Pendokumentasian Sejarah Budaya Dayak Masih Lemah

id Pendokumentasian Sejarah Budaya Dayak Masih Lemah , Budaya dayak, Kalteng, Palangka Raya, Prof KMA Usop MA

Pendokumentasian Sejarah Budaya Dayak Masih Lemah

Ilustrasi, Salah satu tarian khas Dayak pada Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) 2013 (FOTO ANTARA Kalteng/Ronny NT)

Kita lemah dalam arsip, padahal masalah sejarah sangat penting bagi kita bagi anak cucu nanti. Sejarah masyarakat kita malah ada yang terdokumentasi di Jerman dan Belanda,"
Sampit, Kalteng, 25/6 (Antara) - Pemerintah daerah diminta pendokumentasian sejarah budaya suku Dayak Kalimantan Tengah dinilai masih lemah, dan perlu ditingkatkan karena perjalanan sejarah sangat penting dalam kehidupan masyarakat di masa mendatang.

"Kita lemah dalam arsip, padahal masalah sejarah sangat penting bagi kita bagi anak cucu nanti. Sejarah masyarakat kita malah ada yang terdokumentasi di Jerman dan Belanda," kata Presidium Lembaga Musyawarah Masyarakat Dayak Daerah Kalteng, Prof KMA Usop MA di Sampit, Selasa.

Dia mengatakan, masih sangat sedikit buku atau catatan yang mendokumentasikan tentang sejarah perjalanan suku Dayak Kalteng, sehingga banyak generasi muda Dayak yang belum mengetahui sejarah sukunya sendiri.

Seperti halnya sejarah rapat akbar perdamaian Tumbang Anoi pada 1894 yang menjadi tonggak sejarah baru bagi suku Dayak. Pertemuan yang berisi kesepakatan menghapus permusuhan antarsesama suku Dayak maupun suku lain itu penting diketahui generasi muda.

Usop meminta pemerintah daerah memperbanyak pembuatan buku terkait sejarah suku Dayak dan dijadikan mata pelajaran muatan lokal di sekolah dengan harapan generasi muda mengetahui secara benar tentang sejarah suku Dayak di Kalteng.

Selama ini, kata dia, sejarah suku Dayak lebih banyak disampaikan kepada generasi penerus melalui cerita penuturan tanpa teori. Padahal pembuatan buku-buku sejarah suku Dayak Kalteng sangat penting untuk masyarakat daerah ini.

"Pemerintah bisa memfasilitasi pembuatan buku muatan lokal dengan melibatkan tokoh-tokoh dan pelaku sejarah. Jadi, jangan hanya menyuruh guru muatan lokal karena mereka belum tentu tahu sejarah yang sebenarnya," kata Usop.

Tokoh Kalteng yang pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia ini sudah menulis dua buku tentang sejarah Kalteng, di antaranya peristiwa perdamaian Tumbang Anoi. Buku-buku tersebut tidak hanya berisi cerita, tetapi juga dokumen-dokumen penting lainnya.

"LMMDD-KT siap membantu pemerintah karena salah satu misinya adalah menelusuri sejarah dan menindaklanjutinya untuk diterapkan di masa sekarang," tegas Usop.

Bupati Kotawaringin Timur, H Supian Hadi mendukung langkah tersebut. Khusus di Kotim, Supian Hadi mendorong agar sejarah-sejarah Sampit dan masyarakatnya terus digali untuk dicatat karena sangat penting bagi generasi penerus.

"Saya senang dengan sejarah kita. Saya dua kali ikut seminar yang menghadirkan pak Usop sebagai narasumber untuk mengupas masalah sejarah suku Dayak Kalteng. Saya mendorong agar sejarah kita terus digali dan kita dokumentasikan untuk generasi penerus kita," ujar Supian Hadi.



(T.KR-NJI/B/S019/S019)