Berikut lima fakta dan mitos seputar pola makan sehat

id makanan sehat,pola makan,pola makan sehat,mitos

Berikut lima fakta dan mitos seputar pola makan sehat

Ilustrasi makanan sehat. (ANTARA/Pixabay/silviarita)

Jakarta (ANTARA) - Menyambut Hari Gizi Nasional pada 25 Januari, dokter gizi dr. Putri Sakti Dwi Permanasari, Sp.GK dan Tokopedia membagikan lima fakta dan mitos seputar makan sehat dan bergizi serta penerapan pola hidup yang lebih sehat bagi masyarakat.
 
Pola makan yang sehat mencakup semua unsur gizi yang seimbang sesuai kebutuhan tubuh. Di sisi lain, menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, jika seseorang mengonsumsi makanan yang melebihi kebutuhan tubuhnya, hal ini akan berisiko pada timbulnya penyakit, seperti jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi, arthritis, batu empedu, dan penyakit lainnya, seperti dikutip dari keterangan pers Tokopedia, Rabu.
 
“Gizi seimbang menjadi hal paling penting dalam menerapkan gaya hidup sehat. Misalnya, selain karbohidrat sebagai sumber energi utama, tubuh juga membutuhkan sumber zat pembangun dan pengatur lainnya yang bisa didapat dari protein nabati dan hewani,” kata dr. Putri.
 
Dia menambahkan, “Keduanya juga mengandung lemak yang penting bagi tubuh asalkan dikonsumsi sesuai kebutuhan,” katanya.
 
Oleh karena itu, berikut lima fakta dan mitos seputar makan sehat berdasarkan saran dari dokter gizi.

Baca juga: Pengaturan makan pasien diabetes sama seperti orang sehat?
 
1. Makan malam akan membuat berat badan naik adalah mitos
 
Faktanya, makan malam tidak akan membuat berat badan naik jika jumlah kalori yang dikonsumsi dalam sehari tetap sesuai kebutuhan kalori per orang dan membatasi konsumsi makanan manis serta berlemak.
 
Seseorang yang sedang menurunkan berat badan disarankan untuk makan malam 2 sampai 3 jam sebelum waktu tidur untuk menghindari risiko asam lambung naik. Ketika lapar saat malam hari, dokter menyarankan untuk memakan buah-buahan, seperti blueberry yang mengandung zat antioksidan.
 
Hindari juga mengonsumsi camilan, seperti makanan olahan atau yang digoreng dengan minyak berlebih.
 
2. Mindful eating lebih baik dibandingkan mengurangi porsi makan adalah fakta
 
Mengurangi porsi makan berlebihan hingga menghindari makanan tertentu demi menurunkan berat badan justru tidak baik. Lebih baik, terapkan mindful eating karena tidak ada makanan yang terlalu baik maupun jahat.
 
Mindful didasarkan pada kesadaran penuh seseorang saat makan. Misalnya, memperhatikan apa saja yang dimakan, besarnya porsi makanan, mengetahui kapan saat lapar dan saat kenyang,” kata Putri.
 
Masyarakat dapat mengikuti anjuran Kemenkes dengan membagi piring menjadi tiga bagian, yaitu setengah isi piring diisi oleh sayuran dan buah, sepertiga isi piring diisi oleh protein hewani (ikan, ayam, daging atau telur) sebanyak 75 gram, dan protein nabati (tempe, tahu atau kacang-kacangan) sebanyak 100 gram, serta dua pertiga atau 150 gram lainnya diisi dengan sumber karbohidrat (nasi, kentang atau jagung).

Baca juga: Kiat belanja bahan makanan yang sehat agar pola makan terjaga
 
3. Mengikuti pola makan sehat berdasarkan suatu tren di media sosial adalah mitos
 
Diet yang tepat menyesuaikan dengan kebutuhan tubuh, bukan berdasarkan testimonial atau yang sedang tren di media sosial. Sebelum menjalankan diet, sebaiknya konsultasikan dulu hal ini ke dokter gizi atau ahli gizi.
 
Biasanya, dokter gizi atau ahli gizi dapat mengatur pola diet berdasarkan kondisi tubuh pasien agar kebutuhan makronutrien, seperti vitamin dan mineral tetap dapat terpenuhi.
 
“Mengingat diet tidak boleh trial and error. Selain menerapkan diet sehat yang telah dianjurkan oleh dokter gizi atau ahli gizi, penting sekali untuk melengkapi gaya hidup sehat dengan berolahraga,” kata Putri.
 
4. Olahraga tetap penting untuk mengurangi berat badan adalah fakta
 
Manfaat utama dari berolahraga adalah menjaga kesehatan tubuh dari penyakit. Selain pola makan yang sehat dan bergizi, Putri menganjurkan untuk melakukan olahraga secara rutin minimal 150 menit setiap minggu dengan intensitas sedang.
 
World Health Organization (WHO) juga merekomendasikan untuk berolahraga selama 150 menit tiap minggunya untuk menguatkan massa otot.
 
Pilihlah jenis olahraga kardio dengan intensitas sedang yang seimbang, seperti jalan cepat, renang, atau jogging. Untuk penguatan otot, lakukan olahraga seperti push up, plank, dan sit up.

Baca juga: Kumpulan menu makan malam yang baik untuk kesehatan jantung
 
5. Boleh makan apa saja saat ‘jendela makan’ ketika jalani intermittent fasting adalah mitos
 
Faktanya, jendela makan saat intermittent fasting adalah waktu untuk memenuhi segala kebutuhan tubuh secara seimbang.
 
Oleh karena itu, hal terpenting yang dilakukan bukan hanya dapat makan apa saja, tetapi pemenuhan asupan karbohidrat, protein dan lemak, serta vitamin mineral dengan komposisi seimbang yang dibutuhkan tubuh pada waktu jendela makan.
 
Lakukan konsultasi dengan dokter gizi atau ahli gizi agar intermittent fasting dapat berjalan dengan optimal. Tujuan dari intermittent fasting adalah mengurangi massa lemak tubuh, bukan hanya menurunkan berat badan.
 
Jika massa otot ikut menurun, maka seseorang dapat lebih mudah sakit, mudah lelah, rambut rontok, sehingga efek produktivitas menurun.
 
“Sebetulnya yang dibutuhkan bukan hanya penurunan berat badan, tetapi juga penurunan massa lemak, sehingga penting untuk memperhatikan makanan yang dikonsumsi. Pastikan memenuhi kebutuhan gizi dan nutrisi yang dibutuhkan setiap individu,” tutup Putri.

Baca juga: Ini alasan perut kembung walau sudah makan sehat

Baca juga: Kiat kembalikan pola makan sehat usai Lebaran

Baca juga: Ingat aturan porsi menjadi kunci makan sehat saat Lebaran