Begini cara UMKM bertahan di tengah pandemi corona
Jakarta (ANTARA) - Banyak upaya yang dilakukan oleh para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang mengandalkan promosi daring (online) untuk terus bertahan, mulai dari terus gencar berpromosi hingga menjaga kualitas produknya.
Pemilik usaha OSY Snack, Sella Gareta (33) mengaku gencar mempromosikan produk jamur enoki renyah yang dijualnya di berbagai platform media sosial, selain tetap masuk ke platform lokapasar hingga layanan pesan antar makanan melalui ojek daring.
"Promosi yang paling efektif terasa itu lewat Instagram, mungkin karena engagement (keterikatan) dengan pelanggan lebih kuat ya. Terlebih juga promosi ini lebih kencang kalau dimulai dari orang terdekat," katanya di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Jaga daya saing UMKM, Shopee beri stimulus Rp100 miliar
Sella yang merintis usaha sejak awal tahun 2020 bersama suaminya itu mengungkapkan pandemi Covid-19 yang mulai mewabah di Indonesia Maret lalu cukup membuat bisnisnya kelimpungan.
Pasalnya, ia kerap memasarkan produknya lewat kegiatan bazaar hingga acara di kantor-kantor. Alhasil, saat Covid-19 menghadang, wartawan salah satu media nasional itu pun harus putar otak agar usahanya bisa terus berjalan.
"Saat awal ada pandemi, kami langsung 'gercep' (gerak cepat) gulirkan promo bebas ongkir WFH (Working From Home), di mana kenaikan penjualan sampai 150 persen. Terus lanjut masuk Tokopedia dan tetap gencar promosi di Instagram," katanya.
Baca juga: Bank-bank BUMN disarankan bantu kredit UMKM
Meski sudah masuk ke lokapasar, Sella mengaku penjualan melalui platform digital itu tidak terlalu memuaskan. Ia pun kembali menggencarkan promosi di media sosial, termasuk di Whatsapp.
Selain itu, kerja sama sebagai mitra penyedia makanan di layanan ojek online pun dilakukan untuk mendongkrak penjualan.
"Kami juga sedang kampanye gerakan #UMKMstrong di Instagram di mana pelaku UMKM bisa saling mendukung produk mereka lewat kampanye itu. Tapi kampanye ini baru dimulai," katanya.
Berbeda dengan Sella, Wishu Muhamad (28), pemilik brand fashion pria asal Bandung Bellionz Store mengaku akan terus meningkatkan kualitas produk di tengah ketatnya persaingan dalam penjualan daring.
Baca juga: Program UMKM CiptaNyata terpaksa dihentikan
Wishu yang lebih banyak berjualan melalui lokapasar Shopee dan Lazada mengatakan tidak seperti usaha bidang kuliner, sektor fesyen bukanlah kebutuhan utama masyarakat sehingga kualitas barang dan harga merupakan faktor penentu penjualan.
"Makanya saat ini saya ingin membesarkan brand karena persaingan di marketplace sekarang begitu ketat, apalagi jika dibandingkan dengan produk impor," katanya.
Padahal, ia meyakini produk buatan perajin lokal bisa bersaing dengan mudah melawan produk impor yang dijual dengan harga lebih murah itu. Apalagi produk yang dipasarkannya pun mulai dari Rp30 ribu-Rp350 ribu mulai dari dompet, sepatu, sandal hingga tas pria.
Wishu menambahkan wabah Covid-19 juga cukup memukul usahanya, terutama di awal pandemi hingga omzetnya turun 70 persen. Kendati demikian, penjualan disebutnya kembali membaik pada pertengahan Ramadhan hingga saat ini.
Baca juga: Bank Mandiri terapkan kebijakan penundaan cicilan kredit
"Walaupun memang belum kembali seperti sebelum Covid-19. Itu kemungkinan karena persaingan yang semakin ketat," katanya.
Wishu pun berharap para pemain bisnis online, terutama produk fesyen bisa memperhatikan kualitas produk sehingga bisa bersaing di tengah banjirnya produk impor.
"Karena kita bersaing di harga dan kualitas. Kalau memang harga kita kalah dengan produk dari China, maka kualitas harus baik. Main online ini sudah perang harga, padahal saya percaya barang murah kualitasnya juga tentu rendah," katanya.
