Sampit (ANTARA) - Ketua Fraksi Golongan Karya (Golkar) DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah Abdul Kadir mendukung penuh rencana pembangunan Jembatan Mentaya dengan harapan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
“Jembatan Mentaya akan menjadi solusi untuk mempermudah akses transportasi, terutama bagi masyarakat yang tinggal di Mentaya Seberang. Ini akan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan di sana,” kata Abdul Kadir di Sampit, Rabu.
Ia menyebut, pembangunan jembatan ini merupakan langkah strategis untuk menghubungkan Kecamatan Seranau dan Kecamatan Baamang atau kawasan pusat Kota Sampit.
Pembangunan jembatan bentang panjang ini akan membuka keterisolasian jalur darat yang selama ini dialami masyarakat Kecamatan Seranau dan Pulau Hanaut yang berada di kawasan seberang terpisah Sungai Mentaya.
Keterisolasian ini pula yang menyebabkan pembangunan di dua kecamatan ini lebih lambat dibanding kecamatan lainnya. Biaya kebutuhan juga cenderung lebih tinggi karena mahalnya biaya angkut melalui transportasi sungai yang dilanjutkan angkutan darat menuju ke lokasi.
Maka dari itu, Abdul Kadir menilai proyek ini sangat penting bagi masa depan daerah, mengingat potensi ekonomi yang dapat digerakkan dengan tersedianya infrastruktur yang memadai.
“Kita berharap dengan terbukanya akses ini tentunya dapat mendorong peningkatan perekonomian masyarakat di kedua kecamatan tersebut dan serta untuk mewujudkan pemerataan pembangunan di wilayah ini,” ucapnya.
Baca juga: Gedung sekolah direnovasi, siswa SD di Sampit mengungsi ke musala
Abdul Kadir menambahkan, DPRD Kotim khususnya Dapil II akan terus mendorong dan mengawal agar pembangunan Jembatan Mentaya dapat terealisasi. Pihaknya yakin, pembangunan jembatan ini akan menjadi pemicu kemajuan besar di Bumi Habaring Hurung.
Sebelumnya, Kepala Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, Bina Konstruksi, Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DSDABMBKPRKP) Kotim, Mentana Dhinar Tistama menyampaikan bahwa Pemkab Kotim dan Pemprov Kalteng telah sepakat bekerja sama dalam pembangunan Jembatan Mentaya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kalteng Shalahuddin telah berkunjung langsung ke DSDABMBKPRKP Kotim guna mengetahui progres yang dilaksanakan pemerintah daerah setempat.
“Kami membicarakan detail pembangunannya bersama PUPR Kalteng, baik infrastruktur hingga anggaran. Terlebih, kita di Kotim belum punya pengalaman untuk pembangunan jembatan bentang panjang, sehingga perlu masukan dari pemerintah provinsi,” terang Mentaya.
Jembatan Mentaya yang akan dibangun memiliki lebar 14 meter dan panjang 970 meter, meliputi bentang utama 200 meter dan bentang pendekat 770 meter. Di setiap ujung jembatan akan dipasang tujuh pilar, sehingga totalnya 14 pilar dan lainnya.
Selain dari segi pengalaman, salah satu poin penting dari kerja sama ini adalah anggaran. Sebab, pembangunan Jembatan Mentaya membutuhkan anggaran yang besar dengan perkiraan mencapai Rp2 triliun dan APBD Kotim belum mampu untuk itu.
Bahkan, setelah urusan di provinsi berjalan lancar, pihaknya berencana segera menindaklanjuti usulan pembangunan Jembatan Mentaya ke Kementerian PUPR agar mendapat bantuan dana yang bersumber dari APBN.
“Prosesnya memang panjang, tapi seumpamanya semua tahapan berjalan lancar dan anggaran mendukung, maka 2025 pembangunan sudah bisa dimulai. Kalau anggarannya lancar kemungkinan dalam dua tahun sudah selesai,” demikian Mentana.
