewa perhari Rp1 juta hingga Rp1,5 juta perhari, tergantung dari besar kapal dan fasilitas yang disediakan," ujar pemilik Tour Travel Boneo Hijau Persada tersebut.
Ahmad Yani pun membenarkan puncak kunjungan wisatawan ke TN Tanjung Puting terjadi pada Juni hingga Agustus. Bahkan pada puncak kunjungan tersebut sehari mencapai 20 unit kapal wisata masuk ke TN Tanjung Puting membawa wisatawan.
"Bahkan kadang wisatawan yang datang tidak kebagian kapal sehingga harus menunggu di pelabuhan Tanjung Puting," terang Ahmad Yani.
Baca juga: Anggota DPR serahkan 1.045 pompa konversi kepada petani dan nelayan Kobar
Baca juga: Menikmati kuliner 'Coto Menggala' yang pernah meraih Anugerah Pesona Indonesia
Baca juga: Kekurangan guru dan fasilitas pendidikan masih jadi masalah di Kobar, kata Pj Bupati
"Sebelum pandemi COVID-19 ada 120 unit lebih kapal wisata yang melayani wisatawan untuk berkunjung ke Taman Nasional Tanjung Puting, namun pada waktu COVID-19 banyak kapal yang rusak dan ada yang dijual sehingga sekarang tersisa sekitar 70 unit, ujar Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Kobar Bambang Sigit Purnomo di Pangkalan Bun, Senin.
Dijelaskan Sigit, saat ini kunjungan pariwisata ke TN Tanjung Puting terus meningkat. Tercatat hingga September sebanyak 22.000 lebih wisatawan yang berkunjung ke kawasan konservasi satwa langka Orangutan tersebut.
"Hampir 80 persen wisatawan yang datang berasal dari Eropa, dan kebanyakan dari Spanyol," ujar Sigit.
Dikatakannya, puncak kunjungan wisatawan ke TN Tanjung Puting terjadi pada Juni hingga Agustus. Hal itu karena pada bulan tersebut di negara-negata Eropa lagi musim dingin dan musim libur.
"Untuk skema kunjungan wisatawan puncaknya di bulan Juni hingga Agustus, bulan selanjutnya mulai penurunan kunjungan wisatawan," ujarnya.
Baca juga: Kapolda Kalteng cek banjir di Kobar
Ahmad Yani, pemilik kapal wisata ke Tanjung Puting mengatakan, berkurangnya kapal wisata dibanding sebelum pandemi dikarenakan banyak kapal yang dijual oleh pemiliknya. Ada pula yang beralih fungsi misal menjadi pengangkut buah sawit.
"Karena waktu pandemi kan kapal tidak beroperasi, dan biaya perawatan juga mahal, sehingga karena tidak ada pemasukan dari usaha jasa wisata ini, sehingga ada yang harus menjual kapalnya dan alih fungsi menjadi pengangkut sawit," ujarnya.
Dijelaskan Yani, untuk biaya sewa kapal ada kenaikan harga. Hal itu lantaran pengelola harus melakukan penyesuaian pasca kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu.
"Sebelum pandemi harga sewa biasa Rp700 ribu hingga Rp900 ribu perharinya. Saat ini harga sewa perhari Rp1 juta hingga Rp1,5 juta perhari, tergantung dari besar kapal dan fasilitas yang disediakan," ujar pemilik Tour Travel Boneo Hijau Persada tersebut.
Ahmad Yani pun membenarkan puncak kunjungan wisatawan ke TN Tanjung Puting terjadi pada Juni hingga Agustus. Bahkan pada puncak kunjungan tersebut sehari mencapai 20 unit kapal wisata masuk ke TN Tanjung Puting membawa wisatawan.
"Bahkan kadang wisatawan yang datang tidak kebagian kapal sehingga harus menunggu di pelabuhan Tanjung Puting," terang Ahmad Yani.
Baca juga: Anggota DPR serahkan 1.045 pompa konversi kepada petani dan nelayan Kobar
Baca juga: Menikmati kuliner 'Coto Menggala' yang pernah meraih Anugerah Pesona Indonesia
Baca juga: Kekurangan guru dan fasilitas pendidikan masih jadi masalah di Kobar, kata Pj Bupati