Rela antre demi dapatkan sepatu 'jadoel' yang populer pada 1950-an

id Urban Sneaker Society,sepatu jadoel ,District 8, Senayan, Jakarta

Rela antre demi dapatkan sepatu 'jadoel' yang populer pada 1950-an

Antrean di booth Compass di Urban Sneaker Society 2019, District 8, Jakarta, Jumat (8/11/2019). (ANTARA/Nanien Yuniar)

Jakarta (ANTARA) - Terdapat pemandangan yang mencolok dalam pameran sepatu Urban Sneaker Society 2019 yang berlangsung di District 8, Senayan, Jakarta, Jumat (8/11) petang.

Para pengunjung yang sebagian besar adalah anak-anak muda rela antre hingga mengular dan berujung pada satu stan yang didekorasi seperti tempat pangkas rambut asal Garut.

Namun bukan nama salon atau tempat pangkas rambut yang ditempel di kaca bening, melainkan nama merek sepatu Compass sebagai merek lokal yang sedang digemari anak-anak muda itu.
Gufron, salah satu orang yang mengantre berjam-jam di di booth Compass di Urban Sneaker Society 2019, District 8, Jakarta, Jumat (8/11/2019). (ANTARA/Nanien Yuniar)

Sepatu edisi terbatas dalam hajatan khusus untuk pencinta sepatu itu merupakan model Compass 98 edisi vintange yang mengangkat gaya sepatu zaman dahulu (jadoel) vulkanisir dan populer pada 1950-an.

Sepatu tersebut dibuat dari kain twill pada bagian atas dengan warna krem yang mengesankan sepatu itu sudah lama disimpan dan tidak dipakai. Kotak sepatunya juga tampak menarik, berwarna putih dan hijau, kental dengan nuansa jadoel.

Hanya 1.600 pasang sepatu yang dijual dalam perhelatan tiga hari itu sehingga para pencinta sepatu sneakers bergegas mendapatkan jatah.

Muhammad Gufron, pembeli asal Bekasi, bahkan rela menginap sejak Kamis (7/11) malam di lantai bawah tanah gedung District 8 hanya demi mendapatkan kupon antrean pembelian sepatu edisi terbatas itu.

Dia mengajak temannya untuk ikut serta agar bisa membeli dua pasang sepatu sebab setiap orang hanya boleh membeli sepasang per hari.
"Satu buat di-review di YouTube. Satu lagi untuk dijual lagi," ujar Gufron kepada wartawan sembari memperlihatkan kotak sepatu hasil antrean berjam-jam.

Dia menuturkan harga jual sepasang sepatu sekira Rp400 ribuan menjadi alasan utama kerelaan menunggu lama bahkan menginap di lantai bawah tanah gedung itu.

"Kalau dijual lagi harganya bisa lebih tinggi, berlipat-lipat," katanya.

Sementara, sepasang sepatu lainnya akan dipakai sendiri untuk beraktivitas. Belum banyak orang yang memakai sepatu itu merupakan alasan Gufron merasa lebih bergengsi ketika orang-orang memperhatikan alas kakinya yang diklaim langka.

"Compass masih jarang yang pakai. Serasa dewa kalau ke kampus, kalau lewat dilihatin," ujarnya berseloroh.

Pameran sepatu "Urban Sneaker Society" (USS) kembali digelar di District 8 Sudirman Central Business District (SCBD), Jakarta, pada 8 hingga 10 November 2019. Pameran itu menghadirkan koleksi eksklusif mulai dari sepatu Compass, Patta, hingga G-Shock.

Selain pameran sepatu, ada pula pameran sneaker hasil kolaborasi dengan berbagai macam merek, baik dari Indonesia maupun mancanegara di antaranya dengan Public Culture, FR2, Atmos, hingga Round 2 by Sean Wotherspoon.
 
Sejumlah calon pembeli antre untuk masuk area Urban Sneaker Society (USS) 2019 di District 8, kompleks SCBD, Jakarta, Jumat (8/11/2019). USS 2019 yang berlangsung hingga 10 November 2019 itu menghadirkan lebih dari 150 merek sepatu "sneaker" dan "streetwear" asal Indonesia maupun mancanegara. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/ama.