Puluhan Balita Barut Ikuti Tradisi 'Baayun Maulid'

id baayun maulid, tradisi baayun, maulid nabi, barito utara, muara teweh, nadalsyah

Puluhan Balita Barut Ikuti Tradisi 'Baayun Maulid'

Bupati Barut H Nadalsyah (dua kiri) didampingi Sekda H Jainal Abidin, Ketua TP PKK Hj Sri Hidayati saat memberi tapung tawar kepada para anak balita pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1439 H di Masjid Jami Muara Teweh, Minggu (03/12/17). Ist

Muara Teweh (Antara Kalteng) - Sebanyak 80 orang bayi dan anak dari sejumlah kelurahan di Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah mengikuti tradisi "baayun maulid" untuk memeriahkan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tahun 2017.

"Peserta baayun atau batuyang tahun ini meningkat dibanding sebelumnya hanya 51 orang anak," kata Ketua Panitia Hari-Hari Besar Islam Barito Utara (Barut), Yaser Arapat di Masjid Jami Muara Teweh, Minggu.

Tradisi tahunan ini dengan mengayunkan anak pada bulan Maulud yang datang dari Desa Lemo, kelurahan Lanjas dan kelurahan Melayu Kecamatan Teweh Tengah serta Kelurahan Jambu dan kelurahan Jingah Kecamatan Teweh Baru bertujuan agar sang anak jika sudah besar nanti menjadi orang yang sehat berbakti kepada orang tua serta dapat mengikuti ketauladanan Nabi Muhammad SAW.

Pada saat bayi atau anak bahkan orang dewasa yang mengikuti tradisi baayun ini akan dibacakan shalawat dan syair yang mengagungkan akhlakul karimah nabi yang menjadi tuntunan bagi kaum muslimin di seluruh dunia.

"Kegiatan ini tanpa dipungut biaya atau gratis dan peserta mendapat bingkisan dari panitia," kata Yaser yang juga menjabat Kepala Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman dan Pertanahan Barito Utara ini.

Mengingat banyaknya peserta kegiatan dilaksanakan di halaman Masjid Jami Muara Teweh.

Dalam acara baayun tersebut, Bupati Barito Utara, Nadalsyah beserta istri juga melakukan tradisi tampung tawar kepada anak-anak yang batuyang di halaman masjid itu.

Tampung tawar ini dipercaya warga dapat menghidarkan anak-anak dari sakit-sakitan yang diakibatkan karena mistis, serta gangguan-gangguan terhadap anak yang disebabkan mahkluk halus.

Bupati Nadalsyah mengatakan, peringatan maulid memiliki makna yang dalam. Kehadiran Rasulullah SAW di muka bumi untuk menyempurnakan akhlak umat manusia agar bertaqwa kepada Allah SWT, berlaku baik terhadap sesama dan juga kepada mahluk ciptaan-Nya.

"Dengan kecintaan kita kepada Rasullulah SAW dan Allah SWT yang semakin dalam, Insya Allah hidup kita berakhir dengan khusnul khotimah," kata Bupati.

Selain itu juga untuk memperkuat tali silaturahmi diantara sesama umat muslim yang sangat berharag bagi kelangsungan pembangunan daerah.

"Semoga kegiatan tersubut dilestarikan dan dilaksanakan setiap tahunnya," kata Nadalsyah.

Tradisi baayun maulud ini merupakan tradisi unik bagi masyarakat suku Banjar di Kalimantan yakni upacara ini merupakan bagian dari rangkaian upacara daur hidup yang meliputi kehamilan, kelahiran, masa kanak-kanak menjelang dewasa, perkawinan dan kematian.

Tradisi baayun yang sebenarnya sudah ada sebelum penyebaran Islam di tanah Banjar. Ini merupakan daur hidup masa kanak-kanak, yakni saat si anak berusia 0-5 tahun atau masih balita.

Upacara baayun yang merupakan asimilasi antara budaya urang Banjar yang didasarkan pada ajaran Keharingan dan agama Islam ini kini digelar setiap kali peringatan Maulid Nabi.

Selain sebagai ungkapan doa bagi langkah si anak ke depan, tradisi ini juga sebagai upaya tolak bala. Dalam tradisi baayun ini, anak-anak secara massal diayun dengan iringan pembacaan doa dan pembacaan shalawat.

"Kita harapkan tradisi baayun ini dilakukan dengan harapan agar para balita saat dewasa nanti mengikuti akhlak Nabi Muhammad SAW dan mendapat berkah dari Allah SWT," ujar Nadalsyah