Warga bantu sisir sampah di Pantai Ujung Pandaran
Sampit (ANTARA) - Kepedulian ditunjukkan warga Desa Ujung Pandaran Kecamatan Teluk Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah dengan membantu pemerintah setempat menyisir dan membersihkan sampah yang ada di objek wisata pantai andalan tersebut.
"Aksi bersih-bersih pantai ini dilaksanakan bersama masyarakat, ketua RT, RW dan dan pihak kecamatan. Alhamdulillah bisa diselesaikan dengan baik," kata Camat Teluk Sampit, Dedi Purwanto di Pantai Ujung Pandaran, Rabu.
Selama libur Lebaran Idul Fitri 1444 Hijriah, Pantai Ujung Pandaran menjadi objek wisata favorit masyarakat untuk bersantai. Warga tetap antusias meski harus melalui perjalanan cukup jauh menuju pantai yang berlokasi sekitar 90 kilometer dari Sampit Ibu Kota Kabupaten Kotawaringin Timur tersebut.
Diperkirakan belasan ribu pengunjung yang datang berwisata ke Pantai Ujung Pandaran. Mereka tidak hanya dari Kotawaringin Timur sendiri, tetapi juga dari daerah lain seperti Kabupaten Seruyan, Katingan dan Kota Palangka Raya.
Dedi menyebutkan, saat Hari Raya Idul Fitri pada Sabtu (22/4) lalu ada sekitar 500 pengunjung, Minggu (23/4) sekitar 7000 pengunjung, Senin (24/4) sekitar 3000 pengunjung dan Selasa (25/4) sekitar 600 pengunjung. Bahkan hingga Rabu (26/4) pun masih ada yang wisatawan yang menginap.
Jumlah itu hanya estimasi terdata dari penginapan atau pengelola lokasi wisata di pantai tersebut. Jumlah riil diperkirakan lebih banyak karena tidak sedikit pengunjung yang memarkir kendaraan mereka di lahan-lahan kosong yang belum dikelola dan di pinggir jalan.
Baca juga: Pemudik di Pelabuhan Sampit masih tinggi dibanding arus balik
Tingginya jumlah pengunjung membawa berkah bagi masyarakat setempat karena mendapat penghasilan. Warga ada yang berjualan makanan minuman, jasa penyewaan peralatan, berjualan pakaian, juru parkir dan lainnya.
Usai liburan dan puncak kunjungan, banyak sampah berserakan di objek wisata pantai yang menghadap Laut Jawa tersebut. Untuk itulah Pemerintah Kecamatan Teluk Sampit, Pemerintah Desa Ujung Pandaran dan masyarakat setempat bersama-sama membersihkan sampah di pantai itu.
"Kami fokus menyisir sampah di sepanjang pantai dan langsung dimusnahkan dengan cara dibakar. Untuk sampah di lokasi-lokasi areal penginapan, saya sudah minta masing-masing pengelola penginapan dan parkir segera membersihkan sampah-sampah tersebut," ujar Dedi.
Dedi berharap objek wisata Pantai Ujung Pandaran terus dikembangkan karena potensinya cukup besar. Dia yakin pengembangan Pantai Ujung Pandaran akan berdampak terhadap perekonomian masyarakat dan daerah.
Pantai yang juga cukup dekat dengan Kabupaten Seruyan ini menawarkan panorama yang indah. Selain itu, di pantai ini terdapat objek wisata religi yaitu kubah atau makam ulama bernama Syekh Abu Hamid yang merupakan buyut dari ulama terkenal di Kalimantan Selatan, yakni Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau lebih dikenal dengan sebutan 'Datu Kalampayan', dikenal luas dengan kitab karangannya berjudul 'Sabilal Muhtadin', yang hingga kini banyak digunakan di sejumlah negara.
Di kecamatan ini juga terdapat objek wisata lain yang oleh warga disebut air terjun merah darah. Air terjun kecil ini berada di kawasan gambut sehingga airnya merah sehingga disebut air terjun merah darah.
