Akar laban obat diabetes khas Dayak wakili Indonesia ke Turki

id Akar laban obat diabetes khas Dayak wakili Indonesia ke Turki,Pemkab Kotim,Kotawaringin Timur,Bajakah,Sampit,Kotim,Laban,Halaban

Akar laban obat diabetes khas Dayak wakili Indonesia ke Turki

Ketiga siswi MTsN 1 Kotawaringin Timur peraih penghargaan berfoto bersama kepala sekolah dan guru usai menunjukkan cara mengolah akar kayu laban untuk pengobatan diabetes, Sabtu (29/2/2020). ANTARA/Norjani

Sampit (ANTARA) - Setelah akar tunggal bajakah yang sempat menghebohkan karena khasiatnya mampu mengobati kanker dan tumor, kini satu lagi obat tradisional masyarakat suku Dayak Kalimantan Tengah yang mencuri perhatian, yaitu akar kayu laban (vitex pinnata L).

Akar kayu laban atau halaban yang selama ini digunakan masyarakat untuk mengobati penyakit diabetes, berhasil membawa tiga siswi MTsN 1 Kotawaringin Timur menjadi juara nasional dan berhak mewakili Indonesia pada lomba sains internasional di Istanbul Turki.

"Kami optimistis siswi kami ini nanti juga akan mampu berprestasi di tingkat internasional. Untuk itu kami memohon dukungan semua pihak, khususnya terkait dana karena ini pembiayaannya secara mandiri," kata Kepala MTsN 1 Kotawaringin Timur Djumali di Sampit, Sabtu.

Tiga siswi yang berprestasi itu adalah Hanuf Nurwiyanti, Nidauljannah dan Selvizah Lailatul Jannah yang merupakan siswi kelas VIII. Untuk mempersiapkan materi lomba, mereka dibantu tiga guru pendamping yaitu Tri lisdiyaningsih, Hatmiati dan Rini Haria Susanti.

Mereka mengikuti lomba National Science and Engineering Competition (NSEC) 2020 yang dilaksanakan di Jakarta oleh Indonesia Scientific Society (ISS) pada Desember 2019. Lomba ini diikuti puluhan tim dari kalangan pelajar SMP sederajat, SMA sederajat dan mahasiswa di Indonesia.

Hanuf dan kawan-kawan mengikuti lomba bidang sains yaitu penelitian ilmu hayati. Ketiga siswi ini mengangkat tema pemanfaatan akar kayu laban (vitex pinnata L) sebagai pengobatan alternatif diabetes suku Dayak Kalimantan Tengah.

Inisiatif ini muncul sebagai bentuk keprihatinan mereka terhadap tingginya penderita diabetes di dunia, termasuk Indonesia, bahkan di Kalimantan Tengah sendiri. Penyakit diabetes disebutkan merupakan penyakit ketiga penyebab kematian tertinggi setelah stroke dan jantung.

Mereka kemudian berpikir untuk meneliti pengobatan alternatif memanfaatkan kayu laban atau kayu halaban yang sejak dulu sering digunakan masyarakat suku Dayak untuk berbagai jenis penyakit.

Hasil penelitian, kayu laban terbukti memiliki kandungan saponin, tanin, alkaloid dan steroid. Zat-zat yang terkandung dalam akar kayu yang batangnya sering dimanfaatkan untuk membuat bangunan dan arang bakar ini diyakini mampu menurunkan kadar gula dalam darah.

Pemanfaatan akar laban dilakukan dengan cara memarut akar menjadi serbuk, kemudian direbus selama 15 menit. Air rebusannya didinginkan, lalu diminum pada pagi dan malam sebelum tidur. Untuk mendapatkan manfaat terbaik, disarankan sementara itu tidak mengonsumsi obat-obatan atau ramuan lain.

Selain membuktikan melalui uji laboratorium, obat alternatif ini juga sudah diujikan kepada dua partisipan yang merupakan penderita penyakit diabetes. Mereka meminum air rebusan akar halaban selama satu hari yakni dua kali minum.

