Khawatir dengan dampak banjir yang kerap melanda, warga Desa Rantau Suang Kecamatan Telaga Antang, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah minta direlokasi ke tempat yang lebih aman oleh pemerintah.
“Kami meminta agar bisa direlokasi, kalau bisa diberikan satu kesempatan lagi untuk Desa Rantau Suang. Kami mohon didirikan bangunan bagi masyarakat yang terdampak banjir,” kata Kepala Desa Rantau Suang Sider di Sampit, Jumat.
Ia menyampaikan, pada 8 Oktober desanya dilanda banjir dengan kedalaman mencapai satu meter. Banjir diduga kiriman dari wilayah hulu atau dataran lebih tinggi yang diguyur hujan hingga menyebabkan sungai meluap, sedangkan untuk Desa Rantau Suang waktu itu tidak ada hujan.
Posisi Desa Rantau Suang berada di bantaran Sungai Mentaya, sehingga ketika air sungai meluap maka desa tersebut akan terdampak. Banjir tersebut tidak berlangsung lama, kurang dari satu hari sudah dinyatakan surut.
Namun, banjir yang datang tanpa pertanda seperti ini membuat warga tidak sempat mengambil langkah antisipasi dan menyebabkan kerugian. Meski tidak ada korban jiwa, tapi sebagian ternak milik warga mati dan hanyut terbawa banjir.
Kejadian seperti ini bukan baru kali ini dirasakan warga setempat, terlebih yang menjadi kekhawatiran warga adalah arus dari banjir yang biasanya cukup deras, bahkan 2001 pernah menghanyutkan dua unit rumah dan sejumlah rumah lainnya rusak berat.
“Kalau sekarang kondisinya sudah aman, karena banjir biasanya hanya berlangsung enam sampai sembilan jam kemudian surut tidak seperti di desa lain. Tapi arusnya cukup deras dan itu bisa membahayakan,” ujar Sider.
Baca juga: Gen-Z berharap Rudini-Paisal jadi pemimpin yang mendukung hobi anak muda
Baca juga: Gen-Z berharap Rudini-Paisal jadi pemimpin yang mendukung hobi anak muda
Ia mengingat beberapa tahun silam sebelum ia menjabat sebagai kades, Desa Rantau Suang pernah mendapat Program Bina Desa dari pemerintah berupa pembangunan tempat tinggal di dataran yang lebih tinggi untuk masyarakat.
Akan tetapi, yang diutamakan waktu itu hanya warga yang belum memiliki rumah. Sementara sebagian warga masih tinggal di lokasi yang saat ini sering dilanda banjir, meliputi 40 rumah dengan 51 Kepala Keluarga (KK).
Sider pun berharap pemerintah bisa kembali mengadakan program tersebut di desanya untuk warga yang belum direlokasi karena banjir yang kian mengkhawatirkan ditambah kondisi rumah warga yang sudah termakan usia.
“Saya siap menghibahkan tanah saya sendiri kalau ada bantuan dari pemerintah untuk relokasi, supaya masyarakat aman dan jauh dari banjir,” ucapnya.
Sehubungan dengan banjir ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim telah menggelar rapat koordinasi bersama sejumlah instansi terkait guna mengantisipasi potensi banjir seiring dengan masuknya musim hujan di wilayah Kotim.
Kepala Pelaksana BPBD Kotim Multazam menyampaikan, berdasarkan informasi dari Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan II saat ini muka air Sungai Mentaya di Kelurahan Kuala Kuayan, Kecamatan Mentaya Hulu sudah berstatus awas dengan kedalaman air 7,79 meter melebihi ukuran muka air banjir sebenarnya, yakni 6,69 meter.
“BWS Kalimantan II memasang dua sensor, satu di Kuala Kuayan dan satu di Samuda. Karena data mereka berbasis website, kemarin kami monitor muka air di Kuala Kuayan cukup tinggi, sedangkan di Samuda lebih rendah,” sebutnya.
Kondisi ini perlu diwaspadai, karena kemungkinan air sungai akan bergeser ke dataran yang lebih rendah dan menyebabkan banjir, khususnya di wilayah bantaran sungai meskipun di wilayah tersebut tidak ada hujan.
“Seperti yang disampaikan Kades Rantau Suang, di desanya tidak ada hujan tapi banjir. Kondisi ini yang kami khawatirkan, karena warga merasa aman sebab tidak ada hujan tapi banjir bisa dikirim melalui sungai dari wilayah utara,” tuturnya.
Untuk itu, Multazam mengimbau masyarakat agar mengantisipasi dini dampak banjir, seperti mengamankan harta benda dan dokumen berharga ke tempat yang aman dari banjir.
“Kalau yang rumahnya bertingkat bisa mengamankan barang-barangnya ke lantai dua atau bisa juga dititip ke rumah keluarga yang berada di dataran tinggi,” demikian Multazam.
Baca juga: HARATI representasi aspirasi kaum perempuan
Baca juga: Maskapai NAM Air layani penerbangan Sampit-Semarang awal November 2024
Baca juga: DMPD telusuri insiden warga Ujung Pandaran protes kepala desa
Baca juga: HARATI representasi aspirasi kaum perempuan
Baca juga: Maskapai NAM Air layani penerbangan Sampit-Semarang awal November 2024
Baca juga: DMPD telusuri insiden warga Ujung Pandaran protes kepala desa