Baca juga: Bupati Kotim apresiasi pelayanan publik kembali berjalan usai libur Lebaran
Baca juga: Lonjakan wisatawan Pantai Ujung Pandaran angkat perekonomian masyarakat
Baca juga: Legislator: Kotim perlu kembangkan objek wisata andalan baru
"Aksi bersih-bersih pantai ini dilaksanakan bersama masyarakat, ketua RT, RW dan dan pihak kecamatan. Alhamdulillah bisa diselesaikan dengan baik," kata Camat Teluk Sampit, Dedi Purwanto di Pantai Ujung Pandaran, Rabu.
Selama libur Lebaran Idul Fitri 1444 Hijriah, Pantai Ujung Pandaran menjadi objek wisata favorit masyarakat untuk bersantai. Warga tetap antusias meski harus melalui perjalanan cukup jauh menuju pantai yang berlokasi sekitar 90 kilometer dari Sampit Ibu Kota Kabupaten Kotawaringin Timur tersebut.
Diperkirakan belasan ribu pengunjung yang datang berwisata ke Pantai Ujung Pandaran. Mereka tidak hanya dari Kotawaringin Timur sendiri, tetapi juga dari daerah lain seperti Kabupaten Seruyan, Katingan dan Kota Palangka Raya.
Dedi menyebutkan, saat Hari Raya Idul Fitri pada Sabtu (22/4) lalu ada sekitar 500 pengunjung, Minggu (23/4) sekitar 7000 pengunjung, Senin (24/4) sekitar 3000 pengunjung dan Selasa (25/4) sekitar 600 pengunjung. Bahkan hingga Rabu (26/4) pun masih ada yang wisatawan yang menginap.
Jumlah itu hanya estimasi terdata dari penginapan atau pengelola lokasi wisata di pantai tersebut. Jumlah riil diperkirakan lebih banyak karena tidak sedikit pengunjung yang memarkir kendaraan mereka di lahan-lahan kosong yang belum dikelola dan di pinggir jalan.
Baca juga: Pemudik di Pelabuhan Sampit masih tinggi dibanding arus balik
Tingginya jumlah pengunjung membawa berkah bagi masyarakat setempat karena mendapat penghasilan. Warga ada yang berjualan makanan minuman, jasa penyewaan peralatan, berjualan pakaian, juru parkir dan lainnya.
Usai liburan dan puncak kunjungan, banyak sampah berserakan di objek wisata pantai yang menghadap Laut Jawa tersebut. Untuk itulah Pemerintah Kecamatan Teluk Sampit, Pemerintah Desa Ujung Pandaran dan masyarakat setempat bersama-sama membersihkan sampah di pantai itu.
"Kami fokus menyisir sampah di sepanjang pantai dan langsung dimusnahkan dengan cara dibakar. Untuk sampah di lokasi-lokasi areal penginapan, saya sudah minta masing-masing pengelola penginapan dan parkir segera membersihkan sampah-sampah tersebut," ujar Dedi.
Dedi berharap objek wisata Pantai Ujung Pandaran terus dikembangkan karena potensinya cukup besar. Dia yakin pengembangan Pantai Ujung Pandaran akan berdampak terhadap perekonomian masyarakat dan daerah.
Pantai yang juga cukup dekat dengan Kabupaten Seruyan ini menawarkan panorama yang indah. Selain itu, di pantai ini terdapat objek wisata religi yaitu kubah atau makam ulama bernama Syekh Abu Hamid yang merupakan buyut dari ulama terkenal di Kalimantan Selatan, yakni Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau lebih dikenal dengan sebutan 'Datu Kalampayan', dikenal luas dengan kitab karangannya berjudul 'Sabilal Muhtadin', yang hingga kini banyak digunakan di sejumlah negara.
Di kecamatan ini juga terdapat objek wisata lain yang oleh warga disebut air terjun merah darah. Air terjun kecil ini berada di kawasan gambut sehingga airnya merah sehingga disebut air terjun merah darah.
Baca juga: Bupati Kotim apresiasi pelayanan publik kembali berjalan usai libur Lebaran
Baca juga: Lonjakan wisatawan Pantai Ujung Pandaran angkat perekonomian masyarakat
Baca juga: Legislator: Kotim perlu kembangkan objek wisata andalan baru