Sampit (ANTARA) - Sehubungan dengan musim hujan yang meliputi Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah, Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) di DPRD setempat, mengingatkan sekaligus meminta kepada pemerintah daerah untuk terus melakukan mitigasi bencana sejak dini.
"Intensitas hujan di Kotim sudah mulai meningkat, maka dari itu kami meminta kepada pemerintah daerah melalui instansi terkait untuk menyiapkan upaya mitigasi bencana sejak dini," kata Ketua Fraksi Partai Gerindra Rambat di Sampit, Selasa.
Anggota Komisi IV DPRD Kotim ini menjelaskan, berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Haji Asan Sampit saat ini sebagian besar wilayah di Indonesia sudah memasuki musim penghujan.
Kondisi ini membawa dampak positif maupun dampak negatif bagi masyarakat. Dampak positifnya adalah curah hujan yang cukup intensif dapat membantu pertumbuhan tanaman sehingga akan berdampak juga terhadap hasil pertanian. Sementara, dampak negatifnya intensitas hujan yang cukup tinggi juga dapat menyebabkan dampak yang negatif seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang, dan lain sebagainya. Terutama di wilayah utara Kotim yang langganan banjir setiap tahun.
"Banjir juga dapat mempengaruhi perekonomian warga, misalnya saja seperti ancaman gagal panen akibat banjir, ancaman bagi transportasi, atau banjir menyebabkan masyarakat tidak bisa bekerja atau beraktivitas," ujar Rambat.
Legislator Kotim itu juga mengingatkan agar pemerintah daerah melalui instansi terkait, khususnya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dapat melakukan upaya antisipasi agar setidaknya dampak dari bencana bisa diminimalkan.
Sebelumnya Prakirawan BMKG Kotim Windy menyampaikan Kotim mulai memasuki musim hujan sejak pertengahan atau dasarian II September. Peralihan musim kemarau ke musim hujan di wilayah Kotim terjadi secara bertahap berdasarkan ZOM. Di mana Kalimantan Tengah dibagi dalam 13 Zona Musim zona musim atau ZOM, yakni daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan periode musim hujan.
Khusus di wilayah Kotim, terdapat empat ZOM, yakni Kalteng 8, Kalteng 9, Kalteng 10 dan Kalteng 13. Berdasarkan ZOM tersebut diketahui bahwa musim hujan yang melanda wilayah Kotim terjadi secara bertahap.
September dasarian II, musim hujan terjadi pada Kalteng 8 meliputi wilayah Kecamatan Antang Kalang, Bukit Santuai bagian utara, Telaga Antang bagian utara dan Tualan Hulu bagian utara.
Baca juga: DPRD Kotim apresiasi deklarasi netralitas kades dan lurah
September dasarian III, musim hujan merambat ke Kalteng 9 meliputi wilayah Kecamatan Antang Kalang bagian Selatan, Telaga Antang bagian selatan, Bukit Santuai bagian selatan, Tualan Hulu, Mentaya Hulu, Parenggean, Cempaga Hulu, sebagian kecil Cempaga bagian barat, Kota Besi bagian barat, Telawang dan Mentaya Hilir Utara bagian barat.
Kemudian, Oktober dasarian II musim hujan memasuki wilayah Kalteng 10 dan Kalteng 13 meliputi Kecamatan Cempaga hulu bagian selatan, Cempaga, Kota Besi bagian timur, sebagian kecil Telawang bagian timur, Mentaya Hilir Utara, Baamang, Seranau, Mentawa Baru Ketapang, Pulau Hanaut, Mentaya Hilir Selatan dan Teluk Sampit.
Ia menambahkan, sementara ini sifat hujan atau intensitas curah masih terbilang normal, akan tetapi musim hujan tahun ini diperkirakan lebih lama dibanding tahun sebelumnya, yakni sekitar sepuluh bulan.
Baca juga: Fraksi PKB Kotim desak perbaikan jalan lingkar selatan Sampit dipercepat
Selama rentang waktu tersebut naik atau turunnya intensitas curah hujan sangat mungkin terjadi, sehingga pihaknya mengimbau agar masyarakat tetap waspada terhadap potensi bencana selama musim hujan.
"Untuk itu kami juga mengimbau masyarakat waspada terhadap potensi banjir, terutama yang berada di daerah-daerah rawan, serta secara aktif memantau perkembangan cuaca yang kami bagikan melalui media sosial atau laman resmi kami," demikian Windy.
