Direktur senior produk LinkedIn, Liz Li, mengatakan melalui sebuah tulisan di blog LinkedIn bahwa pada awalnya Stories diluncurkan pada tahun lalu sebagai cara untuk membagikan pengalaman video pendek dengan cara yang menyenangkan dan kasual.
Namun, setelah LinkedIn mempelajari perilaku pengguna perusahaan menyimpulkan bahwa pengguna menginginkan video tetap berada dalam profil mereka secara permanen, bukan seperti video Stories saat ini yang akan menghilang dalam waktu 24 jam.
“Dalam mengembangkan Stories, kami berasumsi bahwa orang tidak ingin video informal dilampirkan ke profil mereka, dan hal itu akan mengurangi hambatan yang dirasakan orang untuk mem-posting. Ternyata, Anda ingin membuat video abadi yang menceritakan kisah profesional Anda dengan cara yang lebih pribadi dan yang menunjukkan kepribadian dan keahlian Anda,” kata Liz Li, dikutip pada Rabu.
Baca juga: Fitur 'Stories' LinkedIn akan dihapus mulai akhir September
Li melanjutkan bahwa pengguna menginginkan format video yang lebih kreatif dan menarik dalam konteks profesional untuk tampilan profil di LinkedIn. Dengan demikian, perusahaan akan merancang ulang format video tersebut dengan menawarkan pengalaman yang lebih beragam.
Belum lama ini, Twitter pada Juli lalu juga menghapus fitur Stories-nya yang bernama Fleets. Seperti LinkedIn, Twitter mengamati bahwa pengguna tidak merespon kehadiran fitur video pendek seperti yang semula diharapkan.
“Kami berharap Fleets akan membantu lebih banyak orang merasa nyaman bergabung dalam percakapan di Twitter. Namun, sejak kami memperkenalkan Fleets kepada semua orang, kami belum melihat peningkatan jumlah orang baru yang bergabung dalam percakapan dengan Fleets seperti yang kami harapkan,” kata wakil presiden produk Twitter, Ilya Brown, melalui tulisan di blog Twitter pada Juli lalu.
Hampir semua jejaring media sosial menambahkan fitur Stories setelah Snapchat dan Instagram sukses mengembangkan format tersebut untuk pengguna. YouTube dan Facebook juga mengikuti tren video Stories. Namun LinkedIn dan Twitter justru memilih untuk menghapus fitur tersebut karena sepi pengguna.
Baca juga: LinkedIn digugat terkait jumlah penonton iklan
Baca juga: Rusia Akan Blokir LinkedIn, Kenapa Ya?
Baca juga: Pengadilan Rusia Dukung Pemblokiran LinkedIn