Baca juga: Hari Kuliner Nasional diharapkan dongkrak omzet UMKM saat corona
Baca juga: Tren kekinian, pelaku UMKM kembangkan sepatu handmade dengan harga terjangkau
Baca juga: Pelaku UMKM diajak kembangkan sektor pariwisata Palangka Raya
Pemilik usaha OSY Snack, Sella Gareta (33) mengaku gencar mempromosikan produk jamur enoki renyah yang dijualnya di berbagai platform media sosial, selain tetap masuk ke platform lokapasar hingga layanan pesan antar makanan melalui ojek daring.
"Promosi yang paling efektif terasa itu lewat Instagram, mungkin karena engagement (keterikatan) dengan pelanggan lebih kuat ya. Terlebih juga promosi ini lebih kencang kalau dimulai dari orang terdekat," katanya di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Jaga daya saing UMKM, Shopee beri stimulus Rp100 miliar
Sella yang merintis usaha sejak awal tahun 2020 bersama suaminya itu mengungkapkan pandemi Covid-19 yang mulai mewabah di Indonesia Maret lalu cukup membuat bisnisnya kelimpungan.
Pasalnya, ia kerap memasarkan produknya lewat kegiatan bazaar hingga acara di kantor-kantor. Alhasil, saat Covid-19 menghadang, wartawan salah satu media nasional itu pun harus putar otak agar usahanya bisa terus berjalan.
"Saat awal ada pandemi, kami langsung 'gercep' (gerak cepat) gulirkan promo bebas ongkir WFH (Working From Home), di mana kenaikan penjualan sampai 150 persen. Terus lanjut masuk Tokopedia dan tetap gencar promosi di Instagram," katanya.
Baca juga: Bank-bank BUMN disarankan bantu kredit UMKM
Meski sudah masuk ke lokapasar, Sella mengaku penjualan melalui platform digital itu tidak terlalu memuaskan. Ia pun kembali menggencarkan promosi di media sosial, termasuk di Whatsapp.
Selain itu, kerja sama sebagai mitra penyedia makanan di layanan ojek online pun dilakukan untuk mendongkrak penjualan.
"Kami juga sedang kampanye gerakan #UMKMstrong di Instagram di mana pelaku UMKM bisa saling mendukung produk mereka lewat kampanye itu. Tapi kampanye ini baru dimulai," katanya.
Berbeda dengan Sella, Wishu Muhamad (28), pemilik brand fashion pria asal Bandung Bellionz Store mengaku akan terus meningkatkan kualitas produk di tengah ketatnya persaingan dalam penjualan daring.
Baca juga: Program UMKM CiptaNyata terpaksa dihentikan
Wishu yang lebih banyak berjualan melalui lokapasar Shopee dan Lazada mengatakan tidak seperti usaha bidang kuliner, sektor fesyen bukanlah kebutuhan utama masyarakat sehingga kualitas barang dan harga merupakan faktor penentu penjualan.
"Makanya saat ini saya ingin membesarkan brand karena persaingan di marketplace sekarang begitu ketat, apalagi jika dibandingkan dengan produk impor," katanya.
Padahal, ia meyakini produk buatan perajin lokal bisa bersaing dengan mudah melawan produk impor yang dijual dengan harga lebih murah itu. Apalagi produk yang dipasarkannya pun mulai dari Rp30 ribu-Rp350 ribu mulai dari dompet, sepatu, sandal hingga tas pria.
Wishu menambahkan wabah Covid-19 juga cukup memukul usahanya, terutama di awal pandemi hingga omzetnya turun 70 persen. Kendati demikian, penjualan disebutnya kembali membaik pada pertengahan Ramadhan hingga saat ini.
Baca juga: Bank Mandiri terapkan kebijakan penundaan cicilan kredit
"Walaupun memang belum kembali seperti sebelum Covid-19. Itu kemungkinan karena persaingan yang semakin ketat," katanya.
Wishu pun berharap para pemain bisnis online, terutama produk fesyen bisa memperhatikan kualitas produk sehingga bisa bersaing di tengah banjirnya produk impor.
"Karena kita bersaing di harga dan kualitas. Kalau memang harga kita kalah dengan produk dari China, maka kualitas harus baik. Main online ini sudah perang harga, padahal saya percaya barang murah kualitasnya juga tentu rendah," katanya.
Baca juga: Hari Kuliner Nasional diharapkan dongkrak omzet UMKM saat corona
Baca juga: Tren kekinian, pelaku UMKM kembangkan sepatu handmade dengan harga terjangkau
Baca juga: Pelaku UMKM diajak kembangkan sektor pariwisata Palangka Raya