Hasilnya, kadar gula dalam darah kedua partisipan itu turun cukup signifikan. Namun penurunan kadar gula dalam darah salah satu partisipan yang juga mengonsumsi obat lain di saat bersamaan, tidak sebesar partisipan yang hanya meminum air rebusan akar kayu halaban.

Hasil pemeriksaan laboratorium kadar gula dalam darah kedua partisipan yaitu turun dari 225 menjadi 202 mg/dl dan 221 menjadi 151 mg/dl. Artinya ada penurunan kadar gula dalam darah sebesar 23 mg/dl dan 70 mg/dl dari kedua partisipan setelah meminum air rebusan akar laban atau halaban.

Atas hasil yang meyakinkan itu, tim MTsN 1 Kotawaringin Timur yang terdiri dari Hanuf Nurwiyanti, Nidauljannah dan Selvizah Lailatul Jannah dinobatkan menjadi juara I dalam lomba bergengsi tersebut yang hasilnya baru diumumkan. Sedangkan juara II dan III diraih dari dua SMA di daerah lain.

Hasil itu membuat ketiga siswi MTsN 1 Kotawaringin Timur ini berhak mewakili Indonesia pada ajang serupa tingkat internasional di Istanbul Turki yang rencananya digelar Oktober 2020. Mereka akan bertolak bersama lima tim lainnya yang mewakili Indonesia pada kategori masing-masing.

"Kami berharap ini bermanfaat bagi masyarakat luas untuk membantu di bidang kesehatan. Untuk menghadapi lomba di Turki, kami terus memantapkan persiapan, termasuk latihan paparan. Saat lomba di Jakarta kemarin kami hanya mengirim materi hasil penelitian, tidak ada paparan," kata Hanuf Nurwiyanti.

Baca juga: SMAN 2 Sampit perkenalkan teknologi mengolah air gambut dan nanas menjadi listrik

Sementara itu guru pembimbing Tri Lisdiyaningsih mengatakan, pihaknya terus membantu ketiga siswi untuk mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba tingkat internasional. Selain persiapan secara teknis dan mental, dia mengakui pihak sekolah juga berupaya mencari dana untuk memberangkatkan tim karena harus dibiayai secara mandiri.

"Kami berharap dukungan dana dari pemerintah provinsi atau gubernur dan dari daerah sendiri yaitu bupati dan DPRD serta pihak-pihak terkait karena ini kan membawa nama baik Indonesia dan daerah kita juga," kata Tri Lisdiyaningsih.

Dia menggambarkan, biaya yang dibutuhkan untuk menuju Istanbul Turki sekitar Rp26,5 juta per orang. Biaya itu belum termasuk keberangkatan ke Jakarta dan persiapan lain yang harus dilakukan sebelum keberangkatan.

Selain dibimbing guru di sekolah, ketiga siswi juga akan dibimbing oleh tim di tingkat nasional untuk mengembangkan dan mempersiapkan mereka agar mampu menampilkan yang terbaik saat lomba tingkat internasional nanti.

Sementara itu berdasarkan data, tahun 2017 lalu ada dua siswi Kotawaringin Timur yang juga mengharumkan nama Indonesia yakni siswi SMAN 1 Sampit yakni Sabrina Salwa Sabila dan Gusti Salsabila. Saat itu mereka meraih penghargaan khusus Life Sciences pada ajang International Conference of Young Scientists (ICYS) di Stuttgart Jerman.

Kedua siswi itu meraih prestasi melalui penelitian obat tradisional Dayak yakni manfaat kulit kayu halaban untuk mengobati radang amandel. Prestasi demi prestasi yang diraih ini sekaligus menunjukkan bahwa daerah ini memiliki kandungan sumber daya alam yang sangat luar biasa, salah satunya di bidang kesehatan.

Baca juga: Delapan pelaku pengeroyokan di Sampit akan disidang adat

Baca juga: Seorang napi Lapas Sampit kedapatan kantongi sabu-sabu