Sampit (ANTARA) - Seekor bekantan mengamuk di Pondok Pesantren (ponpes)Darul Amin Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah hingga membuat santriwati dan ustadzah yang ada di lokasi histeris ketakutan.
Kejadian tersebut sempat direkam oleh warga ponpes sebelum akhirnya satwa tersebut berhasil diamankan dengan bantuan satpam setempat.
"Iya benar, awalnya kami menerima kabar ada bekantan masuk ke ponpes kami, tepatnya di kantor putri, tapi setelah kami tiba bekantannya sudah diikat dan dimasukkan ke dalam karung," kata Ustad Ponpes Darul Amin Muhammad Rezky Fauzi di Sampit, Selasa.
Ia menyebutkan kejadian tersebut sekitar pukul 9:30 WIB. Tidak diketahui pasti dari mana asal primata tersebut hingga tersesat ke lingkungan ponpes.
Dari rekaman video, terlihat bekantan tersebut mengamuk di dalam kantor Ponpes Darul Amin dan menghamburkan sejumlah barang di ruangan itu. Beruntung satwa itu dapat segera diamankan sebelum menimbulkan kerusakan yang lebih parah.
Setelah diamankan pihak Ponpes Darul Amin menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Disdamkarmat) Kotim untuk menyerahkan satwa tersebut.
Plt Kepala Disdamkarmat Kotim Wim RK Benung menyampaikan setelah menerima laporan dari warga yang berhasil mengamankan seekor bekantan pihaknya langsung menurunkan tim ke lokasi.
Saat pihaknya tiba di tujuan, bekantan tersebut dalam posisi terikat dengan kepala keluar dari dalam karung. Hal ini untuk menghindari satwa itu kembali mengamuk dan menyerang manusia. Bekantan tersebut lalu dibawa ke markas komando (mako) sembari pihaknya menghubungi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Sampit.
"Bekantan ini termasuk satwa langka yang dilindungi undang-undang maka untuk penanganan selanjutnya kami serahkan ke BKSDA. Kami berterima kasih kepada warga yang segera melapor ke kami," ujarnya.
Menurut Wim, penyebab satwa itu nekat masuk ke pemukiman warga lantaran habitat aslinya telah rusak dan sumber makanannya menipis.
Oleh sebab itu, ia mengimbau kepada masyarakat untuk bersama-sama menjaga lingkungan, salah satunya dengan tidak melakukan pembakaran hutan dan lahan yang dapat berdampak langsung terhadap satwa yang ada di dalamnya.
Sekitar pukul 11:00 WIB, Komandan BKSDA Resort Sampit Muriansyah bersama anggotanya tiba di mako Disdamkarmat dan langsung dilakukan serah terima satwa.
Setelah memeriksa kondisi fisik satwa tersebut pihak BKSDA memutuskan untuk langsung melakukan pelepasliaran.
Baca juga: Pemkab Kotim buat katalog mebel untuk berdayakan UMKM lokal
"Hasil pengamatan kami di tubuh bekantan tidak ditemukan luka, jadi kami putuskan hari ini langsung dilepasliarkan. Sebab, bekantan termasuk satwa yang mudah stres, sehingga kalau terlalu lama di kandang dikhawatirkan bekantannya semakin stres," jelas Muriansyah.
Ia melanjutkan, dari hasil pemeriksaan bekantan tersebut berjenis kelamin betina dan sudah termasuk bekantan dewasa. Diduga primata berhidung besar ini masuk ke pemukiman warga untuk mencari makan.
Pelepasliaran dilakukan di hutan pinggir Sungai Mentaya, wilayah Kecamatan Seranau. Lokasi ini dipilih karena diketahui merupakan habitat satwa tersebut.
Bekantan merupakan hewan endemik Pulau Kalimantan, sehingga tidak terlalu sulit untuk mencari habitat yang sesuai untuk satwa tersebut. Khususnya di Kotim ada beberapa kecamatan yang masih sering ditemukan satwa itu, yakni Seranau, Pulau Hanaut, Mentaya Hilir Selatan, Mentaya Hilir Utara dan Teluk Sampit.
