Angkasa Pura II bantu kaum difabel melalui program kaki palsu
Palangka Raya (ANTARA) - PT Angkasa Pura II Cabang Palangka Raya Bandara Tjilik Riwut, Kalimantan Tengah membantu kaum difabel yang berasal dari berbagai daerah, dengan memberikan bantuan berupa kaki palsu.
Sesuai dengan program Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) RI, PT Angkasa Pura II memiliki kewajiban memberikan bantuan kepada masyarakat yang memiliki keterbatasan, kata Eksekutif General Manager (EGM) PT Angkasa Pura II Cabang Palangka Raya Bandara Tjilik Riwut Siswanto di Palangka Raya, Minggu.
"Dengan bantuan itu, yakni BUMN hadir untuk negeri, kami berharap mereka bisa beraktivitas lebih dari sebelumnya dan menunjang kegiatan sehari-hari agar bisa dilakukan lebih baik lagi," tuturnya di sela kegiatan.
Lebih lanjut Siswanto menjelaskan, pihaknya juga memiliki banyak program sosial lainnya, seperti operasi katarak gratis, pemeriksaan dan pemberian kacamata, beasiswa kepada pelajar, pemberian fasilitas rumah kurang layak, hingga penyambungan listrik di rumah warga yang telah disurvei dan dinyatakan memenuhi persyaratan.
Sementara itu, Mitra Pelaksana Kegiatan Rizky mengatakan, pada pemberian kaki palsu tersebut, ada sebanyak 26 orang kaum difabel yang telah terdaftar dan masih menunggu sebanyak enam orang lagi untuk datang ke Palangka Raya.
"Saat ini sudah ada sebanyak 26 orang yang telah mengikuti kegiatan pengukuran kaki dan masih menunggu 6 orang lainnya yang berasal dari beberapa daerah untuk berpartisipasi," ungkapnya kepada Antara Kalteng.
Untuk tahap pengukuran kaki itu, hanya memerlukan waktu antara lima hingga sepuluh menit saja, namun yang memakan waktu cukup lama adalah tahapan pembuatannya. Ia memperkirakan kaki palsu itu bisa selesai sekitar dua minggu kedepan, sehingga bisa diserahkan pada 17 Agustus 2019 mendatang.
Selain peserta yang berasal dari berbagai daerah di Kalteng, juga ada yang berasal dari Banjarmasin, Kalsel. Hal ini diperbolehkan, karena pihaknya menerima siapa pun yang memang layak dibantu dan benar-benar memerlukan kaki palsu.
"Dalam pendataan maupun penjaringan peserta pada dasarnya cukup lancar, hanya saja terkendala pada lemahnya signal untuk menghubungi para peserta. Sebab mereka kebanyakan berasal dari pelosok perdesaan," tutur Rizky.
Pihaknya pun ingin kedepan, agar pengukuran untuk kebutuhan pembuatan kaki palsu itu, bisa dilakukan di setiap daerah. Sehingga para kaum difabel yang bakal menerima bantuan, tidak mengalami sejumlah kesulitan dengan harus pergi ke Palangka Raya.
Sesuai dengan program Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) RI, PT Angkasa Pura II memiliki kewajiban memberikan bantuan kepada masyarakat yang memiliki keterbatasan, kata Eksekutif General Manager (EGM) PT Angkasa Pura II Cabang Palangka Raya Bandara Tjilik Riwut Siswanto di Palangka Raya, Minggu.
"Dengan bantuan itu, yakni BUMN hadir untuk negeri, kami berharap mereka bisa beraktivitas lebih dari sebelumnya dan menunjang kegiatan sehari-hari agar bisa dilakukan lebih baik lagi," tuturnya di sela kegiatan.
Lebih lanjut Siswanto menjelaskan, pihaknya juga memiliki banyak program sosial lainnya, seperti operasi katarak gratis, pemeriksaan dan pemberian kacamata, beasiswa kepada pelajar, pemberian fasilitas rumah kurang layak, hingga penyambungan listrik di rumah warga yang telah disurvei dan dinyatakan memenuhi persyaratan.
Sementara itu, Mitra Pelaksana Kegiatan Rizky mengatakan, pada pemberian kaki palsu tersebut, ada sebanyak 26 orang kaum difabel yang telah terdaftar dan masih menunggu sebanyak enam orang lagi untuk datang ke Palangka Raya.
"Saat ini sudah ada sebanyak 26 orang yang telah mengikuti kegiatan pengukuran kaki dan masih menunggu 6 orang lainnya yang berasal dari beberapa daerah untuk berpartisipasi," ungkapnya kepada Antara Kalteng.
Untuk tahap pengukuran kaki itu, hanya memerlukan waktu antara lima hingga sepuluh menit saja, namun yang memakan waktu cukup lama adalah tahapan pembuatannya. Ia memperkirakan kaki palsu itu bisa selesai sekitar dua minggu kedepan, sehingga bisa diserahkan pada 17 Agustus 2019 mendatang.
Selain peserta yang berasal dari berbagai daerah di Kalteng, juga ada yang berasal dari Banjarmasin, Kalsel. Hal ini diperbolehkan, karena pihaknya menerima siapa pun yang memang layak dibantu dan benar-benar memerlukan kaki palsu.
"Dalam pendataan maupun penjaringan peserta pada dasarnya cukup lancar, hanya saja terkendala pada lemahnya signal untuk menghubungi para peserta. Sebab mereka kebanyakan berasal dari pelosok perdesaan," tutur Rizky.
Pihaknya pun ingin kedepan, agar pengukuran untuk kebutuhan pembuatan kaki palsu itu, bisa dilakukan di setiap daerah. Sehingga para kaum difabel yang bakal menerima bantuan, tidak mengalami sejumlah kesulitan dengan harus pergi ke Palangka Raya.