Sampit (ANTARA) - Sektor rotan di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah dikhawatirkan akan terus menurun karena semakin banyak petani yang beralih menanam kelapa sawit karena dinilai lebih menguntungkan dan cepat mendapat hasil.
"Banyak yang menebang rotan mereka dan menggantinya dengan menanam kelapa sawit. Ini tidak mungkin juga dilarang," kata salah pengusaha rotan, H Dahlan Ismail di Sampit, Sabtu.
Dahlan sendiri memilih tetap bertahan menggeluti usaha rotan. Dia memiliki kebun rotan sendiri serta menampung rotan hasil panen dari petani di sejumlah kecamatan untuk dijual ke industri di Cirebon.
Diakuinya, sektor rotan mengalami penurunan sejak diberlakukannya larangan ekspor rotan mentah pada akhir 2011 silam. Saat itu banyak pengusaha rotan yang gulung tikar, termasuk di Kotawaringin Timur.
Hal itu karena rotan menumpuk hingga membusuk tidak ada pembeli. Dampaknya, pengusaha tidak mampu membiayai pekerja sehingga mereka memilih tutup.
"Di tempat saya ini sekarang pekerjanya hanya sekitar 60 orang. Dulu lebih dari 200 orang. Larangan ekspor itu memang langsung berdampak," ujar Dahlan.
Pria yang sejak dulu getol dan vokal memperjuangkan aspirasi petani rotan ini mengaku prihatin dengan kondisi sektor rotan saat ini. Padahal menurutnya, hasil rotan masih cukup menjanjikan jika pemerintah membuat regulasi-regulasi yang lebih menguntungkan petani dan pelaku usaha rotan, misalnya membuka kembali keran ekspor rotan dengan sistem buka tutup atau menggunakan kuota.
Dahlan menegaskan, rotan Kotawaringin Timur merupakan hasil budi daya, sehingga keberlangsungannya terjaga. Untuk itu seharusnya ekspor rotan mentah hasil budi daya tetap diizinkan karena tidak berdampak buruk terhadap lingkungan.
Rotan di Kotawaringin Timur sengaja ditanam dan hasilnya dipanen kemudian. Justru, mempertahankan kebun rotan berarti otomatis mempertahankan hutan karena rotan memerlukan tegakan pohon tempat rotan tumbuh merambat.
Tanam tumbuh rotan diatur karena memang dibudidayakan sehingga tidak ada kekhawatiran akan habis selama kebunnya masih ada.
Baca juga: Pengusaha masih berharap ekspor rotan mentah kembali dibuka
Sejak dulu, kata Dahlan, sektor rotan berjalan secara mandiri tanpa bantuan pemerintah. Sektor ini juga menyerap tenaga kerja sangat banyak sehingga membawa dampak besar terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di desa.
Kini kebun rotan di Kotawaringin Timur mulai tergerus oleh perkebunan kelapa sawit. Kebanyakan kebun rotan yang tersisa hanya di beberapa kecamatan, seperti di Kecamatan Seranau, Kota Besi, Cempaga dan Cempaga Hulu.
Untuk wilayah Utara semakin sedikit kebun rotan karena banyak yang beralih fungsi menjadi kebun kelapa sawit. Dahlan memperkirakan, jika dibanding dulu, kebun rotan di Kotawaringin Timur yang tersisa saat ini hanya sekitar 30 persen.
Secara ekonomi memang hasil kebun sawit lebih besar karena sawit bisa dipanen dua kali dalam sebulan, sementara panen rotan hanya bisa dilakukan dua tahun sekali. Makanya banyak petani yang beralih menanam kelapa sawit.
Namun menurut Dahlan, kebun sawit akan memberikan hasil lumayan jika luasannya lebih dari lima hektare. Jika kurang, maka hasilnya diibaratkan hanya cukup untuk bertahan.
Sisi lain kebun sawit, saat harga rendah maka jika dipanen akan rugi, tetapi kalau tidak dipanen buahnya akan rusak. Begitu juga karet, kalau tidak dipanen maka tidak akan menghasilkan apa-apa.
Berbeda dengan rotan, ketika tidak dipanen maka justru akan bertambah banyak karena rotan bertambah panjang. Maka tentu hasilnya juga akan semakin besar.
Misalnya satu hektare hasilnya sekitar 10 ton, jika panennya ditunda maka nantinya hasil panen meningkat menjadi 11 sampai 12 ton. Rotan juga tidak perlu perawatan ekstra karena pupuknya hanya garam
"Tapi memang rotan yang ditanam itu paling cepat sembilan tahun baru bisa dipanen, sedangkan sawit hanya sekitar lima tahun. Makanya panen rotan itu diatur lokasinya bergantian sehingga bisa kontinyu," tambah Dahlan.
Saat ini harga rotan cukup bagus yaitu Rp4.700 per kilogram. Dahlan berharap ada regulasi pemerintah yang bisa membuat sektor rotan kembali berjaya sehingga bisa menjadi andalan sumber penghasilan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan.
Baca juga: Musim durian, harga rotan di Kotim naik signifikan
Baca juga: Luas panen jagung di Kotim kembali meningkat
Baca juga: Tongkang tabrak bangunan milik warga di Kotim