Pelaku UMKM di Bartim mengeluhkan kenaikan harga minyak goreng

id UMKM di Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah, UMKM, Kabupaten Barito Timur, Barito Timur, Bartim, Kalteng

Pelaku UMKM di Bartim mengeluhkan kenaikan harga minyak goreng

Kondisi pedagang gorengan di UPTD Terminal Temanggung Djaya Karti di Tamiang Layang, Senin (22/11). ANTARA/Dokumentasi Warga

Tamiang Layang (ANTARA) - Sejumlah pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah, mengeluhkan kenaikan harga minyak goreng yang awalnya Rp14 ribu per liter menjadi Rp19 ribu di pada pekan ketiga November 2021.

"Minyak goreng kemasan dua liter saat ini naik dari harga Rp27 ribu menjadi Rp39 ribu. Kenaikannya sekitar 35 persen," ungkap salah seorang pelaku UMKM Esti di Tamiang Layang, Selasa.

Pedagang gorengan di UPTD Terminal Temanggung Djaya Karti, Titin juga mengeluhkan hal serupa. Menurutnya, kenaikan harga ini membuat keuntungan yang didapat semakin menipis.

"Jika tidak laku atau tidak habis terjual, maka akan semakin merugi," kata Titin.

Menurutnya, kenaikan harga minyak goreng ini terjadi dalam kurun waktu satu bulan terakhir. Dirinya bersama pelaku penjual gorengan lainnya khawatir akan kenaikan harga barang pada awal Desember 2021 nanti karena menjelang natal dan tahun baru.

Meski harga minyak goreng sudah naik tinggi diharga tertinggi Rp19 ribu per liter, Titin dan penjual gorengan lainya berencana menaikkan harga jual gorengan seperti tahu, tempe dan bakwan goreng.

"Harga satuan gorengan Rp1.000,- saja masih ada yang menawar. Terus terang kami masih ragu menaikkan harga karena takut tidak laku," kata perempuan penjual gorengan pisang keju, bakwan, tahu dan tempe itu.

Dia juga menceritakan 'hantaman' pandemi COVID-19 yang membuat daya beli masyarakat menurun sehingga berdampak pada rendahnya pendapatan dan terkadang hanya kembali modal.

Baca juga: Dua kasus positif COVID-19 di Bartim selama November

Dirinya pun merasa ragu adanya kenaikan harga tersebut, karena belum adanya asosiasi pedagang gorengan sehingga tidak ada wadah untuk membangun kesepakatan harga.

"Jika hanya kami pedagang gorengan yang ada di terminal saja yang menaikkan harga tapi tidak diikuti pedagang lain (di luar terminal), kami yakin jualan kami yang tidak laku," kata Titin.

Dirinya juga mengakui tidak tahu atau alasan kenapa harga minyak goreng bisa naik mencapai Rp19 ribu per liter. 

"Saya hanya bisa berharap pemerintah bisa membantu dan mengatasi permasalahan kenaikan harga minyak goreng saat ini," kata Titin.

Baca juga: Pemkab Bartim ingatkan warga di pinggiran sungai waspadai banjir

Baca juga: Wartawan di Bartim jalani tes urine dadakan