Ikan Ikon Kalteng Terancam Terdegradasi

id Ikan Gabus

Ikan Ikon Kalteng Terancam Terdegradasi

ilustrasi (istimewa)

Ikan Behau banyak dikonsumsi masyarakat di Kalteng serta bagus untuk kesehatan karena mengandung Albumin yang merupakan salah satu jenis protein penting.
Kuala Kapuas, Kalteng, 12/1 (ANTARA) - Populasi Ikan Behau (Ikan Gabus) di Kabupaten Kapuas terancam terdegradasi akibat "illegal fishing" sehingga anak ikan ikon Kalimantan Tengah itu tidak dapat berkembangbiak dengan baik.

Kepala Bidang Budidaya Perikanan Kabupaten Kapuas, H Hamdani di Kuala Kapuas, Sabtu mengatakan anak Ikan Behau yang di kalangan masyarakat Kapuas mengenal dengan sebutan Bunyat juga dijual untuk konsumsi warga sebagai lauk-pauk.

"Warga juga menangkap dan menjual anak Ikan Behau yang berumur sekitar satu minggu untuk konsumsi. Semestinya anak Ikan Behau ini tidak boleh ditangkap karena dapat mengganggu populasi ikan ini," katanya.

Selain itu, berkurangnya beje akibat alih fungsi lahan juga menjadi penyebab populasi ikan Behau di alam juga mengalami penurunan. Beje yakni kolam buatan yang dibuat warga sebagai perangkap atau tempat berkumpulnya ikan-ikan pada musim kemarau.

Oleh karena itu, Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang telah mengeluarkan instruksi Nomor 188.54/4 /2012 tentang Budidaya Ikan Behau di Kalteng karena menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalteng jenis ikan ini menjadi salah satu pemicu inflasi dan akhir-akhir ini jarang dijumpai di pasar dan harganya melambung tinggi.

Ikan Behau banyak dikonsumsi masyarakat di Kalteng serta bagus untuk kesehatan karena mengandung Albumin yang merupakan salah satu jenis protein penting.

Untuk itu Gubernur Kalteng menginstruksikan Bupati/Walikota se-Kalteng mengupayakan pembudidayaannya pada daerah masing-masing untuk memanfaatkan lahan terlantar yang berpotensi untuk mengembangan usaha budidaya ikan ini.

Kabupaten Kapuas salah satu kabupaten yang sudah mulai mengembangkan budidaya Ikan Behau yang lokasinya di Desa Sei Baras, dikelola oleh warga dengan jumlah calon indukan sebanyak 150 ekor. ""Dari hasil pengembangan yang telah dilakukan perkembangannya cukup bagus," kata Hamdani.



(T.KR-GR/B/S023/S023)