Sampit (ANTARA) - Harga gula pasir di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah terus mengalami kenaikan sejak sebulan terakhir, kini harga komoditas tersebut tembus Rp18.000 per kilogram.
"Kenaikan harga gula terjadi secara bertahap, sekitar Rp1000-Rp2000 setiap kali datang. Sekarang harga kami mengambil ke pemasok itu sudah Rp17.000, sehingga kami menjual ke masyarakat Rp18.000,” kata salah seorang pedagang sembako di Pusat Perbelanjaan Mentaya (PPM) Nana di Sampit, Jumat.
Nana menyebutkan dalam kondisi normal gula pasir dijual dengan harga Rp13.000 hingga 14.000 per kilogram, namun kini harganya sudah tembus Rp18.000 per kilogram. Bahkan, menurutnya jika di warung-warung kecil harga gula pasir sudah mencapai Rp20.000 per kilogram. Selisih kenaikan harga ini dinilai cukup tinggi, karena biasanya kenaikan harga gula pasir rata-rata hanya mencapai Rp16.000 per kilogram.
"Malah kabarnya harga gula ini bakal naik lagi pada kedatangan berikutnya, mungkin nanti di pasaran harganya sudah tembus Rp20.000, artinya kalau di warung bisa lebih dari itu," ucapnya.
Warga Sampit itu menyatakan bahwa kenaikan harga ini diterima dari pemasok atau pihak penyalur, bukan semata-mata dari pedagang. Kendati, Nana mengaku tidak tahu pasti penyebab kenaikan harga gula pasir ini. Ia menduga kondisi ini dipengaruhi momentum natal dan tahun baru yang akan segera tiba.
"Sebagai pedagang, saya berharap harga akan kembali normal, sebab kondisi ini berdampak pada menurunnya omzet dagangannya. Harga yang terbilang tinggi membuat daya beli masyarakat pun menurun," kata Nana.
Sementara itu, Staf Ahli Gubernur Kalimantan Tengah Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan Yuas Elko saat melakukan inspeksi dadakan (sidak) bahan pangan di Kota Sampit, menyampaikan bahwa kenaikan harga gula pasir ini dampak dari pembatasan impor..
Seperti yang disampaikan Menteri Perdagangan, bahwa India sebagai salah satu pemasok gula terbesar menutup ekspor demi menjaga inflasi sehubungan dengan akan digelarnya Pemilu 2024, akibatnya harga gula dunia pun meroket. Sedangkan, produksi gula pasir oleh produsen dalam negeri belum mencukupi kebutuhan masyarakat di Indonesia.
Baca juga: BPS Kotim: Beras dan cabai rawit penyumbang tertinggi inflasi di Sampit
"Dari hasil rapat beberapa waktu lalu, untuk gula pasir ini harus impor dari luar negeri. Makanya, harga gula pasir sekarang sudah tembus Rp16.000 hingga Rp18.000 kalau sebelumnya masih dapat Rp13.000," kata Yuas.
Dirinya pun menambahkan, meski mungkin tidak bisa mengembalikan harga gula pasir seperti sebelumnya, namun Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah berusaha menjaga agar kenaikan harga gula pasir tidak terlalu tinggi, yakni melalui gerakan pasar murah, pasar penyeimbang, dan operasi pasar.
"Kami juga berharap harga gula pasir akan segera turun sehingga tidak terlalu membebani masyarakat," demikian Yuas Elko.
Baca juga: Terbesar dalam sejarah Kotim, pelantikan 81 kepala desa dimeriahkan kirab
Baca juga: Camat Irpansyah optimistis mampu mendukung pencapaian visi misi Bupati Kotim
Baca juga: Berikut penjelasan Bawaslu Kotim terkait laporan dugaan DPT fiktif
"Kenaikan harga gula terjadi secara bertahap, sekitar Rp1000-Rp2000 setiap kali datang. Sekarang harga kami mengambil ke pemasok itu sudah Rp17.000, sehingga kami menjual ke masyarakat Rp18.000,” kata salah seorang pedagang sembako di Pusat Perbelanjaan Mentaya (PPM) Nana di Sampit, Jumat.
Nana menyebutkan dalam kondisi normal gula pasir dijual dengan harga Rp13.000 hingga 14.000 per kilogram, namun kini harganya sudah tembus Rp18.000 per kilogram. Bahkan, menurutnya jika di warung-warung kecil harga gula pasir sudah mencapai Rp20.000 per kilogram. Selisih kenaikan harga ini dinilai cukup tinggi, karena biasanya kenaikan harga gula pasir rata-rata hanya mencapai Rp16.000 per kilogram.
"Malah kabarnya harga gula ini bakal naik lagi pada kedatangan berikutnya, mungkin nanti di pasaran harganya sudah tembus Rp20.000, artinya kalau di warung bisa lebih dari itu," ucapnya.
Warga Sampit itu menyatakan bahwa kenaikan harga ini diterima dari pemasok atau pihak penyalur, bukan semata-mata dari pedagang. Kendati, Nana mengaku tidak tahu pasti penyebab kenaikan harga gula pasir ini. Ia menduga kondisi ini dipengaruhi momentum natal dan tahun baru yang akan segera tiba.
"Sebagai pedagang, saya berharap harga akan kembali normal, sebab kondisi ini berdampak pada menurunnya omzet dagangannya. Harga yang terbilang tinggi membuat daya beli masyarakat pun menurun," kata Nana.
Sementara itu, Staf Ahli Gubernur Kalimantan Tengah Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan Yuas Elko saat melakukan inspeksi dadakan (sidak) bahan pangan di Kota Sampit, menyampaikan bahwa kenaikan harga gula pasir ini dampak dari pembatasan impor..
Seperti yang disampaikan Menteri Perdagangan, bahwa India sebagai salah satu pemasok gula terbesar menutup ekspor demi menjaga inflasi sehubungan dengan akan digelarnya Pemilu 2024, akibatnya harga gula dunia pun meroket. Sedangkan, produksi gula pasir oleh produsen dalam negeri belum mencukupi kebutuhan masyarakat di Indonesia.
Baca juga: BPS Kotim: Beras dan cabai rawit penyumbang tertinggi inflasi di Sampit
"Dari hasil rapat beberapa waktu lalu, untuk gula pasir ini harus impor dari luar negeri. Makanya, harga gula pasir sekarang sudah tembus Rp16.000 hingga Rp18.000 kalau sebelumnya masih dapat Rp13.000," kata Yuas.
Dirinya pun menambahkan, meski mungkin tidak bisa mengembalikan harga gula pasir seperti sebelumnya, namun Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah berusaha menjaga agar kenaikan harga gula pasir tidak terlalu tinggi, yakni melalui gerakan pasar murah, pasar penyeimbang, dan operasi pasar.
"Kami juga berharap harga gula pasir akan segera turun sehingga tidak terlalu membebani masyarakat," demikian Yuas Elko.
Baca juga: Terbesar dalam sejarah Kotim, pelantikan 81 kepala desa dimeriahkan kirab
Baca juga: Camat Irpansyah optimistis mampu mendukung pencapaian visi misi Bupati Kotim
Baca juga: Berikut penjelasan Bawaslu Kotim terkait laporan dugaan DPT fiktif