Cegah kasus demam berdarah agar tak meningkat bulan April
Jakarta (ANTARA) - Praktisi kesehatan masyarakat Ngabila Salama mengingatkan masyarakat untuk rutin melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) agar kasus demam berdarah (DBD/dengue) tidak meningkat di bulan April.
“Pola kasus DBD setiap tahun polanya akan sama, mulai meningkat di bulan Desember dan akan mengalami puncak di bulan April lalu menurun kembali,” kata Ngabila melalui pesan singkat di Jakarta, Selasa.
Ngabila menjelaskan ketika memasuki musim hujan jumlah genangan air akan bertambah dan berpotensi menjadi tempat bagi nyamuk untuk berkembang biak. Belum lagi kelembaban udara yang tinggi saat musim hujan yang membantu nyamuk Aedes Aegypti penyebab dengue lebih mudah berkembang biak.
Perilaku nyamuk tersebut menjadi berbahaya karena pada musim sekarang ini, imunitas masyarakat mudah turun.
Dengan demikian, Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kementerian Kesehatan itu menyarankan agar masyarakat rutin melakukan PSN dengan cara 3M Plus yakni menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air dan mendaur ulang berbagai barang yang berpotensi jadi tempat berkembang biak nyamuk.
Sementara itu, beberapa poin plus yang dapat masyarakat lakukan adalah menanam tanaman penangkal nyamuk contohnya lavender dan sereh, memeriksa tempat yang kemungkinan jadi penampungan air, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk seperti cupang hingga menggunakan obat anti nyamuk.
Di sisi lain masyarakat dianjurkannya untuk menjalankan perilaku hidup bersih seperti tidak menggantung baju di tempat yang menjadi sumber sarang nyamuk dan jentik, mengaktifkan Program Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J) dan melakukan penyemprotan nyamuk.
"Nyamuk DBD aktif pada jam 8-10 pagi dan 4-6 sore, akan lebih baik melakukan penyemprotan nyamuk atau menggunakan lotion anti nyamuk,” katanya.
Kiat lain yang ia berikan yakni mengaktifkan PSN di sembilan tatanan yaitu tatanan kehidupan masyarakat sehat mandiri, tatanan permukiman dan fasilitas umum, tatanan satuan pendidikan, tatanan satuan pasar, tatanan pariwisata, tatanan transportasi dan tertib lalu lintas jalan, tatanan perkantoran dan perindustrian, tatanan perlindungan sosial, serta tatanan pencegahan dan penanggulangan bencana.
Ngabila turut mengingatkan masyarakat soal pentingnya vaksinasi DBD yang dapat mengurangi risiko sakit dan keparahan akibat penyakit tersebut. Perlindungan atau antibodi dari vaksin DBD yang telah diberikan sebanyak dua kali dapat bertahan selama 4,5 tahun efektif sampai 95 persen, sesudah itu vaksin efektif hanya 60 persen.
Vaksinnya sendiri dapat diakses secara berbayar pada anak dan dewasa dan rekomendasi pemberian vaksinnya sudah tertulis dalam rekomendasi Satgas Imunisasi Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Tahun 2023.
“Vaksinasi ini juga bisa didapatkan di RSUD Tamansari untuk usia 6-45 tahun, pemberian dua kali selang tiga bulan antar dosis. Biayanya Rp1 juta untuk dua dosis,” ucapnya.
“Pola kasus DBD setiap tahun polanya akan sama, mulai meningkat di bulan Desember dan akan mengalami puncak di bulan April lalu menurun kembali,” kata Ngabila melalui pesan singkat di Jakarta, Selasa.
Ngabila menjelaskan ketika memasuki musim hujan jumlah genangan air akan bertambah dan berpotensi menjadi tempat bagi nyamuk untuk berkembang biak. Belum lagi kelembaban udara yang tinggi saat musim hujan yang membantu nyamuk Aedes Aegypti penyebab dengue lebih mudah berkembang biak.
Perilaku nyamuk tersebut menjadi berbahaya karena pada musim sekarang ini, imunitas masyarakat mudah turun.
Dengan demikian, Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kementerian Kesehatan itu menyarankan agar masyarakat rutin melakukan PSN dengan cara 3M Plus yakni menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air dan mendaur ulang berbagai barang yang berpotensi jadi tempat berkembang biak nyamuk.
Sementara itu, beberapa poin plus yang dapat masyarakat lakukan adalah menanam tanaman penangkal nyamuk contohnya lavender dan sereh, memeriksa tempat yang kemungkinan jadi penampungan air, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk seperti cupang hingga menggunakan obat anti nyamuk.
Di sisi lain masyarakat dianjurkannya untuk menjalankan perilaku hidup bersih seperti tidak menggantung baju di tempat yang menjadi sumber sarang nyamuk dan jentik, mengaktifkan Program Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J) dan melakukan penyemprotan nyamuk.
"Nyamuk DBD aktif pada jam 8-10 pagi dan 4-6 sore, akan lebih baik melakukan penyemprotan nyamuk atau menggunakan lotion anti nyamuk,” katanya.
Kiat lain yang ia berikan yakni mengaktifkan PSN di sembilan tatanan yaitu tatanan kehidupan masyarakat sehat mandiri, tatanan permukiman dan fasilitas umum, tatanan satuan pendidikan, tatanan satuan pasar, tatanan pariwisata, tatanan transportasi dan tertib lalu lintas jalan, tatanan perkantoran dan perindustrian, tatanan perlindungan sosial, serta tatanan pencegahan dan penanggulangan bencana.
Ngabila turut mengingatkan masyarakat soal pentingnya vaksinasi DBD yang dapat mengurangi risiko sakit dan keparahan akibat penyakit tersebut. Perlindungan atau antibodi dari vaksin DBD yang telah diberikan sebanyak dua kali dapat bertahan selama 4,5 tahun efektif sampai 95 persen, sesudah itu vaksin efektif hanya 60 persen.
Vaksinnya sendiri dapat diakses secara berbayar pada anak dan dewasa dan rekomendasi pemberian vaksinnya sudah tertulis dalam rekomendasi Satgas Imunisasi Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Tahun 2023.
“Vaksinasi ini juga bisa didapatkan di RSUD Tamansari untuk usia 6-45 tahun, pemberian dua kali selang tiga bulan antar dosis. Biayanya Rp1 juta untuk dua dosis,” ucapnya.