Sampit (ANTARA) - Sebanyak 60 pelajar Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah mengikuti uji keterbacaan cerita anak dwibahasa yang digelar oleh Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah bersama Dinas Pendidikan (Disdik) Kotim.

“Dalam konteks pendidikan, kami memiliki harapan yang besar melalui survei uji keterbacaan cerita anak dwibahasa ini. Kami harap anak-anak yang mengikuti kegiatan ini semakin mencintai dan mendalami bahasa daerah kita,” kata Sekretaris Disdik Kotim Yolanda Lolita di Sampit, Selasa.

Uji keterbacaan cerita anak dwibahasa ini digelar di aula Disdik Kotim selama dua hari. Peserta sebanyak 60 pelajar yang dibagi 30 hari pertama dan 30 hari kedua. Pesertanya merupakan pelajar SD kelas III, IV, V dan VI.

Yolanda menjelaskan, tidak semua peserta didik pada tingkatan ini yang mengikuti karena keterbatasan kapasitas ruangan, sehingga hanya ada beberapa siswa sebagai sampel dari setiap satuan pendidikan yang ada di dalam Kota Sampit.

Ia menyebutkan, kegiatan ini merupakan momen bersejarah yang diperlihatkan secara nyata kerjasama dan komunikasi yang baik antara Disdik Kotim dan Balai Bahasa Kalteng untuk bersama-sama mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan di daerah tersebut.

“Dalam dunia yang semakin kompleks ini, penting bagi kita untuk senantiasa membuka jendela menuju ilmu dan pengetahuan. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah mengukur tingkat keterbacaan terjemah cerita anak,” ujarnya.

Disamping itu, kegiatan ini juga untuk membangun keterbukaan informasi publik yang inklusif. Hal ini merupakan langkah nyata dalam memastikan bahwa hak setiap individu untuk mengakses informasi dan pengetahuan sepenuhnya secara adil dan merata. 

Baca juga: Disdik Kotim terima bantuan Rp5 miliar dari APBN untuk rehabilitasi sekolah

Menurutnya, bahasa daerah adalah khasanah budaya yang tidak ternilai harganya. Sebab, melalui bahasa inilah cerita-cerita berharga disampaikan dari generasi ke generasi.

“Kita ingin melihat anak-anak kita tumbuh dengan cinta dan stiker kebahasaan sekaligus menggali kreativitas melalui cerita-cerita daerah,” pungkasnya.

Perwakilan Kelompok Kepakaran dan Layanan Profesional Penerjemah dari Balai Bahasa Kalteng, Rensi Sisilda menyampaikan pihaknya telah menerbitkan buku bacaan untuk anak-anak jenjang SD, yang terdapat bahasa daerah serta terjemahannya ke bahasa Indonesia.

Hal ini sebagai upaya untuk melestarikan warisan budaya daerah dalam bentuk bahasa. Uji keterbacaan cerita anak dwibahasa ini semacam survei yang menjadi rangkaian dari penerbitan buku sejak awal penulisan yang dari kegiatan ini akan menjadi bahan evaluasi dalam melakukan revisi selanjutnya.

“Apabila ada yang tidak dipahami anak-anak kita akan revisi lagi dan nantinya akan kami ajukan ke ISBN. Melalui survei ini kami meminta anak-anak untuk membaca dan melihat ilustrasi, apakah sudah sesuai keinginan mereka atau belum,” terangnya.

Buku bahasa daerah yang dibawa kali ini merupakan hasil karya tenaga kependidikan di Kotim, khususnya Sampit. Ada juga dari para penulis lokal yang menulis kemudian menerjemahkan bahasa daerah ke bahasa Indonesia.

Ia menambahkan, memang dibutuhkan peran aktif dari para pemangku kepentingan untuk melestarikan warisan budaya, termasuk bahasa daerah. Karena jika tidak, maka bahasa daerah lambat laun akan hilang dan terlupakan.

“Itulah tujuan kami datang ke Kotim, kami berharap buku-buku yang diterbitkan ini bisa dipahami oleh adik-adik semua, baik ilustrasi maupun bahasanya,” demikian Rensi.

Baca juga: Disdik Kotim berikan advokasi pendidikan inklusif pada KKKS 17 kecamatan

Baca juga: Cegah kekerasan di sekolah, Disdik Kotim bimtek peningkatan kapasitas TPPK

Baca juga: Telusuri kendala pendidikan, Bupati Kotim dengarkan curhat guru dan kepsek


Pewarta : Devita Maulina
Uploader : Admin 2
Copyright © ANTARA 2024