Sampit (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah mengingatkan semua pihak untuk mewaspadai bencana alam yang berisiko terjadi saat kemarau nanti.
"Kemaraunya singkat, sekitar tiga bulan, tetapi harus kita waspadai bersama. Mudah-mudahan Agustus atau September sudah hujan kembali," kata Kepala Pelaksana BPBD Kotawaringin Timur, Multazam di Sampit, Rabu.
BPBD Kotawaringin Timur belum lama ini sudah berkoordinasi saat rapat dengan BMKG Tjilik Riwut Palangka Raya membahas antisipasi dampak kemarau. Intensitas hujan diperkirakan mulai berkurang pada Juli, sehingga kewaspadaan perlu ditingkatkan saat cuaca kering pada Agustus dan September.
Meski singkat, kemarau tahun ini diprediksi lebih panas dibanding tahun lalu. Untuk itu kewaspadaan perlu ditingkatkan, khususnya mencegah kebakaran hutan dan lahan.
Masyarakat diimbau tidak membuka lahan dengan cara pembakaran karena akan menimbulkan dampak luas. Semua pihak harus belajar dari kebakaran hutan dan lahan sangat parah terjadi pada 2015, 2019 dan 2023, yakni hampir setiap hari terjadi kebakaran lahan.
Semua wilayah perlu waspada, terlebih daerah-daerah rawan kebakaran lahan seperti Kecamatan Teluk Sampit, Seranau, Mentaya Hilir Selatan, Mentaya Hilir Utara, Pulau Hanaut, Cempaga serta beberapa lokasi di Kecamatan Parenggean.
Menurut Multazam, jika air sudah turun 60 centimeter dari permukaan tanah maka risiko kebakaran hutan dan lahan cukup besar. Kebanyakan kebakaran diawali oleh kebakaran kecil, kemudian meluas sehingga sulit dikendalikan.
Baca juga: Legislator Kotim dorong pembentukan Perda Pondok Pesantren
"Daerah-daerah kebakaran hutan sering terjadi di lokasi yang tidak mudah dijangkau sehingga petugas kesulitan. Kita berharap masyarakat atau pelaku dunia usaha agar disiplin mempersiapkan peralatan dan personel dalam mengantisipasi karhutla," ujar Multazam.
BPBD berharap kebakaran hutan dan lahan pada 2025 ini bisa ditanggulangi. Ini tidak hanya tanggung jawab BPBD, tetapi juga semua unsur karena kebencanaan itu merupakan urusan bersama sehingga seluruh sektor harus terlibat di dalamnya.
BPBD juga berharap di sektor pertanian juga harus waspada ancaman kekeringan agar tidak menghambat upaya mewujudkan swasembada pangan. Komoditas tanaman yang ditanam Agustus dan September maka harus diwaspadai terkait ketersediaan air.
"Jangan sampai kekeringan dan kalaupun terjadi kekeringan maka harus diinformasikan secepatnya sehingga bisa dilakukan antisipasi situasi darurat agar tanaman yang ditanam itu tetap tumbuh lebih baik," tambah Multazam.
BPBD berkolaborasi dengan dunia usaha serta mitra kerja seperti Manggala Agni dan BKSDA. Upaya yang dilakukan bersama khususnya mengantisipasi terkait ketersediaan air, seperti keberadaan embung-embung yang harus dipersiapkan dari awal.
"Kami mulai bergerak pada April ini dan Mei nanti. Seluruh persiapan, termasuk peralatan harus kita lakukan perawatan atau perbaikan sehingga ketika terjadi situasi darurat bisa langsung digunakan," demikian Multazam.
Baca juga: DPRD Kotim dorong keterlibatan PBS perbaiki jalan
Baca juga: Komisi III DPRD dan Disdik Kotim perkuat koordinasi jelang SPMB
Baca juga: Komisi III DPRD dan Disdik Kotim perkuat koordinasi jelang SPMB