Jakarta (ANTARA) -
"Jadi, anak-anak dengan kebutuhan khusus seperti autis, disabilitas intelektual, ADHD, dan lainnya selama tidak ada kondisi medis yang menyertainya maka anak itu merupakan kelompok rentan penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi. Jadi, dia tetap harus mendapatkan imunisasi," kata Mei dalam sebuah diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan imunisasi tidak dapat diberikan kepada anak berkebutuhan khusus apabila dia memiliki gangguan medis kontra indikasi, misalnya penyakit yang menyebabkan kejang tidak terkontrol.
Baca juga: Capaian PIN Polio Kotim tertinggi se-Kalteng dalam empat hari berjalan
"Kalau seperti itu berarti kita kelola dulu kejangnya sampai terkontrol," ujar Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.
Ia mengatakan butuh pendekatan khusus dalam memberikan vaksin untuk anak berkebutuhan khusus.
Menurut dia, perlu upaya tersendiri dalam mendekatkan anak berkebutuhan khusus agar mereka bisa memahami pentingnya mendapat imunisasi serta tidak merasa takut saat menerimanya.
Baca juga: Dokter Anak : Hindari pemberian paracetamol pada anak usai imunisasi
"Perlu effort khusus dengan cara yang disederhanakan supaya mereka paham dan tidak ketakutan," kata Mei.
Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan dr. Prima Yosephine, MKM mengimbau para orang tua agar tidak menyepelekan pemberian imunisasi pada anak-anaknya.
Prima menjelaskan, imunisasi yang diberikan tentunya untuk menghindari penyakit-penyakit berbahaya. Oleh karena itu, dia berharap orang tua dapat bijak dalam mengambil keputusan.
Baca juga: Kurangi risiko penyakit Kawasaki dengan lakukan imunisasi lengkap
"Masih ada orang tua yang lebih percaya kepada orang-orang yang bukan bidangnya, misalnya teman arisan, tetangga, dan lain-lain. Padahal ini penting sekali, jadi kita harus terus perkuat pengetahuan," kata Prima.