Hujan Lebat Akibatkan Sejumlah Desa di Lamandau Terendam Air

id banjir lamandau, bpbd lamandau, sungai Belantikan

Hujan Lebat Akibatkan Sejumlah Desa di Lamandau Terendam Air

Air Sungai Belantikan sering meluap bila terjadi hujan dengan intensitas tinggi. (Foto Antara Kalteng/Musa Reban)

Nanga Bulik (Antara Kalteng) - Intensitas hujan lebat yang terjadi dalam waktu lama  di kawasan aliran sungai (DAS) Belantikan, sejumlah desa dan pemukiman mengalami air tinggi dan terendam cukup lama. Walau belum menyebabkan pengungsian, warga mulai khawatir.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah, Dra Hj Masdiani, mengungkapkan pihaknya sudah menerjunkan personel untuk memantau kondisi yang terjadi di wilayah Kecamatan Belantikan Raya.

"Walau tidak ada warga yang diungsikan, namun tingginya luapan sungai Belantikan telah merendam pemukiman di Unit Pelaksana Teknis(UPT) Transmigrasi Desa Bayat, ibukota Kecamatan Belantikan Raya," jelas Masdiani, Kamis.

Dikatakannya, berdasarkan laporan petugas dari lapangan diketahui bahwa ketinggian rata-rata air yang merendam pemukiman berkisar antara 50 cm – 100 cm. Ketinggian bisa bertambah bila hujan dibagian hulu masih terjadi.

Secara terpisah, Rio, warga Desa Benuatan, Kecamatan Belantikan Raya, Kabupaten Lamandau, mengungkapkan bahwa ada satu desa di wilayah hulu Kecamatan Belantikan Raya yang sempat terendam air. Desa dimaksud yakni desa Bintang Mengalih. 

"Saat pelaksanaan ujian sekolah dasar (SD), banjir menggenangi desa akibat luapan air sungai. Akibatnya banyak rumah terendam. Selain itu, informasi yang beredar dimasyarakat yakni ada tanggul milik perusahaan tambang di dekat desa yang jebol," ucapnya.

Dibeberkannya, meluapnya DAS Belantikan mengakibatkan banyak mobil terjebak tidak bisa turun ke Nanga Bulik. Hal tersebut dikarenakan banyak jalan yang terendam air, seperti jalan di wilayah Desa Sungai Buluh, daerah Desa Bintang Mengalih, desa Perigi dan Desa Bayat.

"Terhitung ada tiga cekungan yang terendam air setinggi pinggang. Karena tidak ada jalan lain, terpaksa disetiap jalan yang terendam terlebih dahulu dibuatkan rakit untuk menyeberangkan kendaraan. Jalan yang terancam selalu didaerah cekungan, namun bila didaerah perbukitan dalam waktu setengah hari sudah normal," jelasnya.

Sementara pantauan di dalam kota Nanga Bulik—ibukota Kabupaten Lamandau, beberapa daerah rendah, jalanan sudah direndam air. Misalnya, daerah belakang SMAN-1 Bulik, daerah jembatan menuju Trans E, daerah rawa jalan Batu Batanggui.