Palangka Raya (ANTARA) - Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah mencatat perkembangan angka Gini Ratio di provinsi setempat dalam periode Maret 2018 hingga Maret 2024 berfluktuasi.
Kepala BPS Kalteng Agnes Widia melalui virtual disaksikan di Palangka Raya, Rabu, mengatakan bahwa sejak September 2018, angka Gini Ratio di provinsi ini cenderung menurun dari waktu ke waktu.
"Kondisi itu menunjukkan bahwa selama periode tersebut, terjadi perbaikan pemerataan pengeluaran di provinsi ini," ucapnya.
Meski begitu, dirinya mengakui akibat adanya pandemi COVID- 19, nilai Gini Ratio di provinsi ini kembali mengalami kenaikan pada Maret 2021, yang kemudian kembali mengalami penurunan mulai September 2021, tetapi meningkat lagi Maret 2023.
Agnes mengatakan berdasarkan daerah tempat tinggal, Gini Ratio di daerah perkotaan pada Maret 2024 sebesar 0,311. Terjadi penurunan 0,024 poin dibanding Maret 2023 yang berkisar 0,335 dan 0,037 poin dibanding Maret 2022 yang sebesar 0,348. Untuk daerah perdesaan, Gini Ratio pada Maret 2024 tercatat sebesar 0,288 turun 0,01 poin dibandingkan dengan kondisi Maret 2023 dan turun juga 0,004 dibanding kondisi Maret 2022 sebesar 0,292.
"Efek gini ratio pada bulan September 2022 sama, baik di perdesaan maupun perkotaan. Di mana setelah pada 5 semester sebelumnya gini ratio memiliki efek yang berbeda karena pengaruh pandemi," beber dia.
Dikatakan, pada Maret 2024, persentase pengeluaran pada kelompok 40 persen terbawah adalah sebesar 21,91 persen. Ini menandakan pada kategori ketimpangan rendah. Kondisi ini meningkat dibandingkan Maret 2023 yang sebesar 21,08 persen dan juga meningkat dibandingkan dengan Maret 2022 yang berkisar 21,01 persen.
Jika dibedakan menurut daerah, pada Maret 2024 persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah di daerah perkotaan adalah sebesar 20,75 persen. Sementara untuk persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah di daerah perdesaan tercatat sebesar 22,88 persen.
Baca juga: Kalteng selama Juni 2024 deflasi 0,28 persen
"Jadi, berdasarkan kriteria Bank Dunia, ketimpangan di daerah perkotaan maupun di daerah perdesaan termasuk dalam kategori ketimpangan rendah," ungkap Agnes.
Berdasarkan data BPS Kalteng, pada Maret 2024 provinsi yang mempunyai nilai Gini Ratio tertinggi tercatat di Daerah Istimewa Yogyakarta yang mencapai 0,435. Sementara Gini Ratio terendah tercatat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan Gini Ratio 0,244.
Apabila dibandingkan Gini Ratio di kawasan regional Kalimantan terlihat relatif tidak berbeda, ketimpangan tertinggi terjadi di Kalimantan Timur sebesar 0,321 dan ketimpangan terendah di Kalimantan Utara 0,264.
Baca juga: Penduduk miskin di Kalteng pada Maret 2024 sekitar 5,17 persen
Baca juga: BI sebut inflasi 2024 Kalteng masih sesuai target nasional
Baca juga: Emas perhiasan sumbang inflasi di Sampit
Kepala BPS Kalteng Agnes Widia melalui virtual disaksikan di Palangka Raya, Rabu, mengatakan bahwa sejak September 2018, angka Gini Ratio di provinsi ini cenderung menurun dari waktu ke waktu.
"Kondisi itu menunjukkan bahwa selama periode tersebut, terjadi perbaikan pemerataan pengeluaran di provinsi ini," ucapnya.
Meski begitu, dirinya mengakui akibat adanya pandemi COVID- 19, nilai Gini Ratio di provinsi ini kembali mengalami kenaikan pada Maret 2021, yang kemudian kembali mengalami penurunan mulai September 2021, tetapi meningkat lagi Maret 2023.
Agnes mengatakan berdasarkan daerah tempat tinggal, Gini Ratio di daerah perkotaan pada Maret 2024 sebesar 0,311. Terjadi penurunan 0,024 poin dibanding Maret 2023 yang berkisar 0,335 dan 0,037 poin dibanding Maret 2022 yang sebesar 0,348. Untuk daerah perdesaan, Gini Ratio pada Maret 2024 tercatat sebesar 0,288 turun 0,01 poin dibandingkan dengan kondisi Maret 2023 dan turun juga 0,004 dibanding kondisi Maret 2022 sebesar 0,292.
"Efek gini ratio pada bulan September 2022 sama, baik di perdesaan maupun perkotaan. Di mana setelah pada 5 semester sebelumnya gini ratio memiliki efek yang berbeda karena pengaruh pandemi," beber dia.
Dikatakan, pada Maret 2024, persentase pengeluaran pada kelompok 40 persen terbawah adalah sebesar 21,91 persen. Ini menandakan pada kategori ketimpangan rendah. Kondisi ini meningkat dibandingkan Maret 2023 yang sebesar 21,08 persen dan juga meningkat dibandingkan dengan Maret 2022 yang berkisar 21,01 persen.
Jika dibedakan menurut daerah, pada Maret 2024 persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah di daerah perkotaan adalah sebesar 20,75 persen. Sementara untuk persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah di daerah perdesaan tercatat sebesar 22,88 persen.
Baca juga: Kalteng selama Juni 2024 deflasi 0,28 persen
"Jadi, berdasarkan kriteria Bank Dunia, ketimpangan di daerah perkotaan maupun di daerah perdesaan termasuk dalam kategori ketimpangan rendah," ungkap Agnes.
Berdasarkan data BPS Kalteng, pada Maret 2024 provinsi yang mempunyai nilai Gini Ratio tertinggi tercatat di Daerah Istimewa Yogyakarta yang mencapai 0,435. Sementara Gini Ratio terendah tercatat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan Gini Ratio 0,244.
Apabila dibandingkan Gini Ratio di kawasan regional Kalimantan terlihat relatif tidak berbeda, ketimpangan tertinggi terjadi di Kalimantan Timur sebesar 0,321 dan ketimpangan terendah di Kalimantan Utara 0,264.
Baca juga: Penduduk miskin di Kalteng pada Maret 2024 sekitar 5,17 persen
Baca juga: BI sebut inflasi 2024 Kalteng masih sesuai target nasional
Baca juga: Emas perhiasan sumbang inflasi di Sampit