Sampit (ANTARA) - Seorang warga Sampit bernama Dede Suwandi (20) warga Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, diduga tenggelam di Sungai Mentaya saat sampan bermesin atau ces bermuatan kelapa sawit yang dinaikinya tenggelam di Sungai Mentaya, Kamis (2/6) sore.
"Pagi ini pencarian akan dilanjutkan oleh tim gabungan. Mudah-mudahan membuahkan hasil," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kotawaringin Timur Rihel di Sampit, Jumat.
Peristiwa nahas itu terjadi di perairan wilayah Kelurahan Baamang Hulu Kecamatan Baamang. Sore itu cuaca Sampit sedang kurang baik, bahkan sempat hujan deras disertai angin kencang. Tiupan angin kencang biasanya menciptakan gelombang di sungai.
Diperkirakan korban bermaksud pulang usai memanen kelapa sawit di kebunnya di Kecamatan Seranau yang berada di seberang sungai. Dia kemudian pulang menuju tempat tinggalnya di Kecamatan Baamang.
Saat itulah diduga terjadi gelombang yang dipicu angin kencang. Ces bermuatan kelapa sawit tersebut diduga tidak bisa dikendalikan saat dihantam gelombang sehingga tenggelam bersama korban.
Baca juga: Dinas Pertanian Kotim perketat pengawasan masuknya hewan kurban
Pihak keluarga yang merasa korban belum juga sampai rumah langsung mencari korban. Pencarian dipusatkan di sekitar rute korban menyeberangi sungai yang diduga menjadi lokasi korban tenggelam bersama ces bermuatan kelapa sawit tersebut.
Pencarian dilakukan hingga malam hari oleh tim gabungan Badan SAR Nasional, BPBD, PMI, kepolisian dan instansi lain serta warga setempat yang turut membantu.
"Kami mendapat informasi bahwa terjadi kecelakaan air, korban membawa sawit dari seberang. Sesuai SOP, pencarian selama tujuh hari kalau korban belum ditemukan," kata Koordinator Lapangan Basarnas XVI Palangka Raya Pos Search and Rescue (SAR) Sampit, demkian Ridwan.
Kejadian ini mengundang simpatik masyarakat. Warga dengan sukarela turut membantu menyisir perairan sekitar korban diduga tenggelam bersama ces bermuatan kelapa sawit miliknya. Masyarakat mendoakan agar korban segera ditemukan.
Baca juga: Pembangunan pabrik pengolahan limbah medis di Sampit mulai tahap pengujian tanah
Baca juga: Setelah 35 tahun vakum, Porkab Kotim akan digelar meriah
Baca juga: Legislator Kotim soroti perusahaan masih gunakan kendaraan asal luar Kalteng
"Pagi ini pencarian akan dilanjutkan oleh tim gabungan. Mudah-mudahan membuahkan hasil," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kotawaringin Timur Rihel di Sampit, Jumat.
Peristiwa nahas itu terjadi di perairan wilayah Kelurahan Baamang Hulu Kecamatan Baamang. Sore itu cuaca Sampit sedang kurang baik, bahkan sempat hujan deras disertai angin kencang. Tiupan angin kencang biasanya menciptakan gelombang di sungai.
Diperkirakan korban bermaksud pulang usai memanen kelapa sawit di kebunnya di Kecamatan Seranau yang berada di seberang sungai. Dia kemudian pulang menuju tempat tinggalnya di Kecamatan Baamang.
Saat itulah diduga terjadi gelombang yang dipicu angin kencang. Ces bermuatan kelapa sawit tersebut diduga tidak bisa dikendalikan saat dihantam gelombang sehingga tenggelam bersama korban.
Baca juga: Dinas Pertanian Kotim perketat pengawasan masuknya hewan kurban
Pihak keluarga yang merasa korban belum juga sampai rumah langsung mencari korban. Pencarian dipusatkan di sekitar rute korban menyeberangi sungai yang diduga menjadi lokasi korban tenggelam bersama ces bermuatan kelapa sawit tersebut.
Pencarian dilakukan hingga malam hari oleh tim gabungan Badan SAR Nasional, BPBD, PMI, kepolisian dan instansi lain serta warga setempat yang turut membantu.
"Kami mendapat informasi bahwa terjadi kecelakaan air, korban membawa sawit dari seberang. Sesuai SOP, pencarian selama tujuh hari kalau korban belum ditemukan," kata Koordinator Lapangan Basarnas XVI Palangka Raya Pos Search and Rescue (SAR) Sampit, demkian Ridwan.
Kejadian ini mengundang simpatik masyarakat. Warga dengan sukarela turut membantu menyisir perairan sekitar korban diduga tenggelam bersama ces bermuatan kelapa sawit miliknya. Masyarakat mendoakan agar korban segera ditemukan.
Baca juga: Pembangunan pabrik pengolahan limbah medis di Sampit mulai tahap pengujian tanah
Baca juga: Setelah 35 tahun vakum, Porkab Kotim akan digelar meriah
Baca juga: Legislator Kotim soroti perusahaan masih gunakan kendaraan asal luar Kalteng