Sampit (ANTARA) - SMPN 1 Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah memberikan klarifikasi terkait video yang direkam salah seorang murid mengenai Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diduga ada ulat di dalamnya.
“Setelah kami melakukan penjajakan (penelusuran) atas munculnya video viral yang dipublikasikan oleh murid kami, ternyata itu memang salah persepsi dan terpengaruh banyaknya pemberitaan terkait MBG. Jadi ini kesalahpahaman saja,” kata Kepala SMPN 1 Sampit Suyoso di Sampit, Senin.
Sebelumnya, pada Jumat (14/11) sempat beredar video berdurasi 12 detik yang diduga direkam oleh salah satu murid di SMPN 1 Sampit. Video itu menunjukkan MBG yang disajikan dan diduga terdapat ulat di dalamnya.
Suyoso menjelaskan, video itu diambil di luar pengetahuan pihak sekolah yang juga baru tau setelah video tersebut beredar di media sosial. Segera setelah mengetahui hal itu, pihak sekolah pun segera membentuk tim guna menelusuri masalah tersebut.
Berdasarkan penelusuran tersebut dan keterangan dari murid yang bersangkutan, pihaknya menyimpulkan bahwa masalah ini hanya kesalahpahaman. Pasalnya, murid tersebut terpengaruh banyaknya pemberitaan terkait MBG.
Ketika melihat benda yang dianggap tidak biasa pada menu MBG tersebut, murid yang bersangkutan mengira itu sebagai ulat, padahal pada menu telur yang disajikan itu dicampur dengan bahan pelengkap seperti saus dan mayones sehingga tampilannya sedikit tidak biasa.
“Setelah dikonfirmasi ke murid yang bersangkutan tidak demikian adanya dan menu itu juga sama dengan yang dimakan oleh murid lainnya dan habis semua. Hal ini juga diperkuat dengan pengecekan CCTV yang kami lakukan dan tidak ditemukan benda seperti yang diceritakan,” ujarnya.
Ia menambahkan, di SMPN 1 Sampit menerapkan suatu sistem yang mendorong setiap peserta didik bertanggung jawab dengan tindakan masing-masing. Biasanya hal itu diinterpretasikan dalam bentuk ikrar bersama, termasuk dalam pelaksanaan MBG.
Masalah ini pun menjadi bahan evaluasi pihak sekolah untuk memberikan pemahaman mendalam pada seluruh siswa mengenai kesepakatan bersama bagi yang menikmati MBG.
Baca juga: Target pendapatan Gunung Mas turun Rp250 miliar
Jika ada keluhan atau kendala diminta segera melapor ke guru, selanjutnya guru yang akan berkoordinasi dengan pihak Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG)
Para murid juga dibimbing untuk terbiasa menyampaikan sesuatu sesuai fakta dan sebagai wujud perlindungan murid, setiap apa yang dilakukan murid di sekolah harus didiskusikan dengan pembimbing atau guru.
“Semoga dengan kejadian ini anak-anak lebih kuat pemahamannya dan tidak lagi terjadi kesalahpahaman,” demikian Suyoso.
Kepala SPPG Yos Sudarso, Dinda Tulus menyampaikan walaupun pada akhirnya masalah menu MBG ini telah diklarifikasi oleh pihak sekolah sebagai kesalahpahaman, namun hal ini tetap menjadi bahan evaluasi pihaknya dan memperketat Standar Operasional Prosedur (SOP).
“Intinya, kita saling mengevaluasi supaya tidak terulang kejadian seperti itu dan untuk SOP kami juga akan lebih ketat lagi,” ucapnya.
Ia juga menceritakan, bahwa pihak SPPG tidak menerima laporan dari pihak sekolah terkait menu yang terkendala atau tidak sesuai, pihaknya baru tau setelah video tersebut viral dan saat itu ompreng atau tempat makanan sudah kembali ke pihaknya.
Dari 2.000 ompreng yang disebar ke sekolah-sekolah hanya satu yang diduga bermasalah. Pihaknya juga mengalami kesulitan untuk menelusuri kebenaran video viral tersebut, lantaran ketika kembali ke SPPG setiap ompreng sudah dicuci sehingga tidak bisa dicek.
Hal ini pun menjadi pelajaran bersama, khususnya untuk pihak sekolah. Pihak SPPG berharap ketika ditemukan kejanggalan atau kendala di dalam MBG, maka sekolah hendaknya segera melapor ke SPPG agar dapat ditindaklanjuti atau menggantinya dengan menu yang baru.
SPPG juga sudah memiliki perjanjian kerjasama dengan Labkesda dan Dinas Kesehatan Kotim, sehingga apabila terjadi sesuatu dan butuh uji laboratorium maka bisa dilakukan.
“Kalau laporan yang masuk ke kami itu cepat, maka kami pun bisa cepat menelusuri jika ditemukan kejanggalan atau kendala pada makanan itu. Kami juga tidak menyarankan untuk memviralkan, karena program ini menjadi atensi masyarakat jadi jangan sampai informasi itu tanpa ada verifikasi yang jelas,” demikian Dinda.
Baca juga: DLH Kotim perbaiki sistem untuk optimalkan pengelolaan sampah
Baca juga: Polres Kotim tingkatkan kepatuhan masyarakat melalui Operasi Zebra Telabang
Baca juga: Bupati Kotim instruksikan evaluasi regulasi bantuan sosial