Baca juga: Kepala Dinas terjerat korupsi, Bupati Kotim tegaskan hormati proses hukum
Baca juga: Bupati Kotim: rute Sampit-Surabaya dari NAM Air diuji coba empat bulan
Baca juga: Disdik Kotim bagikan laptop, SKB dan PKBM sangat terbantu
Kejadian tersebut sempat direkam oleh warga ponpes sebelum akhirnya satwa tersebut berhasil diamankan dengan bantuan satpam setempat.
"Iya benar, awalnya kami menerima kabar ada bekantan masuk ke ponpes kami, tepatnya di kantor putri, tapi setelah kami tiba bekantannya sudah diikat dan dimasukkan ke dalam karung," kata Ustad Ponpes Darul Amin Muhammad Rezky Fauzi di Sampit, Selasa.
Ia menyebutkan kejadian tersebut sekitar pukul 9:30 WIB. Tidak diketahui pasti dari mana asal primata tersebut hingga tersesat ke lingkungan ponpes.
Dari rekaman video, terlihat bekantan tersebut mengamuk di dalam kantor Ponpes Darul Amin dan menghamburkan sejumlah barang di ruangan itu. Beruntung satwa itu dapat segera diamankan sebelum menimbulkan kerusakan yang lebih parah.
Setelah diamankan pihak Ponpes Darul Amin menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Disdamkarmat) Kotim untuk menyerahkan satwa tersebut.
Plt Kepala Disdamkarmat Kotim Wim RK Benung menyampaikan setelah menerima laporan dari warga yang berhasil mengamankan seekor bekantan pihaknya langsung menurunkan tim ke lokasi.
Saat pihaknya tiba di tujuan, bekantan tersebut dalam posisi terikat dengan kepala keluar dari dalam karung. Hal ini untuk menghindari satwa itu kembali mengamuk dan menyerang manusia. Bekantan tersebut lalu dibawa ke markas komando (mako) sembari pihaknya menghubungi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Sampit.
"Bekantan ini termasuk satwa langka yang dilindungi undang-undang maka untuk penanganan selanjutnya kami serahkan ke BKSDA. Kami berterima kasih kepada warga yang segera melapor ke kami," ujarnya.
Menurut Wim, penyebab satwa itu nekat masuk ke pemukiman warga lantaran habitat aslinya telah rusak dan sumber makanannya menipis.
Oleh sebab itu, ia mengimbau kepada masyarakat untuk bersama-sama menjaga lingkungan, salah satunya dengan tidak melakukan pembakaran hutan dan lahan yang dapat berdampak langsung terhadap satwa yang ada di dalamnya.
Sekitar pukul 11:00 WIB, Komandan BKSDA Resort Sampit Muriansyah bersama anggotanya tiba di mako Disdamkarmat dan langsung dilakukan serah terima satwa.
Setelah memeriksa kondisi fisik satwa tersebut pihak BKSDA memutuskan untuk langsung melakukan pelepasliaran.
Baca juga: Pemkab Kotim buat katalog mebel untuk berdayakan UMKM lokal
"Hasil pengamatan kami di tubuh bekantan tidak ditemukan luka, jadi kami putuskan hari ini langsung dilepasliarkan. Sebab, bekantan termasuk satwa yang mudah stres, sehingga kalau terlalu lama di kandang dikhawatirkan bekantannya semakin stres," jelas Muriansyah.
Ia melanjutkan, dari hasil pemeriksaan bekantan tersebut berjenis kelamin betina dan sudah termasuk bekantan dewasa. Diduga primata berhidung besar ini masuk ke pemukiman warga untuk mencari makan.
Pelepasliaran dilakukan di hutan pinggir Sungai Mentaya, wilayah Kecamatan Seranau. Lokasi ini dipilih karena diketahui merupakan habitat satwa tersebut.
Bekantan merupakan hewan endemik Pulau Kalimantan, sehingga tidak terlalu sulit untuk mencari habitat yang sesuai untuk satwa tersebut. Khususnya di Kotim ada beberapa kecamatan yang masih sering ditemukan satwa itu, yakni Seranau, Pulau Hanaut, Mentaya Hilir Selatan, Mentaya Hilir Utara dan Teluk Sampit.
Baca juga: Kepala Dinas terjerat korupsi, Bupati Kotim tegaskan hormati proses hukum
Baca juga: Bupati Kotim: rute Sampit-Surabaya dari NAM Air diuji coba empat bulan
Baca juga: Disdik Kotim bagikan laptop, SKB dan PKBM sangat terbantu