Sampit (ANTARA) - Festival Telaga Bahalap yang digelar di Desa Telaga Baru, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah menjadi bentuk nyata dari upaya pemerintah desa setempat dalam mewujudkan desa wisata.

“Festival Telaga Bahalap ini merupakan salah satu ikhtiar kami, khususnya saya selaku kepala desa, karena di Kotim saat ini belum ada desa wisata yang dikelola oleh desa, rata-rata hanya tempat wisata yang dikelola oleh swasta,” kata Kepala Desa Telaga Baru Nur Firmansyah di Sampit, Kamis.

Kegiatan yang digelar selama 25 September - 7 Oktober 2025 ini dipusatkan di lapangan sepak bola Desa Telaga Baru. 

Sebelum itu ia mengungkapkan terima kasih dan rasa syukur karena dapat berkolaborasi dengan Sanggar Cahaya Nusantara yang kemudian menjembatani pihaknya dengan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIII yang memberikan dukungan terhadap kegiatan ini.

Ia menjelaskan, berbeda dengan Pantai Ujung Pandaran yang mengandalkan potensi alam sebagai daya tarik wisata, Festival Telaga Bahalap memang dirancang khusus untuk menonjolkan keunggulan yang dimiliki Desa Telaga Baru yang mengutamakan kearifan lokal.

Potensi berbasis kearifan lokal yang dimiliki Desa Telaga Baru di antaranya pembuatan bata merah, telur asin hingga produk perawatan kulit yang biasa disebut pupur basah atau kasai bahalap oleh warga setempat secara tradisional.

“Metode tradisional seperti itu sekarang sudah sering ditinggalkan, tetapi justru kami ingin mengangkat poin tersebut. Jadi, ketika ada yang tertarik untuk pembuatan produk secara tradisional atau permainan tradisional mereka bisa datang ke Desa Telaga Baru,” jelasnya.

Selain itu, acara ini sekaligus menjadi sarana pelestarian budaya lokal, seperti kesenian batik melalui lomba busana dengan tema batik, permainan tradisional seperti balogo, bagasing hingga layangan hias.

Kemudian ada salah satu rangkaian acara yang disebut-sebut merupakan asli milik Desa Telaga Baru dan terbilang cukup sakral, yakni Balam Salamat atau yang secara umum disebut sebagai ritual tolak bala.

Baca juga: Sudah hampir dua pekan SMAN 1 MHS terendam banjir

Dalam ritual ini, ia bersama warga setempat akan melakukan kirab dari pinggir ke tengah desa yang bertepatan di lokasi festival. Karena mayoritas masyarakat desa itu beragama Islam, maka ritual pun diisi dengan kegiatan ibadah menurut agama Islam, seperti zikir dan azan.

Ritual Balam Salamat ini diharapkan juga dapat menarik minat lebih banyak orang untuk datang ke Desa Telaga Baru, sehingga desa tersebut bisa lebih dikenal oleh masyarakat luas.

Pasalnya, sebagai desa pemekaran, selama ini masih banyak yang belum mengetahui bahwa Desa Telaga Baru merupakan desa yang berdiri sendiri dan bukan lagi bagian dari Desa Pelangsian.

“Jadi Festival Telaga Bahalap ini sekaligus untuk memperkenalkan desa kami. Karena selama ini masih banyak yang mengira Desa Telaga Baru itu bagian dari Desa Pelangsian atau Kelurahan Ketapang, padahal Desa Telaga Baru itu desa yang berdiri sendiri,” imbuhnya.

Festival Telaga Bahalap ini pun mendapat dukungan dari Pemerintah Kabupaten setempat. Pj Sekda Kotim Masri menyebut acara ini merupakan kegiatan yang mulia, yaitu untuk menjadikan Desa Telaga Baru sebagai desa wisata, 

“Hal ini sangat sejalan dengan program pemerintah daerah dalam pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif di Kotim,” ujarnya. 

Festival Telaga Bahalap ini juga sekaligus melestarikan dan memajukan kebudayaan, serta mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis kearifan lokal. Melalui agenda pasar bahari yang menjual aneka jajanan khas, barang-barang tradisional dan permainan anak-anak yang menghidupkan suasana desa. 

Selain itu, berbagai lomba seperti lomba permainan tradisional, mewarnai, parade busana, sampai lomba bahasa Sampit akan memperkaya pengetahuan generasi muda akan identitas dan warisan budayanya.

Masri juga mengapresiasi kegiatan Balam Salamat yang melambangkan kekompakan, kebersamaan dan doa untuk keselamatan desa. Ia menilai kegiatan ini sebagai wujud nyata dari semangat gotong royong dan persatuan yang harus terus dirawat.

“Kami berharap melalui festival ini, masyarakat bisa mendapatkan manfaat ekonomi, UMKM lokal bisa berkembang dan Desa Telaga Baru semakin dikenal sebagai destinasi wisata budaya,” demikian Masri.

Baca juga: Ketua Lentera Kartini turut wakili Indonesia di Konferensi Perdamaian Perempuan Internasional

Baca juga: Pemkab Kotim giatkan Gemarikan lewat lomba masak serba ikan

Baca juga: Bunda PAUD Kotim ajak masyarakat dukung program wajib belajar 13 tahun


Pewarta : Devita Maulina
Uploader : Admin 2
Copyright © ANTARA 2025