Sampit (ANTARA) -
Pentingnya menjaga dan melestarikan budaya mendorong pemerhati dan pelestari budaya di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah menggelar festival kue tradisional, karena kue tradisional merupakan bagian dari warisan budaya tak benda.
 
“Alhamdulillah, dengan dukungan masyarakat dan dunia usaha serta BPK Wilayah XIII kegiatan ini bisa terlaksana sebagai bentuk peran serta kami dalam melestarikan warisan budaya,” kata Pemerhati dan Pelestari Budaya Kotim Utari Riambarwati di Sampit, Kamis.
 
Festival kue tradisional digelar di Anjungan Sampit, Jalan Gunung Arjuno 8, Kecamatan Baamang dengan melibatkan organisasi masyarakat, dunia usaha, UMKM dan pelajar SMA sederajat.
 
Kegiatan ini digelar sebagai bentuk apresiasi dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui BPK Wilayah XIII Kalselteng atas proposal yang diajukan oleh Pemerhati dan Pelestari Budaya Kotim.
 
Utari menyebut, festival kue tradisional ini merupakan satu dari 13 proposal yang diterima BPK dan ia sengaja mengajukan kegiatan ini untuk memunculkan sekaligus bentuk apresiasi terhadap kue-kue tradisional.
 
Kurang lebih ada 10.000 kue yang disajikan pada festival kue tradisional tersebut, di antaranya kue sengkulun, tahu mager, sawut, cenil, putu mayang, onde-onde, klepon, nona manis, kue lapis, getuk lindri, lapis beras, dan serabi.
 
“Kami bersyukur kegiatan ini disambut dengan antusias masyarakat. Kami juga berterima kasih kepada para donatur sehingga acara bisa berjalan lancar, karena sejujurnya anggaran yang BPK sangat terbatas,” ujarnya.

Baca juga: Pemkab Kotim sambangi Kemenhub intensifkan koordinasi pengembangan Bandara Haji Asan
 
Festival kue tradisional tersebut diisi dengan rangkaian kegiatan, yakni lomba menata kue tradisional, pameran kue tradisional, persembahan kesenian daerah, menikmati kue tradisional, demo pembuatan kue tradisional, talkshow pelestarian budaya dan peluang usaha kue tradisional dan undian hadiah.
 
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kotim Bima Ekawardhana menyambut baik kegiatan tersebut. Sebab, kue tradisional merupakan satu dari 10 sasaran warisan budaya tak benda yang harus dilestarikan.
 
Terlebih, dengan perkembangan zaman dan masuknya budaya dari luar membuat budaya daerah kian tergerus, termasuk dalam hal kuliner. Generasi muda saat ini semakin asing dengan kue tradisional khas daerah, sehingga melalui kegiatan ini diharapkan dapat menggugah minat mereka terhadap kue tradisional.
 
“Kegiatan ini sangat bagus sekali untuk mendukung upaya pelestarian warisan budaya. Disisi lain, juga untuk memberdayakan UMKM dan menggugah ekonomi kreatif di bidang usaha kue tradisional,” ucapnya.
 
Perwakilan BPK Wilayah XIII Kalselteng Gracia Desi Andini pun menyampaikan apresiasi atas suksesnya acara festival kue tradisional di Kotim. Diharapkan melalui kegiatan ini dapat memperkenalkan dan mendekatkan masyarakat kepada makanan khas daerah, termasuk kue.
 
“Selama ini banyak makanan tradisional terlupakan dengan munculkan berbagai inovasi makanan baru maupun makanan dari luar, makanya dengan kegiatan ini diharapkan dapat mengingatkan kembali pada makanan tradisional,” tuturnya.
 
Gracia juga memuji pengemasan makanan tradisional yang bagus dan menarik, sebab menurutnya pengemasan juga sangat penting dalam menarik minat masyarakat terhadap suatu produk makanan.
 
Ia juga berharap, kegiatan ini bisa mendorong para pelaku usaha untuk lebih kreatif untuk mempromosikan produk kue tradisional agar lebih dikenal masyarakat luas.
 
Disisi lain, Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kotim Khairiah Halikinnor turut berbangga dan senang karena Kotim mendapat perhatian dari BPK Wilayah XIII Kalselteng yang tentunya tak lepas dari upaya yang dilakukan Pemerhati dan Pelestari Budaya Kotim.
 
Ia menyebutkan, salah satu program TP PKK adalah pangan. Oleh sebab itu, pihaknya sangat mendukung segala upaya yang dilakukan untuk mendukung pangan di Kotim, baik dari segi kuantitas, kualitas hingga pelestarian dalam bentuk budaya.
 
“Makanan merupakan sebagian dari identitas budaya masyarakat Indonesia, tak terkecuali Kotim. Saya percaya kegiatan ini dapat memberikan dampak positif bagi kebudayaan Kotim, serta pada perekonomian masyarakat,” ujarnya.
 
Khairiah juga berpesan kepada semua pihak agar tetap teguh memelihara khasanah budaya bangsa di setiap masa, karena generasi saat ini hanya sekadar meminjam warisan nenek moyang yang mungkin akan menjadi kebanggaan generasi mendatang.
 
Upaya yang dilakukan hari ini hendaknya tak berhenti sampai di sini, sehingga dapat memberikan dampak bagi perkembangan pariwisata dan kemajuan UMKM di Kotim. Diharapkan juga festival ini dapat kembali diadakan tahun berikutnya dengan lebih meriah.

Baca juga: Semarakkan syiar Islam, Kotim kirimkan 50 peserta keFSQXI Kalteng

Baca juga: Pemkab Kotim janjikan segera tindak lanjuti aspirasi masyarakat

Baca juga: Tim Trantibum Kotim tertibkan reklame tidak berizin

Pewarta : Devita Maulina
Editor : Muhammad Arif Hidayat
Copyright © ANTARA 2024