Sampit (ANTARA) - Potensi perkebunan kelapa di Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah dinilai masih besar untuk dikembangkan karena permintaan kelapa masih cukup tinggi.
"Kalau bicara harga, memang kadang berfluktuasi, tapi hal seperti itu juga sering terjadi pada komoditas lain. Potensi kelapa masih besar," kata Kepala Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Kotawaringin Timur Ichlas Semesta di Sampit, Senin.
Berdasarkan data, luas areal kebun kelapa di Kotawaringin Timur pada 2018 sekitar 15.392,13 hektare. Luas itu menghasilkan produksi 4.559,77 ton kelapa dengan produktivitas 375,50 kg/ha.
Jumlah itu mengalami sedikit peningkatan dibanding pada 2017. Saat itu angka tetap luas areal hanya 15.094,13 hektare dengan total produksi 4.556,76 ton.
Luasan kebun kelapa terbesar terdapat di Kecamatan Pulau Hanaut yakni 7.371, 74 hektare, Teluk Sampit 4.528 hektare dan Mentaya Hilir Selatan 1.706 hektare. Sisanya tersebar di 14 kecamatan lainnya.
Jumlah pekebun juga mengalami sedikit peningkatan, yakni sebanyak 13.671 kepala keluarga pada 2017 dan menjadi 13.861 kepala keluarga pada 2018. Peningkatan itu diprediksi juga terjadi pada 2019 ini.
"Bertambah tidak terlalu banyak karena ini mandiri oleh masyarakat. Rencananya tahun depan ada perluasan dan peremajaan kebun kelapa melalui program pemerintah pusat. Beberapa tahun ini hanya peremajaan. Kalau peremajaan itu kan hanya mengganti dengan cara menanam yang baru di sela-sela kelapa yang sudah kurang produktif," kata Ichlas.
Selama ini kelapa yang dihasilkan dijual secara utuh, ada pula dalam bentuk kopra atau daging kelapa yang dikeringkan. Petani biasanya melihat kondisi harga pasar untuk memutuskan apakah menjual kelapa secara utuh atau mengolahnya terlebih dulu menjadi kopra.
Harga kelapa saat posisi terendah hanya Rp500 per butir, sedangkan saat cukup bagus harganya bisa mencapai 2.500 per butir. Saat harga tinggi, hanya kelapa dengan ukuran kecil atau kualitas kurang bagus yang diolah menjadi kopra, sedangkan yang bagus dijual dalam secara utuh.
Pemasaran kelapa Kotawaringin Timur umumnya ke luar daerah seperti Kota Palangka Raya, Banjarmasin hingga Semarang dan Surabaya. Untuk ke Pulau Jawa, kelapa biasanya diangkut menggunakan truk fuso dengan kapasitas hingga 20.000 butir kelapa.
Baca juga: Pemkab Kotim tidak tegas soal kewajiban penggunaan pakaian khas daerah
Baca juga: DPRD Kotim dukung bongkar muat barang dipindah ke Pelabuhan Bagendang
Sementara itu harga kopra biasanya empat kali lipat dibanding harga kelapa yang dijual utuh. Jika harga per butir kelapa sekitar Rp1.000, maka harga kopra berkisar Rp4.000 /kg karena untuk menghasilkan satu kilogram kopra memerlukan beberapa butir kelapa.
Kopra biasanya dipasarkan ke beberapa daerah, diantaranya ke Surabaya Jawa Tengah. Fluktuasi harga menjadi pertimbangan petani untuk menjual kelapa secara utuh atau mengolahnya dalam bentuk kopra.
"Intinya, meski berfluktuasi namun potensinya masih cukup besar. Kalau kelapa yang cukup bagus selama ini terkenal dari Desa Serambut Kecamatan Pulau Hanaut dan sekitarnya karena daging kelapanya tebal," kata Ichlas.
Pemerintah daerah mengimbau masyarakat tidak mengganti kebun kelapa mereka dengan komoditas lain. Justru, pemerintah daerah mendorong dan berupaya membantu perluasan tanam agar hasilnya terus meningkat karena potensi ekonomi kelapa masih bagus.
