Sampit (ANTARA) - Umat Hindu Kaharingan di Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah menggelar ritual 'Mamapas Lewu dan Manampung Sahur" untuk membersihkan daerah ini dari hal-hal negatif seperti potensi bencana, wabah penyakit, permusuhan dan hal buruk lainnya.
"Ritual ini sebagai upaya kita memohon kepada Yang Maha Kuasa agar daerah kita terhindar dari bencana dan hal buruk. Ini juga gambaran tingginya toleransi kerukunan umat beragama di daerah kita," kata Ketua Majelis Daerah Agama Hindu Kaharingan Kotawaringin Timur, Rena di Sampit, Senin.
Mamapas lewu dan manampung sahur digelar di halaman Balai Basarah Penyang Hatampung. Kegiatan diikuti pemeluk Kaharingan, termasuk perwakilan dari 13 kecamatan di daerah ini.
Turut hadir Bupati Halikinnor, Ketua DPRD Rinie, Sekretaris Daerah Fajrurrahman dan pejabat lainnya. Ritual kali ini dipimpin Pisor dari Desa Mujam Kecamatan Tualan Hulu, Riki Junaidi.
Acara diawali dengan doa bersama perwakilan lintas agama yakni dari Islam, Kristen Protestan, Katolik, Budha, Konghucu dan Hindu Kaharingan. Acara dilanjutkan dengan 'manganjan' yaitu menari sambil berkeliling membentuk formasi lingkaran.
Ritual dilanjutkan dengan penombakan hewan kurban yaitu seekor sapi yang dilakukan secara bergantian. Selanjutnya sapi tersebut disembelih oleh seorang pemuka Islam.
Baca juga: Kwarran Baamang bantu balita penderita tumor di wajah
Selanjutnya pemimpin ritual membacakan doa-doa sekaligus melakukan tapung tawar atau memercikkan air kepada tamu. Kegiatan utama ritual ini yaitu berkeliling kota menggunakan mobil untuk membacakan doa agar daerah ini terhindar dari bencana dan buruk.
"Kami sangat berterima kasih kepada pemerintah daerah yang telah mendukung kegiatan ini. Bahkan kami terharu karena Pak Bupati tetap hadir padahal dalam kondisi masih pemulihan dan harus menggunakan tongkat pasca operasi kaki," kata Rena.
Bupati Halikinnor yang hadir dalam acara itu menyampaikan dukungannya terhadap kegiatan tersebut. Menurutnya, pemerintah daerah dan masyarakat di daerah ini menjunjung tinggal toleransi dan menghargai perbedaan, termasuk dalam hal ajaran agama.
"Semua agama mengajarkan kebaikan. Kita jalankan ajaran agama sesuai dengan keyakinan kita masing-masing. Bagi kita di Kotawaringin Timur, perbedaan itu hal biasa. Bahkan dalam satu rumah berbeda agama pun bukan hal aneh di daerah kita ini," kata Halikinnor.
Terkait pelaksanaan mamapas lewu dan manampung sahur tersebut, Halikinnor mengatakan, pemerintah daerah akan meningkatkan dukungan. Dia meminta kegiatan ini direncanakan dengan baik sehingga bisa digelar dalam skala besar.
"Apa yang diperlukan, sampaikan kepada pemerintah daerah. Misalnya tenda dan lainnya, kita kan punya. Saya selaku kepala daerah tentu mendukung ini. Kita semua adalah saudara," demikian Halikinnor.
Baca juga: Pemprov Kalteng kembali distribusikan 4.000 paket bahan pokok di Kotim
Baca juga: Terowongan Nur Mentaya upaya menumbuhkan ekonomi masyarakat
Baca juga: Bupati Kotim minta lelang dilaksanakan lebih awal
"Ritual ini sebagai upaya kita memohon kepada Yang Maha Kuasa agar daerah kita terhindar dari bencana dan hal buruk. Ini juga gambaran tingginya toleransi kerukunan umat beragama di daerah kita," kata Ketua Majelis Daerah Agama Hindu Kaharingan Kotawaringin Timur, Rena di Sampit, Senin.
Mamapas lewu dan manampung sahur digelar di halaman Balai Basarah Penyang Hatampung. Kegiatan diikuti pemeluk Kaharingan, termasuk perwakilan dari 13 kecamatan di daerah ini.
Turut hadir Bupati Halikinnor, Ketua DPRD Rinie, Sekretaris Daerah Fajrurrahman dan pejabat lainnya. Ritual kali ini dipimpin Pisor dari Desa Mujam Kecamatan Tualan Hulu, Riki Junaidi.
Acara diawali dengan doa bersama perwakilan lintas agama yakni dari Islam, Kristen Protestan, Katolik, Budha, Konghucu dan Hindu Kaharingan. Acara dilanjutkan dengan 'manganjan' yaitu menari sambil berkeliling membentuk formasi lingkaran.
Ritual dilanjutkan dengan penombakan hewan kurban yaitu seekor sapi yang dilakukan secara bergantian. Selanjutnya sapi tersebut disembelih oleh seorang pemuka Islam.
Baca juga: Kwarran Baamang bantu balita penderita tumor di wajah
Selanjutnya pemimpin ritual membacakan doa-doa sekaligus melakukan tapung tawar atau memercikkan air kepada tamu. Kegiatan utama ritual ini yaitu berkeliling kota menggunakan mobil untuk membacakan doa agar daerah ini terhindar dari bencana dan buruk.
"Kami sangat berterima kasih kepada pemerintah daerah yang telah mendukung kegiatan ini. Bahkan kami terharu karena Pak Bupati tetap hadir padahal dalam kondisi masih pemulihan dan harus menggunakan tongkat pasca operasi kaki," kata Rena.
Bupati Halikinnor yang hadir dalam acara itu menyampaikan dukungannya terhadap kegiatan tersebut. Menurutnya, pemerintah daerah dan masyarakat di daerah ini menjunjung tinggal toleransi dan menghargai perbedaan, termasuk dalam hal ajaran agama.
"Semua agama mengajarkan kebaikan. Kita jalankan ajaran agama sesuai dengan keyakinan kita masing-masing. Bagi kita di Kotawaringin Timur, perbedaan itu hal biasa. Bahkan dalam satu rumah berbeda agama pun bukan hal aneh di daerah kita ini," kata Halikinnor.
Terkait pelaksanaan mamapas lewu dan manampung sahur tersebut, Halikinnor mengatakan, pemerintah daerah akan meningkatkan dukungan. Dia meminta kegiatan ini direncanakan dengan baik sehingga bisa digelar dalam skala besar.
"Apa yang diperlukan, sampaikan kepada pemerintah daerah. Misalnya tenda dan lainnya, kita kan punya. Saya selaku kepala daerah tentu mendukung ini. Kita semua adalah saudara," demikian Halikinnor.
Baca juga: Pemprov Kalteng kembali distribusikan 4.000 paket bahan pokok di Kotim
Baca juga: Terowongan Nur Mentaya upaya menumbuhkan ekonomi masyarakat
Baca juga: Bupati Kotim minta lelang dilaksanakan lebih awal