Sampit (ANTARA) - Bupati Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Halikinnor mewacanakan Desa Tumbang Kalang menjadi Desa Toleransi Umat Beragama sebagai simbol kerukunan hidup umat beragama di daerah ini.
"Kalau kita sepakat dan mohon dukungannya, nanti akan ditetapkan dengan keputusan bupati bahwa desa ini (Tumbang Kalang) menjadi Desa Toleransi Umat Beragama yang Bhinneka Tunggal Ika dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata Bupati Halikinnor.
Wacana yang disampaikan Halikinnor saat peresmian gedung baru Kecamatan Antang Kalang yang berlokasi di Desa Tumbang Kalang, Selasa (16/7). Wacana ini langsung disambut tepuk tangan bentuk dukungan dari masyarakat yang hadir.
Gedung baru kantor Kecamatan Antang Kalang dibangun berlantai dua. Lokasinya bersebelahan dengan kompleks rumah ibadah.
Kompleks rumah ibadah inilah yang memperkuat keinginan Bupati Halikinnor menetapkan Desa Tumbang Kalang menjadi Desa Toleransi Umat Beragama. Di kompleks tersebut terdapat empat rumah ibadah agama berbeda yaitu Balai Basarah Hindu Kaharingan, Gereja Katolik Stasi Kudus, Gereja Eka Shinta dan Masjid Al Hadi.
Empat rumah ibadah berbeda agama yang dibangun berdampingan dalam satu kawasan dan diresmikan pada Minggu (17/4/2016) lalu ini menggambarkan kerukunan dan tingginya toleransi umat beragama di desa tersebut, secara lebih luas di Kabupaten Kotawaringin Timur.
Ini bukan sekadar simbol, tetapi memang wujud kerukunan beragama di daerah ini. Keberadaan komplek rumah ibadah itu membuat toleransi beragama semakin kuat dengan dilandasi saling menghormati dan menghargai.
Baca juga: Bupati Kotim apresiasi PT Unggul Lestari bantu masyarakat Desa Sungai Hanya dapatkan listrik
Halikinnor berencana membangun rumah ibadah agama lainnya di kompleks itu yaitu pura bagi umat Hindu. Bahkan, jika memungkinkan tidak menutup kemungkinan membangun vihara atau klenteng.
Melalui Desa Toleransi Umat Beragama diharapkan kerukunan umat di daerah ini semakin kuat. Ini juga akan menjadi kebanggaan sekaligus potensi Kotawaringin Timur untuk dikenal lebih luas.
"Bagi masyarakat kita, perbedaan suku dan agama itu merupakan hal lumrah karena itu hak masing-masing. Masyarakat kita sejak dari dulu sudah membuktikan dan menunjukkan tingginya toleransi, khususnya dalam kehidupan beragama. Ini yang ingin kita angkat melalui simbol Desa Toleransi Umat Beragama," demikian Halikinnor.
Damang Kepala Adat Kecamatan Antang Kalang, Hermas Bintih sangat sepakat dan mendukung wacana penetapan Desa Tumbang Kalang sebagai Desa Toleransi Umat Beragama. Ini memang sesuai kenyataan dengan kerukunan beragama di wilayah ini.
"Nyatanya seperti itu. Walaupun berbeda suku dan agama, kami di sini hidup rukun dan damai. Keberadaan rumah ibadah yang berdampingan, sama sekali tidak mengganggu. Justru semakin mengukuhkan dan menguatkan kami untuk selalu rukun dan saling menghargai," kata Hermas Bintih.
Damang yang merupakan keturunan Antang Kalang yakni tokoh Dayak setempat ini yakin masyarakat sangat mendukung wacana Desa Toleransi Umat Beragama. Menurut Hermas Bintih, masyarakat Dayak sangat menghargai perbedaan suku, ras dan agama, serta selalu terbuka dalam menerima perbedaan dengan dilandasi toleransi yang tinggi.
