"Turunnya harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit ini membuat petani plasma kembali terpukul karena dalam tiga bulan terakhir harga terus naik," kata Tomy, seorang petani kelapa sawit di Desa Trinsing Kecamatan Teweh Selatan, Senin.
Kebun kelapa sawit PT Antang Ganda Utama (AGU) itu diusahakan para petani plasma Satuan Permukiman (SP) 1, SP 2, SP 3, dan SP 4 dengan luas 4.254 hektare.
Pengelolaan sawit perusahaan itu dikerjakan oleh sekitar 1.800 kepala keluarga (KK) dengan luas kebun inti 16.297 hektare dan produksi rata-rata 15.000 ton per bulan.
Kepala Bidang Perkebunan pada Dinas Pertanian Barito Utara Abdurrahman membenarkan harga TBS sawit pada bulan Desember 2017 turun yakni Rp1.776 atau turun tipis Rp3 dari harga Nopember 2017 sebesar Rp1.779/kg.
Ketetapan harga TBS tersebut merupakan hasil rapat perusahaan dengan anggota koperasi dan petani plasma yang difasilitasi Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah.
Pembagian hasil setiap kilogram yang diterima perusahaan untuk biaya pengolahan dan pemasaran minyak sawit mentah (CPO) serta biaya penyusutan pabrik, yaitu indeks "K" ditetapkan 86,70 persen atau turun dibanding dengan periode sebelumnya 87,06 persen.
Harga jual inti sawit (kernel) naik dari sebelumnya Rp7.315 menjadi Rp7.336/kg. Sedangkan harga jual CPO di pasar dalam negeri naik tipis dari Rp8.006 menjadi Rp8.024/kg.
"Meski harga CPO dan kenel naik, namun harga TBS ditetapkan turun karena indek `K` turun," ujarnya.
Perseroan Terbatas AGU merupakan perusahaan kelapa sawit tertua di Kalteng kini manajemennya tergabung dalam grup PT Dhanistha Surya Nusantara yang memiliki areal seluas 18.087 hektare dengan produksi CPO sekitar 3.200 ton/bulan.