Wanita umur 52 tahun ini ikuti tradisi baayun di Masjid Jami

id tradisi baayun maulid ,masjid jami abdurrahim muara teweh,bupati nadalsyah

Wanita umur 52 tahun ini ikuti tradisi baayun di Masjid Jami

Bupati Barito Utara H Nadalsyah melakukan tampung tawar kepada peserta tradisi baaayun maulid di Masjid Jami Abdurrahim Muara Teweh,Selasa. (Foto Antara Kalteng/Kasriadi)

Muara Teweh (Antaranews Kalteng) - Seorang wanita warga Jalan Mangkusari Muara Teweh Kabupaten Barito Utara, Hj Murni (52) mengikuti tradisi 'baayun maulid' untuk memeriahkan peringatan Maulid Nabi Muhammad Shallahu alaihi wasallam di Masjid Jami Abdurrahim Muara Teweh, Selasa.
   
Wanita asal Desa Sabuh Kecamatan Teweh Baru  ini ikut berbaur dengan puluhan anak dan balita untuk mengikuti prosesi tradisi maulid di dalam masjid jami.

Bahkan Bupati Barito Utara H Nadalsyah yang melakukan tampung tawar dengan mendatangi keseluruh peserta yang mengikuti tradisi baayun atau batuyang sebanyak 65 orang yang hampir semuanya diikuti anak-anak dan balita baik perempuan maupun laki-laki ini, ikut tersenyum melihat Hj Murni mendapat giliran ditampung tawari.

Tampung tawar ini dipercaya warga dapat menghidarkan anak-anak dari sakit-sakitan yang diakibatkan karena mistis, serta gangguan-gangguan terhadap anak yang disebabkan mahkluk halus.

Saat ditampung tawari Hj Murni duduk didalam ayunan berupa sarung kain yang diikat di kayu seperti anak dan balita lainnya yang disiapkan oleh panitia baaayun maulid yaitu Panitia Hari Besar Islam Masjid Jami Abdurrahim Muara Teweh. 

Wanita yang sudah punya anak dan cucu ini memang menjadi pusat perhatian peserta maupun keluarga yang membawa anak mereka yang juga ikuti tradisi baayun maulid yang setiap tahun dilaksanakan ini.

Tradisi tahunan ini dengan mengayunkan anak pada bulan Maulud yang datang dari sejumlah desa terdekat, Kelurahan Lanjas dan Kelurahan Melayu Kecamatan Teweh Tengah serta Kelurahan Jambu dan Kelurahan Jingah Kecamatan Teweh Baru bertujuan agar sang anak jika sudah besar nanti menjadi orang yang sehat berbakti kepada orang tua serta dapat mengikuti ketauladanan Nabi Muhammad SAW.

Pada saat bayi atau anak bahkan orang dewasa yang mengikuti tradisi baayun ini akan dibacakan shalawat dan syair  yang mengagungkan  akhlakul karimah nabi yang menjadi tuntunan  bagi kaum muslimin di seluruh dunia.    

Bupati Nadalsyah mengatakan, peringatan maulid memiliki makna yang dalam. Kehadiran Rasulullah SAW di muka bumi untuk menyempurnakan akhlak umat manusia agar bertaqwa kepada Allah SWT, berlaku baik terhadap sesama dan juga kepada mahluk ciptaan-Nya.

"Dengan kecintaan kita kepada Rasullulah SAW dan Allah SWT yang semakin dalam, Insya Allah hidup kita berakhir dengan khusnul khotimah," kata Bupati.

Selain itu juga untuk memperkuat tali silaturahmi diantara sesama umat muslim yang sangat berharga bagi kelangsungan pembangunan daerah.

"Semoga kegiatan  tersubut dilestarikan dan dilaksanakan setiap tahunnya," kata Nadalsyah.

Tradisi baayun maulud ini merupakan tradisi unik bagi masyarakat suku Banjar di Kalimantan yakni upacara ini merupakan bagian dari rangkaian upacara daur hidup yang meliputi kehamilan, kelahiran, masa kanak-kanak menjelang dewasa, perkawinan dan kematian.

Tradisi baayun yang sebenarnya sudah ada sebelum penyebaran Islam di tanah Banjar. Ini merupakan daur hidup masa kanak-kanak, yakni saat si anak berusia 0-5 tahun atau masih balita.

Upacara baayun yang merupakan asimilasi antara budaya urang Banjar yang didasarkan pada ajaran Keharingan dan agama Islam ini kini digelar setiap kali peringatan Maulid Nabi.

Selain sebagai ungkapan doa bagi langkah si anak ke depan, tradisi ini juga sebagai upaya tolak bala. Dalam tradisi baayun ini, anak-anak secara massal diayun dengan iringan pembacaan doa dan pembacaan shalawat.

"Kita harapkan tradisi baayun ini dilakukan dengan harapan agar para balita saat dewasa nanti mengikuti akhlak Nabi Muhammad SAW dan mendapat berkah dari Allah SWT," ujar Nadalsyah.