Baca juga: DPRD Kotim sarankan puskesmas dampingi rujukan ke rumah sakit
Baca juga: Komisi III DPRD Kotim segera gelar rapat bersama RSUD Murjani
Baca juga: Komisi III DPRD Kotim didorong lakukan evaluasi kinerja rumah sakit
"Intensitas hujan di Kotim sudah mulai meningkat, maka dari itu kami meminta kepada pemerintah daerah melalui instansi terkait untuk menyiapkan upaya mitigasi bencana sejak dini," kata Ketua Fraksi Partai Gerindra Rambat di Sampit, Selasa.
Anggota Komisi IV DPRD Kotim ini menjelaskan, berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Haji Asan Sampit saat ini sebagian besar wilayah di Indonesia sudah memasuki musim penghujan.
Kondisi ini membawa dampak positif maupun dampak negatif bagi masyarakat. Dampak positifnya adalah curah hujan yang cukup intensif dapat membantu pertumbuhan tanaman sehingga akan berdampak juga terhadap hasil pertanian. Sementara, dampak negatifnya intensitas hujan yang cukup tinggi juga dapat menyebabkan dampak yang negatif seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang, dan lain sebagainya. Terutama di wilayah utara Kotim yang langganan banjir setiap tahun.
"Banjir juga dapat mempengaruhi perekonomian warga, misalnya saja seperti ancaman gagal panen akibat banjir, ancaman bagi transportasi, atau banjir menyebabkan masyarakat tidak bisa bekerja atau beraktivitas," ujar Rambat.
Legislator Kotim itu juga mengingatkan agar pemerintah daerah melalui instansi terkait, khususnya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dapat melakukan upaya antisipasi agar setidaknya dampak dari bencana bisa diminimalkan.
Sebelumnya Prakirawan BMKG Kotim Windy menyampaikan Kotim mulai memasuki musim hujan sejak pertengahan atau dasarian II September. Peralihan musim kemarau ke musim hujan di wilayah Kotim terjadi secara bertahap berdasarkan ZOM. Di mana Kalimantan Tengah dibagi dalam 13 Zona Musim zona musim atau ZOM, yakni daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan periode musim hujan.
Khusus di wilayah Kotim, terdapat empat ZOM, yakni Kalteng 8, Kalteng 9, Kalteng 10 dan Kalteng 13. Berdasarkan ZOM tersebut diketahui bahwa musim hujan yang melanda wilayah Kotim terjadi secara bertahap.
September dasarian II, musim hujan terjadi pada Kalteng 8 meliputi wilayah Kecamatan Antang Kalang, Bukit Santuai bagian utara, Telaga Antang bagian utara dan Tualan Hulu bagian utara.
Baca juga: DPRD Kotim apresiasi deklarasi netralitas kades dan lurah
September dasarian III, musim hujan merambat ke Kalteng 9 meliputi wilayah Kecamatan Antang Kalang bagian Selatan, Telaga Antang bagian selatan, Bukit Santuai bagian selatan, Tualan Hulu, Mentaya Hulu, Parenggean, Cempaga Hulu, sebagian kecil Cempaga bagian barat, Kota Besi bagian barat, Telawang dan Mentaya Hilir Utara bagian barat.
Kemudian, Oktober dasarian II musim hujan memasuki wilayah Kalteng 10 dan Kalteng 13 meliputi Kecamatan Cempaga hulu bagian selatan, Cempaga, Kota Besi bagian timur, sebagian kecil Telawang bagian timur, Mentaya Hilir Utara, Baamang, Seranau, Mentawa Baru Ketapang, Pulau Hanaut, Mentaya Hilir Selatan dan Teluk Sampit.
Ia menambahkan, sementara ini sifat hujan atau intensitas curah masih terbilang normal, akan tetapi musim hujan tahun ini diperkirakan lebih lama dibanding tahun sebelumnya, yakni sekitar sepuluh bulan.
Baca juga: Fraksi PKB Kotim desak perbaikan jalan lingkar selatan Sampit dipercepat
Selama rentang waktu tersebut naik atau turunnya intensitas curah hujan sangat mungkin terjadi, sehingga pihaknya mengimbau agar masyarakat tetap waspada terhadap potensi bencana selama musim hujan.
"Untuk itu kami juga mengimbau masyarakat waspada terhadap potensi banjir, terutama yang berada di daerah-daerah rawan, serta secara aktif memantau perkembangan cuaca yang kami bagikan melalui media sosial atau laman resmi kami," demikian Windy.
Baca juga: DPRD Kotim sarankan puskesmas dampingi rujukan ke rumah sakit
Baca juga: Komisi III DPRD Kotim segera gelar rapat bersama RSUD Murjani
Baca juga: Komisi III DPRD Kotim didorong lakukan evaluasi kinerja rumah sakit