Sampit (ANTARA) - Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah Hj Darmawati mengaku prihatin dengan kembali anjloknya harga karet di daerah itu karena berdampak terhadap masyarakat yang selama ini menggantungkan hidup pada komoditas itu.
"Masyarakat berharap bantuan pemerintah untuk mengatasi situasi sulit seperti ini. Selain harga anjlok, petani karet juga kesulitan karena tidak ada pembeli," kata Darmawati di Sampit, Selasa.
Menurut Darmawati, sejak dulu petani Kotawaringin Timur berupaya hidup mandiri dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada, termasuk karet. Kemandirian petani sangat membantu pemerintah dalam hal pengentasan pengangguran dan kemiskinan.
Petani karet juga berupaya bisa beraktivitas dengan mengandalkan kemampuan sendiri karena tidak ingin menyulitkan pemerintah. Meski dengan kemampuan terbatas, petani karet tetap beraktivitas agar bisa mendapatkan penghasilan untuk membiayai keperluan hidup keluarga.
Kini harga karet sedang anjlok sehingga petani mulai kesulitan. Saat ini petani karet sangat membutuhkan bantuan agar harga kembali stabil.
Darmawati mendorong pemerintah kabupaten mencari dan menjalankan solusi terkait masalah seperti ini karena rutin terjadi. Jika disikapi secara serius oleh Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, keluhan masyarakat bisa dibantu diringankan.
"Pemerintah daerah melalui Dinas Pertanian dan instansi terkait lainnya diharapkan bisa memberi solusi agar harga karet tidak terpuruk seperti sekarang. Apalagi di tengah pandemi COVID-19 ini masyarakat sangat membutuhkan bantuan," kata Darmawati.
Baca juga: Wacana pembentukan pansus COVID-19 kembali bergulir di DPRD Kotim
Joni, warga Desa Sei Ubar Mandiri Kecamatan Cempaga Hulu mengatakan, saat ini harga karet anjlok, padahal di saat seperti inilah masyarakat sangat membutuhkan pendapatan yang lebih banyak.
"Harga karet saat ini hanya sekitar Rp5.000/kg padahal sebelumnya normalnya Rp10.000/kg. Kondisinya saat ini memang sangat membutuhkan bantuan," kata Joni.
Anjloknya harga karet membuat sebagian warga memilih tidak memanen. Jika memanen pun, karet disimpan sebagai tabungan yang baru dijual ketika harga karet kembali stabil. Ada pula yang menjual karet namun hanya secukupnya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Joni kini sambil menanam berjualan sayur agar bisa tetap memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Dia berharap harga karet kembali stabil sehingga petani bisa mendapatkan penghasilan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Baca juga: Masyarakat Kotim antusias sambut pendataan lanjutan terdampak COVID-19
Baca juga: Lagi, rapid test massal di pasar Kotim temukan hasil reaktif COVID-19
"Masyarakat berharap bantuan pemerintah untuk mengatasi situasi sulit seperti ini. Selain harga anjlok, petani karet juga kesulitan karena tidak ada pembeli," kata Darmawati di Sampit, Selasa.
Menurut Darmawati, sejak dulu petani Kotawaringin Timur berupaya hidup mandiri dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada, termasuk karet. Kemandirian petani sangat membantu pemerintah dalam hal pengentasan pengangguran dan kemiskinan.
Petani karet juga berupaya bisa beraktivitas dengan mengandalkan kemampuan sendiri karena tidak ingin menyulitkan pemerintah. Meski dengan kemampuan terbatas, petani karet tetap beraktivitas agar bisa mendapatkan penghasilan untuk membiayai keperluan hidup keluarga.
Kini harga karet sedang anjlok sehingga petani mulai kesulitan. Saat ini petani karet sangat membutuhkan bantuan agar harga kembali stabil.
Darmawati mendorong pemerintah kabupaten mencari dan menjalankan solusi terkait masalah seperti ini karena rutin terjadi. Jika disikapi secara serius oleh Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, keluhan masyarakat bisa dibantu diringankan.
"Pemerintah daerah melalui Dinas Pertanian dan instansi terkait lainnya diharapkan bisa memberi solusi agar harga karet tidak terpuruk seperti sekarang. Apalagi di tengah pandemi COVID-19 ini masyarakat sangat membutuhkan bantuan," kata Darmawati.
Baca juga: Wacana pembentukan pansus COVID-19 kembali bergulir di DPRD Kotim
Joni, warga Desa Sei Ubar Mandiri Kecamatan Cempaga Hulu mengatakan, saat ini harga karet anjlok, padahal di saat seperti inilah masyarakat sangat membutuhkan pendapatan yang lebih banyak.
"Harga karet saat ini hanya sekitar Rp5.000/kg padahal sebelumnya normalnya Rp10.000/kg. Kondisinya saat ini memang sangat membutuhkan bantuan," kata Joni.
Anjloknya harga karet membuat sebagian warga memilih tidak memanen. Jika memanen pun, karet disimpan sebagai tabungan yang baru dijual ketika harga karet kembali stabil. Ada pula yang menjual karet namun hanya secukupnya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Joni kini sambil menanam berjualan sayur agar bisa tetap memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Dia berharap harga karet kembali stabil sehingga petani bisa mendapatkan penghasilan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Baca juga: Masyarakat Kotim antusias sambut pendataan lanjutan terdampak COVID-19
Baca juga: Lagi, rapid test massal di pasar Kotim temukan hasil reaktif COVID-19