Keberhasilan restorasi gambut itu terlihat dari titik panas di Kabupaten Pulang Pisau pada saat musim kemarau dapat ditekan dan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di tahun 2017 juga sangat rendah, kata Fahrizal di Palangka Raya, Rabu.
"Musim kemarau tahun lalu juga kan tidak terjadi kabut asap. Itu bukti bahwa restorasi gambut yang dilakukan di Kalteng ini mulai menunjukkan hasilnya. Jadi, kita harus mendukung dan terlibat aktif merestorasi gambut," ucapnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalteng ini juga mengapresiasi langkah Badan Restorasi Gambut bersama Kemitraan merekrut serta memperkuat wawasan 70 calon tenaga fasilitator agar terampil mendampingi serta memberdayakan masyarakat merealisasikan Desa Peduli Gambut.
Dia mengatakan merestorasi gambut harus melibatan masyarakat setempat agar keberhasilannya terjaga dan berlangsung secara terus menerus, sehingga keberadaan tenaga fasilitator menjadi ujung tombak dari kegiatan pendampingan dan memfasilitasi perencanaan desa dan kawasan perdesaan.
"Tenaga fasilitator ini juga menjembatani Pemerintah dengan masyarakat serta aparatur desa. Saya berharap nantinya fasilitator ini bersama-sama dengan masyarakat merencanakan program restorasi gambut di desa yang menjadi lokus kegiatan," demikian Fahrizal.
Sementara Kapokja Edukasi dan Sosialisasi BRG RI, Suwignyo Utama mengatakan, tugas fasilitator antara lain untuk menyadarkan masyarakat terhadap pengelolaan gambut secara bertanggung jawab dan lestari, sehingga restorasi gambut itu dapat dilakukan secara bersama-sama.
Tenaga Fasilitator ini juga memfasilitasi perencanaan desa dan kawasan perdesaan, mengidentifikasi kebutuhan pengembangan kapasitas warga desa dan potensi ekonomi desa, dan sebagainya. Sementara para fasilitator tersebut akan bertugas selama 30 bulan, sehingga diharapkan hasilnya lebih nyata.
"Desa Peduli Gambut adalah program strategis dari BRG untuk selamatkan gambut," kata Suwignyo didampingi Program Manager Sustainable Environtment Governance Kemitraan, Hasbi Berliani.