Palangka Raya (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah memilih padi varietas IR-42/PB-42 untuk dikembangkan dan berhasil melakukan panen, sebagai salah satu langkah antisipasi dampak dari fenomena El Nino.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan (TPHP) Provinsi Kalimantan Tengah Sunarti di Palangka Raya, Senin, menjelaskan, padi IR-42/PB-42 merupakan varietas unggul baru yang berumur pendek dengan produktivitas cukup tinggi yakni 4-5 ton/hektare (ha).
"Varietas ini menjadi substitusi beras pera (karau) dari varietas unggul lokal yang memiliki umur produksi cukup panjang mencapai 4-6 bulan sampai panen dan produktivitas rendah, yakni 2-2,5 ton/ha," katanya.
Sunarti menjelaskan, pengembangan varietas IR-42/PB-42 ini dilakukan masing-masing di lahan seluas 200 ha di Kabupaten Pulang Pisau dan Kapuas.
"Menghadapi El Nino di Kalimantan Tengah, kami memilih varietas yang tahan terhadap perubahan cuaca seperti IR-42/PB-42 dan ini dapat dibuktikan di sini," jelasnya.
Baca juga: Dislutkan Kalteng gandeng DAD dalam pengawasan sumber daya KP
Panen perdana padi varietas IR-42/PB-42 dilakukan untuk Desa Belanti Siam, Kecamatan Pandih Batu, Kabupaten Pulang Pisau, yang juga masuk dalam kawasan pengembangan Food Estate, Sabtu (19/8) yang dipimpin Wakil Gubernur Edy Pratowo.
Kegiatan ini juga sekaligus berdasarkan rekomendasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kalimantan Tengah sebagai upaya penanganan inflasi daerah, yang salah satunya dipicu harga beras pera atau karau yang sangat mahal.
Panen dilaksanakan di lahan seluas 2 ha dalam hamparan lahan seluas 200 ha. Berdasarkan data yang disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Pulang Pisau, Oo Suharto, produksi padi di kabupaten setempat meningkat dari 2020 sampai dengan 2023, seiring dengan peningkatan luas lahan pertanian.
Untuk panen kali ini, hasil ubinan di lahan seluas 2,5 meter x 2,5 meter diperoleh gabah kering panen 3,56 kilogram, sehingga produktivitas padi per hektare dapat mencapai 5,7 ton. Produksi padi di wilayah ini tercatat terjadi peningkatan sejak Program Food Estate mulai dikembangkan.
Hasil ini pun menunjukkan pemilihan Pulang Pisau sebagai salah satu wilayah pengembangan Food Estate atau penyedia lumbung pangan di Kalimantan Tengah merupakan pilihan yang tepat.
Baca juga: Dishanpang Kalteng perluas bantuan penanganan stunting hingga Barito Timur
Baca juga: Perkuat pengendalian inflasi, pemprov panen perdana Padi Varietas IR-42/PB-42
Baca juga: Pemprov kembangkan Sebangau menjadi kawasan wisata modern tanpa hilangkan keasrian alam
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan (TPHP) Provinsi Kalimantan Tengah Sunarti di Palangka Raya, Senin, menjelaskan, padi IR-42/PB-42 merupakan varietas unggul baru yang berumur pendek dengan produktivitas cukup tinggi yakni 4-5 ton/hektare (ha).
"Varietas ini menjadi substitusi beras pera (karau) dari varietas unggul lokal yang memiliki umur produksi cukup panjang mencapai 4-6 bulan sampai panen dan produktivitas rendah, yakni 2-2,5 ton/ha," katanya.
Sunarti menjelaskan, pengembangan varietas IR-42/PB-42 ini dilakukan masing-masing di lahan seluas 200 ha di Kabupaten Pulang Pisau dan Kapuas.
"Menghadapi El Nino di Kalimantan Tengah, kami memilih varietas yang tahan terhadap perubahan cuaca seperti IR-42/PB-42 dan ini dapat dibuktikan di sini," jelasnya.
Baca juga: Dislutkan Kalteng gandeng DAD dalam pengawasan sumber daya KP
Panen perdana padi varietas IR-42/PB-42 dilakukan untuk Desa Belanti Siam, Kecamatan Pandih Batu, Kabupaten Pulang Pisau, yang juga masuk dalam kawasan pengembangan Food Estate, Sabtu (19/8) yang dipimpin Wakil Gubernur Edy Pratowo.
Kegiatan ini juga sekaligus berdasarkan rekomendasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kalimantan Tengah sebagai upaya penanganan inflasi daerah, yang salah satunya dipicu harga beras pera atau karau yang sangat mahal.
Panen dilaksanakan di lahan seluas 2 ha dalam hamparan lahan seluas 200 ha. Berdasarkan data yang disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Pulang Pisau, Oo Suharto, produksi padi di kabupaten setempat meningkat dari 2020 sampai dengan 2023, seiring dengan peningkatan luas lahan pertanian.
Untuk panen kali ini, hasil ubinan di lahan seluas 2,5 meter x 2,5 meter diperoleh gabah kering panen 3,56 kilogram, sehingga produktivitas padi per hektare dapat mencapai 5,7 ton. Produksi padi di wilayah ini tercatat terjadi peningkatan sejak Program Food Estate mulai dikembangkan.
Hasil ini pun menunjukkan pemilihan Pulang Pisau sebagai salah satu wilayah pengembangan Food Estate atau penyedia lumbung pangan di Kalimantan Tengah merupakan pilihan yang tepat.
Baca juga: Dishanpang Kalteng perluas bantuan penanganan stunting hingga Barito Timur
Baca juga: Perkuat pengendalian inflasi, pemprov panen perdana Padi Varietas IR-42/PB-42
Baca juga: Pemprov kembangkan Sebangau menjadi kawasan wisata modern tanpa hilangkan keasrian alam