"Selalu pertimbangkan keamanan. Apalagi di saat pandemi COVID-19 ini, protokol kesehatan juga wajib dijalankan. Jangan hanya semangatnya saja, tetapi juga harus mengukur kemampuan. Jangan sampai kita mau menolong orang, malah kita yang ditolong," kata Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Palangka Raya, Muhammad Haryadi di Sampit, Minggu.
Haryadi mengaku senang dan mengapresiasi terhadap tingginya antusiasme masyarakat terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial, termasuk terjun ke lokasi-lokasi bencana. Namun perlu diingat, faktor keselamatan harus tetap menjadi pertimbangan utama.
Relawan harus memiliki pengetahuan terkait standar operasi dan prosedur dalam penyelamatan. Tujuannya agar keselamatan relawan tetap terjaga sehingga bisa membantu masyarakat yang membutuhkan pertolongan.
Haryadi mengatakan, saat ini Basarnas baru memiliki 24 personel berstatus aparatur sipil negara yang bertugas di Kalimantan Tengah. Mereka tersebar di kantor SAR Palangka Raya, Pos SAR Pangkalan Bun, Pos SAR Sampit dan rescue boat atau kapal 305 yang ada di Sampit.
Jumlah ini memang masih sedikit jika dibanding luas wilayah yang ditangani. Namun ketika terjadi kondisi kedaruratan, Basarnas bersinergi dengan pihak lainnya seperti Polri, TNI, pemerintah daerah dan potensi-potensi SAR seperti relawan yang tergabung dalam organisasi kemasyarakatan, kampus dan lainnya.
Haryadi menegaskan, Basarnas tidak mungkin bekerja sendiri karena hasilnya dipastikan tidak maksimal. Kehadiran instansi lainnya serta potensi-potensi SAR, dirasakan sangat membantu.
Baca juga: DPRD Kotim dukung kebijakan prorakyat
Untuk itulah Basarnas menaruh perhatian terhadap relawan atau potensi-potensi SAR. Basarnas selalu siap berbagi ilmu dengan para relawan agar mereka memiliki pengetahuan dan kemampuan SAR yang memadai sehingga bisa lebih optimal saat terjun ke lapangan.
"Kami juga merencanakan akan membuat program semacam pelatihan. Sama-sama bersinergi sehingga ketika ada musibah, tidak kaku lagi bergerak di lapangan. Kami bekali pengetahuan tentang SAR. Kalau perlu, kita bisa sharing ilmu. Kami siap mendukung dan memfasilitasi," ujar Haryadi.
Seperti yang dilakukan Basarnas di Palangka Raya yakni menggelar pelatihan teknik pertolongan di gunung dan hutan. Ini diakui tidak terlepas dari evaluasi pencarian seorang pendaki yang akhirnya ditemukan meninggal dunia di Bukit Tangkiling belum lama ini.
Saat itu sejumlah relawan, khususnya anggota organisasi pencinta alam juga turut membantu pencarian. Para relawan seperti mereka perlu diberi pengetahuan tentang SAR sehingga memahami prosedur yang benar dan aman.
Basarnas juga berencana menggelar pelatihan SAR di Kabupaten Kotawaringin Timur. Rencana itu nantinya akan diawali dengan silaturahmi dengan komunitas-komunitas relawan.
Beberapa waktu lalu Basarnas juga pernah menggelar pelatihan SAR di Sampit dengan peserta personel Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dari sejumlah kabupaten. Ini sebagai upaya memfasilitasi peningkatan kapasitas agar peserta memiliki kemampuan memadai dalam bidang SAR.
"Kita lihat peta wilayah kerja dan potensi kebencanaan sehingga bisa disesuaikan karena potensi permasalahan di setiap daerah bisa berbeda-beda. Kita juga harus mampu berkoordinasi karena kita sadar diri bahwa kita tidak akan mampu maksimal tanpa bantuan elemen lainnya," demikian Haryadi.
Baca juga: Bupati Kotim santuni keluarga korban kecelakaan akibat kerusakan jalan
Baca juga: Telaah - Jejak Trail Supian Hadi