Sampit (ANTARA) - Kekhawatiran munculnya buaya saat tradisi Mandi Safar di Sungai Mentaya Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah pada 23 Oktober nanti menjadi pemerintah daerah untuk diantisipasi.
"Kami ingin meyakinkan bahwa ini tetap dilaksanakan. Tahun lalu juga masalah ini mengemuka, tapi alhamdulillah Mandi Safar berjalan lancar. Tapi untuk antisipasi, juga dilakukan upaya lain seperti melibatkan pawang buaya," kata Sekretaris Daerah Kotawaringin Timur Halikinnor di Sampit, Selasa.
Tradisi Mandi Safar biasanya dilaksanakan pada Rabu terakhir di bulan Safar. Tahun ini rencananya tradisi yang dikemas menjadi event pariwisata itu akan dilaksanakan pada 23 Oktober.
Tradisi dengan acara puncak yaitu beramai-ramai mandi bercebur ke Sungai Mentaya itu biasanya dipusatkan di Dermaga Habaring Hurung. Biasanya ratusan warga dan pejabat ikut beramai-ramai mandi bercebur ke Sungai Mentaya.
Mandi bercebur ke sungai sebagai simbol membersihkan diri dari semua hal negatif. Selain itu, mandi di sungai melambangkan harapan agar kembali bersih dan lebih baik lagi.
Kekhawatiran terjadinya serangan buaya karena dalam sebulan terakhir sudah dua kali warga melihat kemunculan buaya di perairan sekitar pusat kota, tempat tradisi Mandi Safar akan dilaksanakan. Dua kali kemunculan satwa ganas itu bahkan sempat direkam menggunakan kamera telepon seluler dan videonya beredar di media sosial.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Tengah sudah juga turun melakukan pemantauan di dua lokasi tempat kemunculan buaya. Mereka mengonfirmasi bahwa satwa yang muncul dan sempat direkam warga itu memang merupakan buaya jenis buaya muara yang dikenal ganas.
"Ini tentu menjadi perhatian. Panitia sudah berkoordinasi dengan kepolisian, Basarnas dan lainnya untuk pengamanan. Yang penting, saat acara nanti jangan ada yang mandi sendiri-sendiri atau terpisah. Harus bersama di lokasi yang dijaga petugas," kata Halikinnor.
Baca juga: Buaya makin sering muncul menjelang tradisi Mandi Safar
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kotawaringin Timur Fajrurrahman membenarkan adanya koordinasi dengan BKSDA, Polisi Perairan dan Basarnas dalam rangka pengamanan tradisi Mandi Safar nanti.
Pihaknya juga melibatkan tokoh masyarakat, diantaranya pawang untuk membantu mengamankan tradisi yang sudah dilakukan sejak lama.
"Aparat keamanan akan membantu menjaga agar tradisi Mandi Safar ini berjalan dengan aman dan lancar. Kami mengimbau masyarakat nanti mematuhi arahan panitia dan aparat keamanan," kata Fajrurrahman.
Beberapa tahun terakhir, tradisi Mandi Safar dikemas menjadi event pariwisata. Setiap tahun, peserta dan pengunjungnya terus bertambah, bahkan ada wisatawan yang datang dari luar daerah untuk menyaksikan tradisi tersebut.
Tahun ini Mandi Safar akan diramaikan beragam lomba, sunatan massal dan lainnya. Mandi Safar menjadi salah satu event yang menambah kalender event pariwisata di daerah yang sudah mencanangkan diri sebagai tujuan wisata di Kalimantan Tengah ini.
"Kami ingin meyakinkan bahwa ini tetap dilaksanakan. Tahun lalu juga masalah ini mengemuka, tapi alhamdulillah Mandi Safar berjalan lancar. Tapi untuk antisipasi, juga dilakukan upaya lain seperti melibatkan pawang buaya," kata Sekretaris Daerah Kotawaringin Timur Halikinnor di Sampit, Selasa.
Tradisi Mandi Safar biasanya dilaksanakan pada Rabu terakhir di bulan Safar. Tahun ini rencananya tradisi yang dikemas menjadi event pariwisata itu akan dilaksanakan pada 23 Oktober.
Tradisi dengan acara puncak yaitu beramai-ramai mandi bercebur ke Sungai Mentaya itu biasanya dipusatkan di Dermaga Habaring Hurung. Biasanya ratusan warga dan pejabat ikut beramai-ramai mandi bercebur ke Sungai Mentaya.
Mandi bercebur ke sungai sebagai simbol membersihkan diri dari semua hal negatif. Selain itu, mandi di sungai melambangkan harapan agar kembali bersih dan lebih baik lagi.
Kekhawatiran terjadinya serangan buaya karena dalam sebulan terakhir sudah dua kali warga melihat kemunculan buaya di perairan sekitar pusat kota, tempat tradisi Mandi Safar akan dilaksanakan. Dua kali kemunculan satwa ganas itu bahkan sempat direkam menggunakan kamera telepon seluler dan videonya beredar di media sosial.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Tengah sudah juga turun melakukan pemantauan di dua lokasi tempat kemunculan buaya. Mereka mengonfirmasi bahwa satwa yang muncul dan sempat direkam warga itu memang merupakan buaya jenis buaya muara yang dikenal ganas.
"Ini tentu menjadi perhatian. Panitia sudah berkoordinasi dengan kepolisian, Basarnas dan lainnya untuk pengamanan. Yang penting, saat acara nanti jangan ada yang mandi sendiri-sendiri atau terpisah. Harus bersama di lokasi yang dijaga petugas," kata Halikinnor.
Baca juga: Buaya makin sering muncul menjelang tradisi Mandi Safar
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kotawaringin Timur Fajrurrahman membenarkan adanya koordinasi dengan BKSDA, Polisi Perairan dan Basarnas dalam rangka pengamanan tradisi Mandi Safar nanti.
Pihaknya juga melibatkan tokoh masyarakat, diantaranya pawang untuk membantu mengamankan tradisi yang sudah dilakukan sejak lama.
"Aparat keamanan akan membantu menjaga agar tradisi Mandi Safar ini berjalan dengan aman dan lancar. Kami mengimbau masyarakat nanti mematuhi arahan panitia dan aparat keamanan," kata Fajrurrahman.
Beberapa tahun terakhir, tradisi Mandi Safar dikemas menjadi event pariwisata. Setiap tahun, peserta dan pengunjungnya terus bertambah, bahkan ada wisatawan yang datang dari luar daerah untuk menyaksikan tradisi tersebut.
Tahun ini Mandi Safar akan diramaikan beragam lomba, sunatan massal dan lainnya. Mandi Safar menjadi salah satu event yang menambah kalender event pariwisata di daerah yang sudah mencanangkan diri sebagai tujuan wisata di Kalimantan Tengah ini.