Sampit (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah menyiapkan lahan seluas 4 hektare lebih untuk pembangunan pabrik limbah medis yang berlokasi di Desa Bagendang Hilir, Kecamatan Mentaya Hilir Utara.

“Alhamdulillah, kami sudah menemukan lahan baru untuk pembangunan pabrik limbah medis, karena lahan kami siapkan sebelumnya terkendala status kawasan. Lokasi yang baru ini berada di kawasan industri di Bagendang,” kata Bupati Kotim Halikinnor di Sampit, Jumat.

Ia menjelaskan, rencana pembangunan pabrik limbah medis yang dimulai pada 2021 lalu sempat dihadapkan dengan beberapa kendala. Salah satunya, terkait status lahan. 

Sebelumnya, Pemkab Kotim telah menyiapkan lahan sekitar 3 hektare di area Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampit Jalan Jenderal Sudirman Km 14, namun lokasi itu tidak disetujui oleh kementerian terkait lantaran dinilai tidak sesuai peruntukannya. 

Pabrik limbah medis yang akan dibangun Pemkab Kotim bersama pihak ketiga dikategorikan sebagai kegiatan industri, sehingga lahan yang digunakan pun harus berstatus lahan industri.

“Sebelumnya kita sudah menyiapkan lahan di TPA, tapi karena pabrik ini masuk kategori industri, maka status kawasannya juga harus kawasan industri. Sehingga kita butuh waktu untuk mencari lahan lain,” ujarnya.

Kendati demikian, kini kendala tersebut telah teratasi karena pemerintah daerah sudah menemukan lahan baru untuk pembangunan pabrik limbah medis yang sesuai. Lokasi itu berada di Desa Bagendang Hilir yang merupakan kawasan industri.

Baca juga: Pembebasan lahan bandara Sampit tidak terdampak efisiensi anggaran

Dengan terpenuhinya syarat tata ruang tersebut, Halikinnor optimistis proyek pembangunan pabrik limbah medis bisa berjalan lancar. 

Disamping itu, pihaknya juga telah menemukan investor baru, yakni Nusa Suriamas Group SDN BHD asal Kuala Lumpur, Malaysia. Setelah, kontrak sebelumnya dengan PT Bumi Resik Nusantara Raya tidak bisa dilanjutkan karena terkendala perizinan.

Halikinnor setuju bekerjasama dengan Nusa Suriamas Group SDN BHD karena menilai perusahaan tersebut memiliki kemauan dan potensi untuk mewujudkan pembangunan pabrik limbah medis.

“Makanya, kita langsung MoU dan mereka juga menjanjikan dalam satu tahun pembangunan itu sudah selesai, jadi harapan kami awal 2026 mendatang pabrik tersebut sudah bisa kita resmikan,” ucapnya.

Tidak sampai di situ, Halikinnor juga bercita-cita untuk mengembangkan pabrik pengelolaan limbah ini agar juga bisa menangani sampah rumah tangga yang menjadi momok di Kotim selama ini.

Apalagi dari paparan investor lahan yang dibutuhkan untuk pabrik limbah medis hanya sekitar 4.000 m2, sedangkan lahan yang disediakan 4 hektare lebih, sehingga memungkinkan untuk pengembangan lebih lanjut.

“Mudah-mudahan karena MoU ini kita laksanakan pada Ramadhan, bulan yang penuh berkah maka kerjasama kita ini bisa lancar sehingga akhir tahun ini pabrik itu sudah selesai dan awal tahun depan sudah bisa operasional,” demikian Halikinnor.

Baca juga: Luas panen tanaman pangan Kotim capai 11.304 hektare

Baca juga: Legislator Kalteng kecam dugaan aksi penjualan anak di bawah umur di Kotim

Baca juga: 10.133 penduduk Kotim masih menganggur, terbanyak lulusan SMA


Pewarta : Devita Maulina
Uploader : Admin 2
Copyright © ANTARA 2025