ITS kembangkan sistem stereotaktik dukung bedah saraf otak

id profesor its,its,bedah saraf otak,surabaya,jatim,institut teknologi sepuluh nopember

ITS kembangkan sistem stereotaktik dukung bedah saraf otak

Produk dari BrainRY dan BrainNAV yang dikembangkan tim peneliti ITS saat dipamerkan pada Hannover Messe 2023 di Jerman. (ANTARA/HO-Humas ITS)

Surabaya (ANTARA) - Guru Besar Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof. Riyanarto Sarno mengembangkan inovasi alat kesehatan yang disertai dengan teknologi artificial intelligence (AI) untuk mendukung operasi bedah otak berupa sistem stereotaktik.

"Sistem stereotaktik ini terdiri dari dua bagian besar berupa perangkat keras bernama BrainRY dan perangkat lunak bertajuk BrainNAV," kata Riyanarto di Surabaya, Kamis.

Riyan, sapaan akrabnya, mengungkapkan bahwa stereotaktik yang didesain bersama Dr. dr. Achmad Fahmi bertujuan menciptakan alat yang lebih baik dari yang ada di pasaran. Fahmi memberikan masukan seputar desain, kebutuhan alat, dan pengembangan berdasarkan pengalamannya sebagai pengguna.

Riyan menjelaskan serupa dengan penggunaan stereotaktik neurosurgery umumnya, cara kerja BrainRY dengan memasang bagian localizer pada tengkorak kepala pasien saat melakukan Computed Tomography (CT) Scan.

"Hasil citra CT Scan akan digabungkan dengan citra otak pasien dari hasil pemindaian Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Magnetic Resonance Angiography (MRA)," katanya.

Kemudian, co-register atau proses penggabungan ketiga citra tersebut dilakukan menggunakan perangkat lunak BrainNAV yang menerapkan teknologi AI.

Penyatuan beberapa citra hasil pemindaian ini akan memberikan gambar struktur otak dan pembuluh darah yang lebih komprehensif.

"Sehingga memudahkan dokter dalam memvisualisasikan kepala pasien sebelum melakukan operasi," ujarnya.

Pada pelaksanaan operasi otak, kata dia, BrainNAV memungkinkan dokter menentukan lokasi target yang ingin dioperasi dengan penandaan koordinat titik tersebut.

Kemudian berdasarkan koordinat tersebut, perangkat keras BrainRY dapat menyesuaikan posisi jarum operasi dengan mengarahkannya pada target anatomi otak secara akurat dan presisi dengan tingkat kesalahan maksimum sebesar 0,9 mm.

Peraih peringkat pertama SINTA Award 2019 ini, mengemukakan pembuatan prototipe alat ini juga menggandeng ZENMED+ sebagai salah satu produsen alat kesehatan di Indonesia, sedangkan BrainNAV hasil kerja sama dari tim yang terdiri dari dosen, mahasiswa S1, S2, dan S3 di ITS.

Ia mengungkapkan bahwa beberapa fitur yang menjadi kelebihan utama dari BrainNAV,, di antaranya seperti 20 kali pembesaran citra untuk memberikan tindakan yang lebih presisi, kemampuan untuk menyesuaikan tingkat kecerahan gambar, dan pemodelan 3D untuk memberikan gambaran struktur otak dari berbagai sisi.

Menurut dia, perangkat lunak BrainNAV juga memungkinkan proses ekspor gabungan hasil pemindaian dalam bentuk Digital Imaging and Communications in Medicine (DICOM).

Selain itu, pembacaan citra DICOM beberapa pasien secara bersamaan dalam satu perangkat, dan penentuan beberapa bagian otak seperti Anterior Commissure (AC), Posterior Commissure (PC), dan Ventral Intermediate Nucleus (VIM) dari thalamus secara otomatis.

Profesor yang juga masuk sebagai Top 2 persen Scientist in the World 2022 ini berharap bahwa inovasi yang sedang dalam tahap uji in vitro ini dapat memberikan dukungan bagi kebutuhan bedah saraf otak di Indonesia.

Selain itu, dengan harga yang lebih terjangkau akan membuahkan semakin banyak jumlah rumah sakit yang memiliki alat medis ini.

"Dengan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) yang tinggi, tentu harga dari alat ini akan lebih terjangkau ketimbang alat stereotaktik impor," ujarnya.