Baca juga: PT Maju Aneka Sawit raih Zero Accident Award 2024
Baca juga: Dinkes Kotim komitmen sukseskan Pekan Imunisasi Nasional Polio
Baca juga: Intensitas hujan menurun, BMKG Kotim imbau waspada karhutla
"Kalau kita sepakat dan mohon dukungannya, nanti akan ditetapkan dengan keputusan bupati bahwa desa ini (Tumbang Kalang) menjadi Desa Toleransi Umat Beragama yang Bhinneka Tunggal Ika dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata Bupati Halikinnor.
Wacana yang disampaikan Halikinnor saat peresmian gedung baru Kecamatan Antang Kalang yang berlokasi di Desa Tumbang Kalang, Selasa (16/7). Wacana ini langsung disambut tepuk tangan bentuk dukungan dari masyarakat yang hadir.
Gedung baru kantor Kecamatan Antang Kalang dibangun berlantai dua. Lokasinya bersebelahan dengan kompleks rumah ibadah.
Kompleks rumah ibadah inilah yang memperkuat keinginan Bupati Halikinnor menetapkan Desa Tumbang Kalang menjadi Desa Toleransi Umat Beragama. Di kompleks tersebut terdapat empat rumah ibadah agama berbeda yaitu Balai Basarah Hindu Kaharingan, Gereja Katolik Stasi Kudus, Gereja Eka Shinta dan Masjid Al Hadi.
Empat rumah ibadah berbeda agama yang dibangun berdampingan dalam satu kawasan dan diresmikan pada Minggu (17/4/2016) lalu ini menggambarkan kerukunan dan tingginya toleransi umat beragama di desa tersebut, secara lebih luas di Kabupaten Kotawaringin Timur.
Ini bukan sekadar simbol, tetapi memang wujud kerukunan beragama di daerah ini. Keberadaan komplek rumah ibadah itu membuat toleransi beragama semakin kuat dengan dilandasi saling menghormati dan menghargai.
Baca juga: Bupati Kotim apresiasi PT Unggul Lestari bantu masyarakat Desa Sungai Hanya dapatkan listrik
Halikinnor berencana membangun rumah ibadah agama lainnya di kompleks itu yaitu pura bagi umat Hindu. Bahkan, jika memungkinkan tidak menutup kemungkinan membangun vihara atau klenteng.
Melalui Desa Toleransi Umat Beragama diharapkan kerukunan umat di daerah ini semakin kuat. Ini juga akan menjadi kebanggaan sekaligus potensi Kotawaringin Timur untuk dikenal lebih luas.
"Bagi masyarakat kita, perbedaan suku dan agama itu merupakan hal lumrah karena itu hak masing-masing. Masyarakat kita sejak dari dulu sudah membuktikan dan menunjukkan tingginya toleransi, khususnya dalam kehidupan beragama. Ini yang ingin kita angkat melalui simbol Desa Toleransi Umat Beragama," demikian Halikinnor.
Damang Kepala Adat Kecamatan Antang Kalang, Hermas Bintih sangat sepakat dan mendukung wacana penetapan Desa Tumbang Kalang sebagai Desa Toleransi Umat Beragama. Ini memang sesuai kenyataan dengan kerukunan beragama di wilayah ini.
"Nyatanya seperti itu. Walaupun berbeda suku dan agama, kami di sini hidup rukun dan damai. Keberadaan rumah ibadah yang berdampingan, sama sekali tidak mengganggu. Justru semakin mengukuhkan dan menguatkan kami untuk selalu rukun dan saling menghargai," kata Hermas Bintih.
Damang yang merupakan keturunan Antang Kalang yakni tokoh Dayak setempat ini yakin masyarakat sangat mendukung wacana Desa Toleransi Umat Beragama. Menurut Hermas Bintih, masyarakat Dayak sangat menghargai perbedaan suku, ras dan agama, serta selalu terbuka dalam menerima perbedaan dengan dilandasi toleransi yang tinggi.
Baca juga: PT Maju Aneka Sawit raih Zero Accident Award 2024
Baca juga: Dinkes Kotim komitmen sukseskan Pekan Imunisasi Nasional Polio
Baca juga: Intensitas hujan menurun, BMKG Kotim imbau waspada karhutla