Prof. Suastika mengatakan kendati diabetes termasuk sebagai penyakit yang memiliki sifat progresif, gambaran klinis dan komplikasi yang terjadi berbeda-beda pada setiap orang.
"Mekanismenya kompleks, rumit dan setiap orang berbeda-beda fenotipe-nya. Jadi, gambaran klinisnya berbeda-beda dengan berbagai komplikasi yang berbeda. Jadi, mengobatinya juga tidak gampang," ujar dia dalam Diskusi Publik Layanan Tatalaksana Penyakit Kronis Terintegrasi dan Inovatif yang digelar daring, Rabu.
Baca juga: Dokter sarankan periksa mata bagi yang terdiagnosis diabetes
Di sisi lain, diabetes juga bisa terkait suatu kegagalan yang disebabkan oleh berbagai aspek seperti dari faktor pasien yang kurang pengetahuan tentang penyakitnya dan akses. Selain itu, faktor dokter yang terlalu banyak pasien.
Menurut Prof. Suastika, bila sudah terjadi komplikasi diabetes, maka tidak hanya akan membawa kesakitan dan risiko kematian yang tinggi pada pasien, tetapi juga biaya yang harus dikeluarkan pemerintah maupun pasien.
Hal lain yang juga menyulitkan pengobatan diabetes, yakni sistem berupa aksesibilitas layanan kesehatan untuk pasien, ditambah ketersediaan obat yang sebenarnya cukup banyak disediakan melalui mekanisme BPJS.
"Sistem ini yakni aksesibilitasnya. Bisa tidak semua orang mengakses pelayanan kesehatan. Lalu ketersediaan obat. Sebenarnya obat dari BPJS cukup banyak, tetapi apakah semua itu ada di seluruh pelosok negeri ini," kata Prof. Suastika.
Selain itu, perlu juga ketersediaan laboratorium walau sederhana seperti untuk pemeriksaan gula darah, HbA1C dan urin.
Terkait telemedisin dalam pengobatan diabetes, Prof. Suastika berpendapat kehadiran layanan ini memperbaiki sekaligus mempercepat akses pelayanan kesehatan terutama bagi mereka dengan berbagai kendala.
"Karena diabetes salah satu penyakit kronik yang sifatnya tidak berubah setiap saat, bukan harian, maka tepat sekali pasien-pasien dengan diabetes ini bisa diterapkan layanan yang bersifat telemedisin," demikian kata dia.
Baca juga: Dokter: Kurang olahraga bisa picu risiko diabetes
Baca juga: Benarkah penderita diabetes rentan terinfeksi virus?
Baca juga: Anak yang kurus juga bisa terkena diabetes