Pangkalan Bun (ANTARA) - Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah melakukan berbagai upaya untuk menekan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di wilayah setempat.
Salah satu langkah yang dilakukan pihaknya yaitu melalui kegiatan sosialisasi Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA), kata Kepala Dinas P3AP2KB Kobar Agus Basrawiyanta di Pangkalan Bun, Senin.
"Langkah tersebut merupakan bagian dari strategi preventif untuk mengedukasi masyarakat desa, memperkuat peran perempuan, serta melindungi anak-anak dari kekerasan dan diskriminasi," katanya.
Menurutnya, kegiatan itu dilatarbelakangi oleh masih tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Dia mengungkapkan, bahwa sepanjang 2023, tercatat 25 kasus kekerasan, terdiri dari 6 kasus terhadap perempuan dan 19 terhadap anak.
"Meski lebih rendah dibandingkan tahun 2022 yang mencapai 45 kasus, kekerasan masih terjadi, sampai bulan Mei 2024, tercatat 16 kasus kekerasan anak dan satu kasus kekerasan perempuan," ungkapnya.
Baca juga: Pemkab jadikan Kalteng Expo ajang perkenalkan potensi dan kekayaan Kobar
Agus menjelaskan, DRPPA merupakan konsep desa yang mengintegrasikan perspektif gender dan hak anak ke dalam tata kelola pemerintahan, pembangunan, serta pembinaan dan pemberdayaan masyarakat secara terencana, menyeluruh, dan berkelanjutan.
"Kita menargetkan sosialisasi DRPPA akan terus dilaksanakan di berbagai desa, guna memperluas pemahaman dan komitmen seluruh pemangku kepentingan di tingkat desa terhadap isu kesetaraan gender dan perlindungan anak," jelasnya.
Dia menyebutkan, ada beberapa indikator utama yang harus difokuskan, untuk mengoptimalkan terwujudnya DRPPA itu, diantaranya Terbentuknya organisasi perempuan dan anak di desa, Ketersediaan data pilah berbasis gender dan usia, Adanya peraturan desa yang mendukung DRPPA.
Selain itu, tersedianya pembiayaan dari dana desa serta pemanfaatan aset desa untuk pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.
“Indikator-indikator ini akan menjadi tolok ukur komitmen desa dalam menciptakan lingkungan yang inklusif dan aman bagi perempuan dan anak,” demikian Agus Basrawiyanta.
Baca juga: Sebanyak enam pelajar asal Kobar lolos seleksi calon paskibraka provinsi
Baca juga: Bupati bangga terhadap partisipasi Kobar dalam FBIM 2025
Baca juga: Sebanyak 132 kontingen Kobar ikuti ajang FBIM 2025 Kalteng