Stimulasi dari orang tua penting guna ata 'speech delay'

Rabu, 7 Februari 2024 14:56 WIB

Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof DR dr Rini Sekartini, SpAK mengatakan stimulasi dari orang tua penting guna mengatasi "speech delay" pada anak-anak, contohnya dengan cara memanggil pasangan dengan "papa" dan "mama".

"Kadang-kadang orang tua itu nggak mau menyebut pasangannya 'mama' atau 'papa'. Menyebutnya dengan istilah lain. Kan anak-anaknya nggak mendapat stimulasi yang benar. Yang dia dengar itu nggak sesuai sama yang harus diucapkan," kata Rini ketika dihubungi di Jakarta, Rabu.

Hal tersebut dia ungkapkan terkait peran orang tua dan wali dalam mengatasi "speech delay" atau keterlambatan dalam kemampuan berbicara anak.

Dia menjelaskan, dengan memanggil pasangan dengan sebutan "papa" dan "mama", anak dapat mencontoh panggilan tersebut sehingga dapat memanggil orang tuanya secara benar. Menurut dia, "mama" dan "papa" mudah diucapkan bagi anak-anak.

"Itu yang paling sederhana sih. Kadang sebutan mama, papa di Indonesia kan beragam ya. Ada yang sulit, ada yang kurang sulit, ada yang cukup sulit ya. Yang paling mudah itu 'mama', 'papa'. Jadi kalau 'i', ibu, abi, itu susah juga sih," ujarnya.

Baca juga: Tips terapi bicara anak dengan autisme

Pemakaian panggilan semacam itu, ujarnya, termasuk dalam stimulasi berupa komunikasi dua arah. Dia juga menyarankan orang tua dan wali untuk tidak memberikan gadget atau gawai hingga anak tersebut berusia dua tahun.

"Stimulasi yang benar itu dua arah," dia menambahkan.

Yang kedua, kata Rini, adalah skrining atau deteksi dini. Menurut dia, orang tua perlu memperhatikan tumbuh kembang anaknya, serta kesesuaian antara kemampuan bicaranya dan umurnya. Dia mengatakan, hal tersebut perlu dilakukan terutama hingga dua tahun sejak kelahiran.

Baca juga: Dokter : Hiperaktif bisa diturunkan dari orang tua

"Ketiga, kalau ada masalah segera konsultasikan. Jangan, 'oh nggak apa-apa nanti juga bisa'. Tidak ada lagi sebenarnya paradigma seperti itu. Paling telat usia dua tahun," katanya.

Dia menjelaskan, untuk menilai perkembangan secara keseluruhan, dilakukan pada interval tertentu, seperti pada saat berumur sembilan bulan, 18 bulan, dan 24 bulan. Orang tua, ujarnya, bisa berkonsultasi tentang hal itu kepada dokter dan tenaga kesehatan.

"Jadi bisa, deteksi dini. Kalau ada masalah, bisa diajarkan untuk memberikan stimulasi yang benar," ujarnya.

Baca juga: Minum soda saat hamil sebabkan anak lahir dengan autisme?

Baca juga: Cara dan waktu yang tepat deteksi autisme pada anak

Baca juga: Keren! Robot Ini Bisa Bantu Anak-anak Autis Latih Ketrampilan Sosial

Pewarta : Mecca Yumna Ning Prisie
Uploader : Admin Kalteng
Copyright © ANTARA 2024

Terkait

Tips terapi bicara anak dengan autisme

20 February 2023 11:23 Wib, 2023

Bandara Soekarno-Hatta beroperasi normal pasca kisruh penerbangan Sriwijaya Air 'delay'

09 November 2019 14:18 Wib, 2019

14 penerbangan delay akibat kabut asap

23 September 2019 17:07 Wib, 2019

Jarak pandang di Bandara Tjilik Riwut fluktuatif akibat kabut asap

19 September 2019 19:57 Wib, 2019

Ini daftar sebanyak 156 penerbangan Lion Air Group yang terdampak kabut asap

16 September 2019 5:24 Wib, 2019
Terpopuler

Melalui PDI Perjuangan, Ketua KONI Kalteng maju jadi bacalon Wali Kota

Kabar Daerah - 08 May 2024 17:49 Wib

PLN UID Kalselteng gelar GM Mengajar di momen Hardiknas

Kabar Daerah - 07 May 2024 16:38 Wib

Kinerja wasit dan Witan mendominasi pemberitaan media massa

Olahraga - 11 May 2024 8:14 Wib

DPRD Kalteng minta hasil reses perseorangan ditindaklanjuti pemprov

Kabar Daerah - 06 May 2024 17:16 Wib

KPU Kotim berjuang agar partisipasi pemilih pilkada tidak rendah

Kabar Daerah - 08 May 2024 17:49 Wib