Baca juga: Anggota DPRD Kotim jalani diklat pasca pelantikan
Baca juga: DPRD Kotim ingatkan ASN wajib netral dalam pilkada
Baca juga: Kotim dapat bantuan penguatan jaringan internet di 24 lokasi
“Jembatan Mentaya akan menjadi solusi untuk mempermudah akses transportasi, terutama bagi masyarakat yang tinggal di Mentaya Seberang. Ini akan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan di sana,” kata Abdul Kadir di Sampit, Rabu.
Ia menyebut, pembangunan jembatan ini merupakan langkah strategis untuk menghubungkan Kecamatan Seranau dan Kecamatan Baamang atau kawasan pusat Kota Sampit.
Pembangunan jembatan bentang panjang ini akan membuka keterisolasian jalur darat yang selama ini dialami masyarakat Kecamatan Seranau dan Pulau Hanaut yang berada di kawasan seberang terpisah Sungai Mentaya.
Keterisolasian ini pula yang menyebabkan pembangunan di dua kecamatan ini lebih lambat dibanding kecamatan lainnya. Biaya kebutuhan juga cenderung lebih tinggi karena mahalnya biaya angkut melalui transportasi sungai yang dilanjutkan angkutan darat menuju ke lokasi.
Maka dari itu, Abdul Kadir menilai proyek ini sangat penting bagi masa depan daerah, mengingat potensi ekonomi yang dapat digerakkan dengan tersedianya infrastruktur yang memadai.
“Kita berharap dengan terbukanya akses ini tentunya dapat mendorong peningkatan perekonomian masyarakat di kedua kecamatan tersebut dan serta untuk mewujudkan pemerataan pembangunan di wilayah ini,” ucapnya.
Baca juga: Gedung sekolah direnovasi, siswa SD di Sampit mengungsi ke musala
Abdul Kadir menambahkan, DPRD Kotim khususnya Dapil II akan terus mendorong dan mengawal agar pembangunan Jembatan Mentaya dapat terealisasi. Pihaknya yakin, pembangunan jembatan ini akan menjadi pemicu kemajuan besar di Bumi Habaring Hurung.
Sebelumnya, Kepala Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, Bina Konstruksi, Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DSDABMBKPRKP) Kotim, Mentana Dhinar Tistama menyampaikan bahwa Pemkab Kotim dan Pemprov Kalteng telah sepakat bekerja sama dalam pembangunan Jembatan Mentaya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kalteng Shalahuddin telah berkunjung langsung ke DSDABMBKPRKP Kotim guna mengetahui progres yang dilaksanakan pemerintah daerah setempat.
“Kami membicarakan detail pembangunannya bersama PUPR Kalteng, baik infrastruktur hingga anggaran. Terlebih, kita di Kotim belum punya pengalaman untuk pembangunan jembatan bentang panjang, sehingga perlu masukan dari pemerintah provinsi,” terang Mentaya.
Jembatan Mentaya yang akan dibangun memiliki lebar 14 meter dan panjang 970 meter, meliputi bentang utama 200 meter dan bentang pendekat 770 meter. Di setiap ujung jembatan akan dipasang tujuh pilar, sehingga totalnya 14 pilar dan lainnya.
Selain dari segi pengalaman, salah satu poin penting dari kerja sama ini adalah anggaran. Sebab, pembangunan Jembatan Mentaya membutuhkan anggaran yang besar dengan perkiraan mencapai Rp2 triliun dan APBD Kotim belum mampu untuk itu.
Bahkan, setelah urusan di provinsi berjalan lancar, pihaknya berencana segera menindaklanjuti usulan pembangunan Jembatan Mentaya ke Kementerian PUPR agar mendapat bantuan dana yang bersumber dari APBN.
“Prosesnya memang panjang, tapi seumpamanya semua tahapan berjalan lancar dan anggaran mendukung, maka 2025 pembangunan sudah bisa dimulai. Kalau anggarannya lancar kemungkinan dalam dua tahun sudah selesai,” demikian Mentana.
Baca juga: Anggota DPRD Kotim jalani diklat pasca pelantikan
Baca juga: DPRD Kotim ingatkan ASN wajib netral dalam pilkada
Baca juga: Kotim dapat bantuan penguatan jaringan internet di 24 lokasi