Washington (ANTARA
News) - Veteran perang Vietnam, Chuck Hagel, yang diambil sumpah menjadi
Menteri Pertahanan Amerika Serikat pada Rabu sesudah pertarungan sengit
Senat, berjanji membarui persekutuan lama AS dan membuat yang baru
tanpa berusaha "mendikte" dunia.
Menurut Reuters, saat berpidato kepada karyawan Pentagon setelah upacara kecil, pelantikan tertutup, Hagel berbicara secara yakin tentang tantangan dunia kedepan dan kepentingan kepemimpinan Amerika Serikat di luar negeri.
"Kita
tidak bisa mendikte dunia. Tapi, kita harus melibatkan diri pada dunia.
Kita harus memimpin sekutu kita," kata Hagel dalam pidato tak tertulis.
"Tidak ada bangsa, sehebat Amerika, dapat melakukan semua itu sendiri," katanya.
Ia juga mengetahui kemungkinan pemotongan otomatik anggaran, yang
dikenal sebagai penyitaan, dengan tegas mengatakan, "Itu kenyataan. Kita
perlu memikirkannya."
"Kita perlu menghadapi kenyataan itu," tambahnya, saat harapan
meredup di Washington bahwa Kongres akan mencegah pemotongan 46 miliar
dolar bagi Pentagon pada 1 Maret.
Secara terpisah, dalam pesan tertulis kepada karyawan Pentagon,
banyak di antaranya diputuskan cuti tanpa dibayar pada tahun ini, Hagel
menyatakan khawatir akan dampak pemotongan itu pada kesiapan tentara dan
anggotanya.
Hagel, mantan dua kali senator AS dari Partai Republik Nebraska,
keluar dari partainya dalam pemerintahan George W Bush menjadi pengecam
sengit perang Irak.
Banyak anggota partai Republik penentang Hagel mencemoohnya atas Irak dan menanyakan apakah cukup mendukung Israel, cukup keras terhadap Iran atau yang betul-betul bertekad mempertahankan penangkal kuat nuklir.
Hasil pemungutan suara 58-41 Senat untuk memastikannya pada Selasa malam adalah rentang suara tertipis dalam menyetujui menteri pertahanan, dengan hanya empat anggota partai Republik mendukungnya.
Hagel tidak mengakui semua kecaman Republik atau mengungkapkan
keprihatinan pribadi tentang bekerja dengan Kongres dalam pernyataannya
pada Rabu. Tapi, ia menyatakan pandangannya tentang kebutuhan
berhati-hati ketika Amerika Serikat melonggarkan cengkeramannya di luar
negeri.
"Kita memiliki kekuatan besar dan bagaimana kita menerapkan kekuatan itu sangat penting," kata Hagel.
"Keterlibatan di dunia harus dilakukan secara bijaksana dan sumber
daya, yang kita himpun atas nama negara dan sekutu kita harus selalu
diterapkan dengan bijaksana," katanya.
Pandangan Hagel tentang perang dan batas kekuatan tentara Amerika
Serikat sebagian dibentuk oleh pengalamannya di Vietnam, tempat ia
berjuang sebagai infanteri bersama kakaknya dan mendapat dua Purple
Hearts, medali bagi tentara terluka di pertempuran.
Hagel masih membawa pecahan peluru dari salah satu lukanya dan ia adalah veteran pertama perang Vietnam memimpin Pentagon.
Saat memperkenalkan Hagel di aula Pentagon, anggota infanteri dengan
dua kali penugasan di Afghanistan menyatakan Hagel "sangat tahu biaya
nyata perang" dan dipandu oleh asas untuk menggunakan kekuatan hanya
bila diperlukan.
Di antara tugas pertamanya, Hagel akan mulai menimbang keputusan
penting tentang perang Afghanistan, terutama ukuran dan lingkup kekuatan
Amerika Serikat, yang Presiden Barack Obama akan tinggalkan di negara
itu saat NATO menyatakan tugas tempurnya berakhir pada 2014.
Meninggalkan serdadu lebih sedikit dari saran komandan Amerika
Serikat dapat menciptakan ketegangan dengan tentara dan menjadi "peluru"
bagi Republik.
Pendahulunya, Leon Panetta, pada pekan lalu membahas dengan sekutu
NATO di Brussels dan mempertahankan pasukan NATO antara 8.000 hingga
12.000 tentara. Pejabat tinggi NATO pada bulan lalu menyatakan Amerika
Serikat mengharapkan sekutu lain NATO menyumbang antara sepertiga hingga
setengah jumlah tentara sumbangan Washington.
Dalam pesan tertulisnya, Hagel berterima kasih kepada tentara dan
keluarganya atas pengorbanan mereka -lebih dari 66.000 tentara Amerika
Serikat saat ini di Afghanistan- dan melihat masa lalu Perang
Afghanistan.
"Saat membalik halaman tentang lebih dari satu dasawarsa kemelut,
kita harus memperluas perhatian pada ancaman dan tantangan masa depan,"
kata Hagel.
"Itu berarti terus meningkatkan pusat perhatian pada kawasan
Asia-Pasifik, menghidupkan kembali persekutuan bersejarah, seperti,
NATO, dan menaman modal baru dalam kemampuan penting, seperti, `cyber`,"
katanya dikutip Reuters.
(Uu.B002/A/M016)
(Uu.SYS/C/B002/C/M016) 28-02-2013 18:02:18
Menhan AS: kita tidak bisa mendikte dunia
Tidak ada bangsa, sehebat Amerika, dapat melakukan semua itu sendiri"