Baca juga: Kotim ingin jadi lumbung pembalap berprestasi
"Kalau bicara harga, memang kadang berfluktuasi, tapi hal seperti itu juga sering terjadi pada komoditas lain. Potensi kelapa masih besar," kata Kepala Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Kotawaringin Timur Ichlas Semesta di Sampit, Senin.
Berdasarkan data, luas areal kebun kelapa di Kotawaringin Timur pada 2018 sekitar 15.392,13 hektare. Luas itu menghasilkan produksi 4.559,77 ton kelapa dengan produktivitas 375,50 kg/ha.
Jumlah itu mengalami sedikit peningkatan dibanding pada 2017. Saat itu angka tetap luas areal hanya 15.094,13 hektare dengan total produksi 4.556,76 ton.
Luasan kebun kelapa terbesar terdapat di Kecamatan Pulau Hanaut yakni 7.371, 74 hektare, Teluk Sampit 4.528 hektare dan Mentaya Hilir Selatan 1.706 hektare. Sisanya tersebar di 14 kecamatan lainnya.
Jumlah pekebun juga mengalami sedikit peningkatan, yakni sebanyak 13.671 kepala keluarga pada 2017 dan menjadi 13.861 kepala keluarga pada 2018. Peningkatan itu diprediksi juga terjadi pada 2019 ini.
"Bertambah tidak terlalu banyak karena ini mandiri oleh masyarakat. Rencananya tahun depan ada perluasan dan peremajaan kebun kelapa melalui program pemerintah pusat. Beberapa tahun ini hanya peremajaan. Kalau peremajaan itu kan hanya mengganti dengan cara menanam yang baru di sela-sela kelapa yang sudah kurang produktif," kata Ichlas.
Selama ini kelapa yang dihasilkan dijual secara utuh, ada pula dalam bentuk kopra atau daging kelapa yang dikeringkan. Petani biasanya melihat kondisi harga pasar untuk memutuskan apakah menjual kelapa secara utuh atau mengolahnya terlebih dulu menjadi kopra.
Harga kelapa saat posisi terendah hanya Rp500 per butir, sedangkan saat cukup bagus harganya bisa mencapai 2.500 per butir. Saat harga tinggi, hanya kelapa dengan ukuran kecil atau kualitas kurang bagus yang diolah menjadi kopra, sedangkan yang bagus dijual dalam secara utuh.
Pemasaran kelapa Kotawaringin Timur umumnya ke luar daerah seperti Kota Palangka Raya, Banjarmasin hingga Semarang dan Surabaya. Untuk ke Pulau Jawa, kelapa biasanya diangkut menggunakan truk fuso dengan kapasitas hingga 20.000 butir kelapa.
Baca juga: Pemkab Kotim tidak tegas soal kewajiban penggunaan pakaian khas daerah
Baca juga: DPRD Kotim dukung bongkar muat barang dipindah ke Pelabuhan Bagendang
Sementara itu harga kopra biasanya empat kali lipat dibanding harga kelapa yang dijual utuh. Jika harga per butir kelapa sekitar Rp1.000, maka harga kopra berkisar Rp4.000 /kg karena untuk menghasilkan satu kilogram kopra memerlukan beberapa butir kelapa.
Kopra biasanya dipasarkan ke beberapa daerah, diantaranya ke Surabaya Jawa Tengah. Fluktuasi harga menjadi pertimbangan petani untuk menjual kelapa secara utuh atau mengolahnya dalam bentuk kopra.
"Intinya, meski berfluktuasi namun potensinya masih cukup besar. Kalau kelapa yang cukup bagus selama ini terkenal dari Desa Serambut Kecamatan Pulau Hanaut dan sekitarnya karena daging kelapanya tebal," kata Ichlas.
Pemerintah daerah mengimbau masyarakat tidak mengganti kebun kelapa mereka dengan komoditas lain. Justru, pemerintah daerah mendorong dan berupaya membantu perluasan tanam agar hasilnya terus meningkat karena potensi ekonomi kelapa masih bagus.
Baca juga: Kotim ingin jadi lumbung pembalap berprestasi