Puluhan balita ikuti tradisi 'Baayun Maulid' di Masjid Jami

id baayun maulid barito utara,tradisi baayun maulid barut,masjid jami abdurrahim muara teweh,baayun maulid

Puluhan balita ikuti  tradisi 'Baayun Maulid' di Masjid Jami

sejumlah balita mengikuti tradisi baayun maulid di Masjid Jami Abdurrahim Muara Teweh, Minggu (10/11/2019).ANTARA/Kasriadi

Muara Teweh (ANTARA) - Sebanyak 66 orang bayi dan anak dari sejumlah kelurahan di Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, mengikuti tradisi "baayun maulid" untuk memeriahkan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 2019.

"Peserta baayun atau batuyang tahun ini meningkat dibanding sebelumnya hanya 65 orang anak," kata salah seorang panitia baayun maulid H Teco Aminudin di Masjid Jami Abdurrahim Muara Teweh, Minggu.

Tradisi tahunan ini dengan mengayunkan anak pada bulan Maulud yang datang dari Desa Lemo, kelurahan Lanjas dan kelurahan Melayu Kecamatan Teweh Tengah serta Kelurahan Jambu dan kelurahan Jingah Kecamatan Teweh Baru bertujuan agar sang anak jika sudah besar nanti menjadi orang yang sehat berbakti kepada orang tua serta dapat mengikuti ketauladanan Nabi Muhammad SAW.

Pada saat bayi atau anak bahkan orang dewasa yang mengikuti tradisi baayun ini akan dibacakan shalawat dan syair yang mengagungkan akhlakul karimah nabi yang menjadi tuntunan bagi kaum muslimin di seluruh dunia.

"Kegiatan ini tanpa dipungut biaya atau gratis dan peserta mendapat bingkisan dari panitia," katanya.

Dalam acara baayun tersebut, juga dilakukan tradisi tampung tawar kepada anak-anak yang batuyang 

Tampung tawar ini dipercaya warga dapat menghidarkan anak-anak dari sakit-sakitan yang diakibatkan karena mistis, serta gangguan-gangguan terhadap anak yang disebabkan mahkluk halus.

Peringatan maulid memiliki makna yang dalam. Kehadiran Rasulullah SAW di muka bumi untuk menyempurnakan akhlak umat manusia agar bertaqwa kepada Allah SWT, berlaku baik terhadap sesama dan juga kepada mahluk ciptaan-Nya.

"Dengan kecintaan kita kepada Rasullulah SAW dan Allah SWT yang semakin dalam, Insya Allah hidup kita berakhir dengan husnul khotimah," kata dia.
 
sejumlah balita mengikuti tradisi baayun maulid di Masjid Jami Abdurrahim Muara Teweh, Minggu (10/11/2019).ANTARA/Kasriadi

Selain itu juga untuk memperkuat tali silaturahmi diantara sesama umat muslim yang sangat berharga bagi kelangsungan pembangunan daerah.

"Semoga kegiatan tersubut dilestarikan dan dilaksanakan setiap tahunnya," kata dia.

Tradisi baayun maulud ini merupakan tradisi unik bagi masyarakat suku Banjar di Kalimantan yakni upacara ini merupakan bagian dari rangkaian upacara daur hidup yang meliputi kehamilan, kelahiran, masa kanak-kanak menjelang dewasa, perkawinan dan kematian.

Tradisi baayun yang sebenarnya sudah ada sebelum penyebaran Islam di tanah Banjar. Ini merupakan daur hidup masa kanak-kanak, yakni saat si anak berusia 0-5 tahun atau masih balita.

Upacara baayun yang merupakan asimilasi antara budaya urang Banjar yang didasarkan pada ajaran Keharingan dan agama Islam ini kini digelar setiap kali peringatan Maulid Nabi.

Selain sebagai ungkapan doa bagi langkah si anak ke depan, tradisi ini juga sebagai upaya tolak bala. Dalam tradisi baayun ini, anak-anak secara massal diayun dengan iringan pembacaan doa dan pembacaan shalawat.

"Kita harapkan tradisi baayun ini dilakukan dengan harapan agar para balita saat dewasa nanti mengikuti akhlak Nabi Muhammad SAW dan mendapat berkah dari Allah SWT," ujar H Teco.