“Saya sarankan satu hal, fokus ke pekerjaan utama. Kamu harus spesifik (menguasai satu keterampilan). Misalnya, belajar Bahasa Mandarin karena ingin berbisnis dengan pengusaha China, kalau mau pangsa pasar India, ya belajar (bahasa) India,” kata Mariko melalui keterangan tertulis Cakap, Rabu (30/8).
Menurut Mariko, yang juga pendiri Ango Ventures, selama ini banyak sumber daya manusia Indonesia yang terlalu generalis, tidak terfokus pada satu keterampilan sehingga kurang spesifik untuk menjadi seorang spesialis.
Baca juga: Tips tingkatkan kepercayaan diri di lingkungan kerja
Selain itu budaya loncat dari satu perusahaan ataupun bidang juga masih kerap ditemui di kalangan profesional. Mariko menyarankan agar pegawai percaya terlebih dulu pada perusahaan dan sebelum bekerja di sana sebaiknya belajar tentang perusahaan itu.
"Kalau sudah, coba komitmen selama lima tahun. itu membuat Anda punya pengalaman yang berbeda (dibandingkan yang loncat terlalu sering),” ujar Mariko.
Kiat yang disampaikannya itu juga menjadi kunci agar Indonesia sukses memanfaatkan bonus demografi pada tahun 2030, yang dikatakan jumlah penduduk usia produktif akan lebih banyak dibanding usia non-produktif.
“Di Indonesia ini sekarang banyak generasi di bawah usia 30 tahun, dan pintar-pintar serta tersebar dimana-mana. Generasi muda ini harus bisa dialokasikan ke sektor-sektor yang diinginkan (strategis),” ujar Mariko.
Selain itu, Mariko juga menekankan pendidikan lanjutan sebagai salah satu kunci sukses bonus demografi. Dia mencatat, dari sekitar 270 juta penduduk Indonesia, hanya 6 persen yang mengenyam pendidikan tinggi (universitas, politeknik dan sederajat).
Baca juga: Waspada! Penipuan lowongan kerja melalui LinkedIn
Baca juga: Jangan tergiur gaji besar saat ditawari kerja ke luar negeri
Baca juga: Tips cepat kembali fokus jika terganggu saat bekerja