Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dr. Vito Anggarino Damay, Sp. JP., M. Kes., FIHA., FICA., FAsCC mengatakan olahraga memang baik untuk kesehatan jantung, namun penyakit jantung sendiri disebabkan oleh banyak faktor.
dr. Vito mengatakan penyakit jantung khususnya koroner memiliki beberapa faktor penyebab antara lain gaya hidup tidak sehat seperti makan makanan tinggi karbohidrat atau lemak, obesitas, jarang beraktivitas fisik dan kebiasaan merokok.
Penyakit jantung koroner ini pun tidak datang secara tiba-tiba. Biasanya sudah menunjukkan tanda-tanda tetapi selalu diabaikan oleh penderitanya.
"Sering kali di Indonesia ini kurang aware akan pemeriksaan penyakit jantung, kayak mobil lah kalau udah mogok baru dibawa ke bengkel. Kadang-kadang udah ada kerusakan dari awal, bensinnya tinggal dikit, kampas remnya udah mau abis," ujar dr. Vito dalam webinar "Menyambut Hari Jantung Sedunia 2021" pada Senin.
Baca juga: Gigi berlubang pengaruhi kesehatan jantung?
"Pas tiba-tiba mogok baru bilang lah kok bisa. Kayak kok tiba-tiba punya penyakit jantung, padahal sebelumnya enggak ada apa-apa, bukan enggak ada apa-apa ya tapi tidak disadari karena kurangnya awareness," lanjutnya.
Pemeriksaan jantung harus rutin dilakukan oleh masyarakat, baik pada orang yang memiliki keluhan ataupun yang merasa sehat.
Saat seseorang merasa sehat - meski sebenarnya memiliki penyakit jantung, gangguan jantung ini bisa terjadi saat berolahraga dan tidak sedikit yang menyebabkan kematian.
"Saat mereka semangat olahraga, pede enggak sakit jantung, terus di tengah berolahraga mengalami serangan jantung atau gangguan jantung. Ini sering terjadi kan pada beberapa atlet," kata dr. Vito.
"Jadi sekali lagi olahraga tetap bermanfaat buat jantung tapi tetap kitanya sendiri yang harus aware apakah ada gangguan, dan yang terpenting terus cek apakah jantung kita dalam performa yang baik untuk bisa berolahraga dan aktivitas fisik," imbuh dr. Vito.
Lebih lanjut dr. Vito mengungkapkan jika masyarakat cenderung enggan memeriksakan masalah kesehatan lantaran takut didiagnosis memiliki penyakit tertentu. Akhirnya, mereka memilih untuk tidak tahu tentang penyakitnya dan merasa baik-baik saja.
"Padahal kalau diperiksakan dan tahu ada sakitnya kayak gangguan jantung itu lebih baik, karena dari awal kita bisa mencegah komplikasi lebih lanjut. Kalau enggak tahu, ada penyakit jantung bukan berarti penyakitnya akan hilang," ujarnya.
Baca juga: Ini syarat bagi pasien sakit jantung untuk dapatkan vaksinasi COVID-19
Baca juga: Ini faktor risiko penyakit jantung bawaan anak sejak dini
Baca juga: Ini cara menolong orang kena serangan jantung
dr. Vito mengatakan penyakit jantung khususnya koroner memiliki beberapa faktor penyebab antara lain gaya hidup tidak sehat seperti makan makanan tinggi karbohidrat atau lemak, obesitas, jarang beraktivitas fisik dan kebiasaan merokok.
Penyakit jantung koroner ini pun tidak datang secara tiba-tiba. Biasanya sudah menunjukkan tanda-tanda tetapi selalu diabaikan oleh penderitanya.
"Sering kali di Indonesia ini kurang aware akan pemeriksaan penyakit jantung, kayak mobil lah kalau udah mogok baru dibawa ke bengkel. Kadang-kadang udah ada kerusakan dari awal, bensinnya tinggal dikit, kampas remnya udah mau abis," ujar dr. Vito dalam webinar "Menyambut Hari Jantung Sedunia 2021" pada Senin.
Baca juga: Gigi berlubang pengaruhi kesehatan jantung?
"Pas tiba-tiba mogok baru bilang lah kok bisa. Kayak kok tiba-tiba punya penyakit jantung, padahal sebelumnya enggak ada apa-apa, bukan enggak ada apa-apa ya tapi tidak disadari karena kurangnya awareness," lanjutnya.
Pemeriksaan jantung harus rutin dilakukan oleh masyarakat, baik pada orang yang memiliki keluhan ataupun yang merasa sehat.
Saat seseorang merasa sehat - meski sebenarnya memiliki penyakit jantung, gangguan jantung ini bisa terjadi saat berolahraga dan tidak sedikit yang menyebabkan kematian.
"Saat mereka semangat olahraga, pede enggak sakit jantung, terus di tengah berolahraga mengalami serangan jantung atau gangguan jantung. Ini sering terjadi kan pada beberapa atlet," kata dr. Vito.
"Jadi sekali lagi olahraga tetap bermanfaat buat jantung tapi tetap kitanya sendiri yang harus aware apakah ada gangguan, dan yang terpenting terus cek apakah jantung kita dalam performa yang baik untuk bisa berolahraga dan aktivitas fisik," imbuh dr. Vito.
Lebih lanjut dr. Vito mengungkapkan jika masyarakat cenderung enggan memeriksakan masalah kesehatan lantaran takut didiagnosis memiliki penyakit tertentu. Akhirnya, mereka memilih untuk tidak tahu tentang penyakitnya dan merasa baik-baik saja.
"Padahal kalau diperiksakan dan tahu ada sakitnya kayak gangguan jantung itu lebih baik, karena dari awal kita bisa mencegah komplikasi lebih lanjut. Kalau enggak tahu, ada penyakit jantung bukan berarti penyakitnya akan hilang," ujarnya.
Baca juga: Ini syarat bagi pasien sakit jantung untuk dapatkan vaksinasi COVID-19
Baca juga: Ini faktor risiko penyakit jantung bawaan anak sejak dini
Baca juga: Ini cara menolong orang kena serangan jantung